xi. sober

3.1K 478 37
                                    

Namjoon melepas headphone nya dengan terburu karena melihat ponselnya menyala-nyala. Nama Jimin tertera di sana.

"Ada apa, Jim?"
tanya Namjoon seraya meregangkan otot-ototnya.

"Um, maaf kalau aku mengganggu, Hyung, tapi ... Seokjin Hyung mabuk berat, ia tidak mau pulang."

Namjoon mengambil jaketnya, kunci mobil dan keluar dari studionya dengan terburu.
"Di mana? Aku ke sana sekarang."

"Bar dekat kantor, Hyung."

"Oke, tolong jaga dia sampai aku tiba, jangan biarkan ke mana-mana!"
Namjoon berlari menuju basement untuk mengambil mobilnya.

*

Namjoon mengedarkan pandangannya ke segala arah, mencari-cari sosok Jimin di tengah lautan manusia yang sedang berada di dunia mereka masing-masing. Ia melebarkan matanya ketika melihat Jimin di lantai dua sedang melambai-lambaikan tangan ke arahnya. Namjoon segera naik tangga untuk menghampirinya.

"Seokjin Hyung terus-terusan ingin minum lagi, tapi aku tahan." ujar Jimin ketika Namjoon sudah di hadapannya.

"Terima kasih, Jimin-ah, aku berhutang banyak padamu." ujar Namjoon seraya menaikkan Seokjin ke punggungnya, lalu keluar dari bar tersebut.

**

Malam-malam setelahnya, Namjoon mendapat panggilan telepon lagi dari Jimin, mengatakan hal yang sama. Ini sudah ke tujuh kalinya dalam satu bulan dan Namjoon tidak pernah mempermasalahkan itu. Itu sudah seperti kewajiban untuknya.

Jimin: Hyung, Seokjin Hyung berulah lagi, ia meminum sepuluh botol soju dan ia muntah-muntah sekarang. Tolong selamatkan aku.

Namjoon sedang meeting dengan para produser lainnya dan mobilnya masuk bengkel dua hari yang lalu, jadi Hoseok yang menjemputnya kemari. Namjoon menggerak-gerakan kakinya tidak nyaman. Ingin segera menjemput Seokjin.

"Kenapa?"
bisik Hoseok yang merasakan kegelisahan Namjoon.

Namjoon membiarkan Hoseok membaca pesan dari Jimin. Ia terus-terusan menggerakkan kakinya.

"Pergilah," ujar Hoseok. "Aku yang tangani ini."

"Aku mengandalkanmu."
Namjoon segera pamit dari sana dan menelepon Jimin. Ia menekan tombol lift turun berkali-kali.

"Di mana sekarang?"
tanya Namjoon saat sudah terhubung dengan Jimin.

"Bar dekat World Palace, aku sudah di luar bersama Seokjin Hyung, dia muntah-muntah!"
ujar Jimin terdengar panik.

"Oke aku sedang dalam perjalanan ke sana."
ujar Namjoon seraya keluar dari lift. Beruntungnya, ia berada di World Palace sekarang, jadi ia segera berlari mencari bar terdekat.

Namjoon menemukan Jimin karena ia terlihat sedang menahan Seokjin untuk masuk ke dalam bar lagi.

"Hei! Hei! Hei!"
Namjoon menahan tubuh ramping Seokjin yang berusaha menerobos pintu masuk bar tersebut. "Kau sudah sangat mabuk, Hyung."

"Apa masalahmu, Brengsek?" ujar Seokjin sambil berusaha melepaskan dirinya dari Namjoon. "Lepaskan aku!"

"Kau muntah!"
bentak Namjoon.

Seokjin menonjok-nonjok bahu Namjoon kesal.
"Lalu apa hubungannya denganmu! Aku ingin masuk ke dalam! Aku ingin mabuk! Aku ingin menghilangkan si Brengsek Namjoon dalam pikiranku!"

Namjoon terhenyak sesaat.
Lalu ia memaksa Seokjin untuk naik ke punggungnya. Lelaki itu meronta-ronta sekuat tenaga, namun tenaga Namjoon lebih kuat darinya, dan Seokjin sudah menyerah sekarang.

