xxii. seoul, rain, car, you

2.5K 287 40
                                    

Ada beberapa hal yang Seokjin benci, pertama, ketika ia lupa menaruh kartu apartmentnya, kedua, ketika ia lupa membawa bahan presentasinya, ketiga, ketika ia lupa membawa payung saat musim hujan!

Seokjin benci melupakan sesuatu, karena dirinya sendiri yang rugi.

"Aku ingat menaruhnya di tas, kok!"
ujarnya sambil mengaduk-aduk isi tasnya.

Ia menghela napas menyerah,  melihat sekelilingnya. Tidak ada yang ia kenal, teman-teman sekantornya sudah pulang dua jam lalu, hanya dirinya yang berada di sana karena si lembur sialan.

Ia mencoba menelepon taksi, namun ia ada di antrian seratus sekian. Karena semua orang ingin pulang, karena semua orang tidak ingin terkena hujan. Seokjin menghela napasnya, ia tidak akan menunggu taksi berjam-jam di depan gedung kantornya.

Ia menelepon Jungkook yang merupakan adik dan juga roommate-nya, namun yang ia dengar adalah suara sialan yang anak itu rekam untuk meninggalkan voicemail. Begini kira-kira bunyinya: "Mohon maaf, nomor yang ada tuju tidak tersedia di malam Sabtu dan Minggu karena sedang wakuncar dan tidak ingin diganggu. Silakan tinggalkan pesan. Trims."

Jungkook sialan.

Sambil melihat hujan yang semakin deras, Seokjin memikirkan rencananya.
Rencana 1: ia akan menerobos hujan dan berlari kurang lebih dua ratus meter menuju halte.
Pro: ia akan pulang.
Kontra: ia basah, dan kemungkinan terkena flu.
Rencana 2: ia akan menunggu hujan reda.
Pro: ia akan pulang.
Kontra: ia tidak tahu kapan hujan akan berhenti.

Seokjin menghela napas sekali lagi.
Ia benar-benar lelah dan ingin pulang saat ini juga. Ingin merebahkan dirinya dan tidur nyenyak sehabis mandi.
Memikirkan kasurnya saja membuatnya sedih setengah mati. Seokjin hanya ingin pulang.

Tiba-tiba ada mobil yang berhenti di depannya, mobil itu menurunkan kaca mobilnya.
"Kak Seokjin?"

Seokjin maju dua langkah, menunduk untuk melihat si pengemudi.
"Ya?"

"Benar kan, Kak Seokjin?"
tanya orang itu sekali lagi.

"Ya, aku Seokjin, dan kau?"
tanya Seokjin bingung sekaligus harap-harap cemas. Tolong antar aku pulang, siapapun kau. Ujarnya dalam hati.

"Aku Namjoon, teman Jungkook!"
ujar lelaki itu. "Kak Seokjin mau pulang?"

Mobil-mobil di belakang mobil Namjoon sudah berisik membunyikan klakson mereka, menyuruh mobil Namjoon maju karena di depannya sudah kosong.

"Ya, kau bisa antar aku pulang?"
Tembak Seokjin, ia juga sudah pusing mendengar klakson-klakson sialan tidak pengertian itu.

"Tentu saja, ayo masuk!"

Seokjin langsung masuk ke mobil itu. Jujur, ia tidak kenal teman-teman Jungkook, kecuali Taehyung, pacar adiknya itu.

Kesan pertama saat memasuki mobil lelaki itu adalah: wangi.
Lelaki di sebelahnya sangat wangi.

"Kak, seatbelt.."
ujar Namjoon ragu.

"Oh."
Seokjin segera memakai seatbelt nya.

"Lembur kah?"

Seokjin mengangguk.
"Ya."

Namjoon mangut-mangut, lalu menyalakan heater nya.

Hujan dan macet. Ada apa sih dengan Seoul di malam Sabtu? Seokjin tidak habis pikir.

Ia mengambil dua permen dari tasnya, lalu memakan satu untuknya. "Jadi, kau teman Jungkook?" Kemudian ia memberikan satu untuk Namjoon.

• quiescent Where stories live. Discover now