xix. stranger kiss

2.3K 343 40
                                    

"Hmmm, on my way."

Namjoon merangsek masuk ke dalam mobilnya, ia menaruh ponselnya di dashboard setelah mematikan sambungan teleponnya dengan Hoseok.

Lalu lintas Seoul jam sebelas malam cukup sepi. Hanya ada beberapa mobil termasuk mobilnya yang terlintas di jalan raya. Namjoon mengetuk-ngetuk kemudinya ketika menunggu lampu merah di atas sana berubah menjadi hijau. Walaupun sepi, ia tetap harus mengikuti peraturan, kan?

Namjoon menghela napasnya ketika ia sampai di parkiran club itu. Kalau saja Hoseok tidak memintanya untuk datang, ia lebih memilih bergelung di dalam selimut dengan anjingnya sembari menonton Black Mirror.

Ia menaikkan alisnya satu sekali sambil tersenyum kecil pada para penjaga berseragam rapi itu, lalu mereka membukakan pintu untuknya. Namjoon meringis ketika mendengar suara musik kencang tepat di telinga kanannya, ia menggeleng seraya menelisik seluruh ruangan. Mencari di mana Hoseok berada.

And, there he is.
Di tengah-tengah sofa sedang tertawa bahagia bersama gadis-gadis yang berpakaian seadanya. Namjoon berjalan ke arah Hoseok yang saat ini terlihat sangat payah, wajahnya merah seperti red velvet. Ia mempercepat langkahnyaㅡ

Bruk!
"Oh!"

Kejadian itu hanya sepersekian detik. Namjoon mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum sadar bahwa seseorang menumpahkan beer mereka di kaos Guns N Roses kesayangannya.

Namjoon menatap orang itu yang kini sedang menutup mulutnya dengan tangan. Orang itu juga mengerjapkan matanya kaget. "Sumpah aku tidak sengaja..."

"Lupakan."
Ujar Namjoon datar sembari berjalan lagi ke tempat di mana Hoseok berada. Ia terlalu malas berurusan dengan orang lain malam ini, ia hanya tinggal mandi dan meminjam baju Hoseok. Masalah terselesaikan.

Orang itu berdiri di depannya, menghentikan langkahnya. "Tidak, aku harus bertanggung jawab. Ikut aku."

Namjoon tidak bisa mengatakan tidak ketika merasakan sentuhan jemari itu di pergelangan tangannya. Seperti tersengat listrik. Ia bahkan tidak mengatakan apa-apa ketika orang itu menariknya masuk ke dalam toilet laki-laki.

Sepi.
Di sini.
Hanya ada mereka berdua dan satu orang yang sedang mencuci tangannya.

Orang itu mengambil banyak-banyak tissue lalu mengelap baju basah Namjoon. Tidak benar-benar bekerja karena beer nya sudah terlanjur menyerap. Orang itu terlihat frustrasi.

"Bisa buka jaketmu?"

Namjoon menggeleng.
"Tidak perlu. Terima kasih sudah mencoba bertanggung jawab, tapi aku akan meminjam kaos temanku saja."

Wajahnya terlihat cemas. Merasa bersalah.
"Kau serius, tidak apa-apa?"

Namjoon mengangguk.
"Bukan masalah besar."

Tentu saja ini masalah besar. Jika orang yang menumpahi beernya adalah Hoseok, ia akan menyumpah serapahi Hoseok sampai bulan depan. Masalahnya, ia bahkan tidak tega berbicara dengan suara kencang dengan pria bermata indah, hidung yang sempurna dan bibir yang terlihat sangat lezatㅡ Oke terlalu jauh.

Intinya, Namjoon tidak tega memarahi pria itu.

"Kalau begitu, masalah ini clear?"
tanyanya dengan nada tidak ingin.

Oke, Namjoon mulai bingung, kenapa dia tidak ingin masalah ini selesai? Namun ia tetap berusaha stay cool. Jadi ia menaikkan kedua alisnya, lalu mengangguk.

Pria yang sedang mencuci tangan itu keluar, jadi hanya ada mereka berdua di dalam sana. Pria di depannya menggerakkan kakinya grogi.

"Um.. apa aku boleh menciummu?"

Namjoon diam.

"Sebagai permintaan maaf?"

Namjoon masih diam.

Pria itu panik. "Kalau tidak bolehㅡ"

Namjoon mendorong pria itu ke tembok, lalu mencium bibir yang menurutnya terlihat sangat lezat itu. Tangan pria itu menjambak rambutnya yang membuat adrenalin dalam dirinya meningkat.

Namjoon memperdalam ciumannya. Pria itu yang meminta untuk menciumnya, namun dirinya yang mendominasi kegiatan itu. Dan, pria itu terlihat tidak keberatan karena merasa mampu mengimbangi permainannya. Sempurna.

Pria itu terengah-engah karena ciuman sepuluh menit tanpa interupsi barusan telah selesai. Namjoon yang menyelesaikannya, tentu saja. Ia mengelap liur yang berada di dagu pria itu dengan jempolnya.

Menatap penuh arti pada bibir merah yang kini bengkak ituㅡyang terlihat semakin lezat. Membuat sesuatu di bawah sana meminta diselesaikan.

"Thanks."
ujar pria itu malu.

Malu?
Oh Tuhan, Namjoon baru pertama kali merasakan gemas pada seorang laki-laki. Dan ia suka perasaan baru itu.

"Maaf, bibirmu jadi bengkak."
ujar Namjoon seraya menggaruk kepala belakangnya yang tentu saja tidak gatal. Ia sangat nervous!

Ia mengibaskan tangannya. "Bukan masalah." Lalu menatap Namjoon. "Aku Seokjin, dan kau?"

"Kau bisa memanggilku Namjoon."
Senyum tipis ada di wajahnya ketika ia mengatakan itu.

Seokjin mengangguk.
"Okay... Namjoon, see you later?"

Namjoon tersenyum sampai pipi.
"See you later."

Seokjin mencuri ciuman secepat kilat di pipi Namjoon sebelum ia meninggalkan pria itu menggila di sana sendirian.

Ketika keluar dari toilet dengan senyuman yang tidak hilang dari wajahnya, Namjoon berpikir, mungkin berada di sini dan bertemu Seokjin lebih baik daripada menonton Black Mirror di rumah dengan anjingnya.

**

an.
haloo? ada yang kangen nggak? gak ada ya? wkwk ya udah gpp kalo gak ada. mau bilang maaf krn udah jarang nulis T_T aku kangen bgt nulis disini huhuhuhuhuhuhu

• quiescent Where stories live. Discover now