Namjoon berterima kasih pada Jimin, lalu membawa Seokjin pulang ke rumahnya, selama di perjalanan, banyak orang yang memperhatikan mereka dengan pandangan aneh karena ia menggendong seorang lelaki, tapi Namjoon membutakan pandangannya, menurutnya, saat ini kondisi Seokjin lebih penting dari apapun.

"Jimin-ah, kau harus tahu bagaimana si Bajingan Namjoon itu memutuskan hubungannya denganku." ujar Seokjin, pipinya menempel pada bahu Namjoon. Namjoon bisa merasakan sangat jelas nafas berat Seokjin.

"Bagaimana dia memutuskanmu?"
tanya Namjoon.

"Dia bilang, dunianya berbeda dengan duniaku," Seokjin tertawa hambar. "Ini tidak seperti dia malaikat dan aku manusia, kenapa dia bilang dunia kita berbeda? Itu hanya omong kosong, kan? Dia sudah punya kekasih lain, kan, Jim?"

Namjoon menghela nafas beratnya. Ia membatin, kenyataannya begitu, Seokjin, aku malaikat dan kau manusia, dunia kita berbeda dan aku tidak ditakdirkan untuk bersama denganmu.

"Padahal, dia bilang aku manis,"
suaranya terdengar sangat parau. Hati Namjoon seolah teriris.

Tangan dingin Seokjin mendekap erat bahu Namjoon. "Dia bilang, hanya jemariku yang pas digenggam oleh tangannya,"

Ingatan Namjoon kembali pada saat ia menggenggam tangan Seokjin untuk pertama kalinya. Ia merasakan nafasnya sesak.
"Dia bilang, mataku sangat indah sampai ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dariku,"

"Tapi, kenapa dia meninggalkanku?"

Namjoon berusaha tidak mengeluarkan air matanya dan ia yakin saat ini matanya pasti sangat merah.

"Kau tahu, Jim, aku sangat merindukannya. Aku tidak bisa mengeluarkan dirinya dari pikiranku, aku minum banyak alkohol untuk melupakannya, tapi, setiap aku minum, aku malah merasakan dia berada di dekatku, namun saat aku sadar, aku kembali merasakan kehilangannya," Seokjin berhenti, ia menggigit bibir bawanya. "Jadi aku berusaha minum banyak-banyak alkohol agar terus merasakan keberadaan dia."

Namjoon merasakan dunianya berhenti. Ia tidak tahu Seokjin akan melakukan hal bodoh seperti ini, karena menurutnya, Seokjin terlalu berharga untuk melakukan hal ini demi dirinya. Ia berani bersumpah, ia bukan apa-apa dibanding Seokjin, anak dewa yang menjadi tanggung jawab Namjoon.

Namjoon diutus oleh dewa untuk menjaga Seokjin sampai lelaki itu mencapai ajalnya, namun, perasaan sialan itu hinggap dihatinya, membuat dirinya mencintai dan ingin menjaga Seokjin selama mungkin.

Namun, dalam aturan malaikat, mereka tidak boleh mencintai orang yang menjadi tanggung jawab mereka. Kalau mereka memaksakannya ... maka si malaikat harus mati.

Namjoon sangat mencintai Seokjin dan tidak bisa kehilangannya, ini terdengar egois, tapi menurutnya ia lebih sanggup menjaga dan melihat Seokjin dari kejauhan daripada tidak bisa melihat lelaki itu selamanya.

Satu hal yang Namjoon tahu,
saat Seokjin sadar, ia sangat benci dan tidak ingin melihat wajah Namjoon barang sedikitpun.

Namjoon membuka pintu apartment Seokjin dengan kekuatannya, lalu ia membaringkan Seokjin di tempat tidur lelaki itu.

Ia mengecup kening Seokjin lama,
lalu membisikkan sesuatu di telinga Seokjin.
"Jangan melakukan hal bodoh lagi, kau bisa merasakaan keberadaanku meskipun tanpa alkohol, cukup panggil namaku, dan aku akan berada di sebelahmu walau tak terlihat."

***

[ well, ini terinspirasi dari drama angel's last mission HEHE ]

• quiescent Where stories live. Discover now