xviii. stargazing

3K 405 52
                                    

Di bawah bantal, Namjoon menyatukan jemari mereka. Mengusap-usap jari-jari lentik yang dingin itu dengan jempolnya. Matanya mengarah ke televisi, yang sedang menayangkan film Captain America. Ia tertawa ketika teman-teman yang lain menertawakan sesuatu, berusaha mengabaikan tatapan bingung dari seseorang yang kini jemarinya ia genggam.

Kim Seokjin, lelaki yang dua tahun lebih tua dari lelaki disebelahnya, yang kini jemarinya sedang digenggam, berusaha fokus pada film di depannya. Namun, tangan hangat yang tiba-tiba hinggap di atas tangannya membuat fokusnya buyar entah kemana. Membuat tangannya lebih dingin dari sebelumnya, membuat jantungnya seolah ingin melompat dari tempatnya.

"Kak Seokjin, beli minum, dong!"
ujar Jungkook yang berada di depan kulkas.

Seokjin melepaskan tangan Namjoon panik, ia mengerjap beberapa kali, lalu berdiri. "Oke."

Ia mendapat tatapan horor dari teman-temannyaㅡmasalahnya, Seokjin yang tertua di sini, lalu ketika Jungkook yang notabene paling muda menyuruhnya, ia langsung mau? Ini sangat horor. Seokjin yang menjadi pusat perhatian, salah tingkah, telinganya memerah. "Aku akan beli minum. Ya, beli minum."

Saat ia mencapai pintu, ia berbalik. "Ada lagi?"

"Aku ikut."
Kim Namjoon berdiri, melangkah ke arahnya membuat Seokjin lebih salah tingkah dari sebelumnya.

Mereka berjalan di koridor apartment Seokjin, berdiri di depan lift. Keduanya tidak ada yang berniat membunuh kesunyian itu. Seokjin sibuk mengatur detak jantungnya, sedangkan Namjoon sibuk mengatur penjelasan atas apa yang ia lakukan barusan.

Dentingan halus terdengar, keduanya masuk ke lift bersama. Hanya ada mereka berdua. Seokjin menekan B12, di mana supermarket berada. Ia menghela nafasnya. Kesunyian ini sungguh mencekik dirinya. Ia takut Namjoon mendengar detak jantungnya yang heboh.

"Joon."

"Kak."

Mereka menoleh bersamaan, mata mereka bertemu. Jantung Seokjin kembali bertalu-talu. Kedua tangannya dingin. Baru saja Namjoon membuka mulutnya, pintu lift terbuka, ada beberapa remaja yang terlihat baru selesai berenang. Jumlahnya sembilan orang, menyudutkan Seokjin pada Namjoon secara tidak langsung.

Jemari mereka kembali bersentuhan, Seokjin merasa seperti tersengat listrik. Namun ia suka. Apalagi saat Namjoon menautkan jemari mereka, lagi. Perasaan hangat itu menjalar ke seluruh tubuhnya, membuat pipinya merona tanpa sadar.

Namjoon menahan senyumnya sembari memperhatikan Seokjin melalui cermin. Lelaki itu tidak sadar bila Namjoon melihat semua ekspresinya. Ekspresi terkejut saat Namjoon menautkan jemari merekaㅡsangat menggemaskan. Namjoon ingin melihatnya terus-menerus.

Pintu lift kembali terbuka, anak-anak remaja itu keluar, hanya menyisakan mereka berdua. Ditemani kesunyian. Tidak ada yang berniat berbicaraㅡatau sekadar pindah posisi. Namjoon tetap di pojok dan Seokjin tetap di sebelahnya, tangan mereka tertaut. Posisi mereka terus seperti itu sampai pintu terbuka di B12.

Seokjin berniat melepaskan genggaman tangan mereka, namun Namjoon mengeratkannya. Ia menarik Seokjin keluar lift, berjalan ke supermarket. Ia menaruh tangan Seokjin yang ia genggam dikantung coat nya.

"Tangan Kakak dingin."
Itu yang dia katakan ketika Seokjin bertanya apa yang sedang ia lakukan.

Mau tidak mau, pipi Seokjin kembali hangat. Ia merasa senang. Bukan main. Sesuatu di dalam dirinya berteriak meminta lebih.

Namjoon menyembunyikan senyum manisnya yang tidak bisa ia tahan. Sudah lama ia menyukai Seokjin, namun ia tidak pernah berani mengungkapkannya atau sekadar memberikan kode. Ia terlalu pengecut. Namun saat ini ia merasa sangat bahagia, Seokjin terlihat tidak keberatan dengan perlakuannya, ia juga membalas genggaman tangannya. Apa ini berarti lampu hijau, untuk Namjoon?

• quiescent Where stories live. Discover now