viii. complete me

3.8K 473 51
                                    

"Ayah, anak kecil itu menggigit lenganku!"

Seokjin buru-buru menghampiri jagoan kecilnya. Es krim yang sedang ia pesan ditinggalkan begitu saja. Dia mengusap-usap lengan anaknya yang berbentuk gigitan itu. "Anak kecil? Yang mana? Kenapa dia bisa menggigit lenganmu?"

Jungkook, anak itu menangis.
"Aku melindungi Iron Man-ku, Ayah, dia ingin mengambilnya!"

Seokjin menarik Jungkook ke dalam pelukannya, lalu menepuk-nepuk punggung Jungkook pelan. "Sshh, jangan menangis," dia menggendong Jungkook. "Mana yang nakal? Berani-beraninya dia menggigit anak Ayah, kau mau Ayah apakan dia?"

Jungkook sesegukan, ia menyembunyikan wajahnya di leher Seokjin. "Jangan diapa-apakan, Ayah, dia masih sangat kecil."

Dalam hatinya, Seokjin tertawa. Memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Sifat Jungkook benar-benar cerminan sifat dirinya.
"Oke, anak itu bebas dari hukuman Ayah karena permintaanmu, tapi apa kau melihat ia datang bersama orangtuanya?"

Jungkook mengangguk. "Aku melihat ia berlari ke arah Ahjussi tampan yang sangat tinggi itu."

Seokjin berjalan ke arah dua orang yang sepertinya Jungkook maksud. Ia mengernyitkan dahinya. "Ahjussi tampan yang tinggi? Apa lebih tampan dan tinggi dari Ayahmu?"

"Ya."

Seokjin berhenti, tidak terima bahwa Jungkook mengatakan ada yang lebih tampan darinya. "Wah, kau menyakiti Ayahmu, lho, Kim Jungkook? Kau sungguhan? Ahjussi itu lebih tampan dari Ayah?"

Jungkook terlihat berpikir.
"Ya, Ayah, dia bahkan mempunyai lesung pipi, dan senyumnya sangat manis."

Seokjin tersedak air liurnya sendiri.
"Kau bahkan memperhatikan lesung pipi nya dan melihatnya tersenyum?"

Jungkook mengangguk semangat, lalu menunjuk Ahjussi yang ia maksudㅡ sedang menyuapi anak laki-laki yang lebih mungil dari Jungkook. Seokjin tidak memakai kacamatanya hari ini, jadi ia tidak melihat jelas wajah dua orang di sana.

"Ahjussi!"
Seokjin dibuat terkejut berkali-kali. Jungkook memanggil Ahjussi itu seolah-olah kenal dekat dengannya.

"Jungkook-ah!"
Kim Seokjin menegang mendengar suara itu. Suara yang ia bahkan tahu siapa pemiliknya tanpa melihat wajahnya. Suara yang pernah menemaninya selama ... delapan tahun.

"Seokjin-hyung?"
Sosok itu berjalan ke arahnya, semakin dekat, semakin terlihat jelas presensi yang Jungkook bilang lebih tampan darinya itu.

Jungkook memaksa turun dari gendongan Seokjin, yang menggendong hanya pasrah menuruni anaknya yang bergerak-gerak heboh. Seokjin mengerjapkan matanya tidak percaya.
"...Namjoon?"

"Hyung!!!!"
pekik Namjoon senang seraya memeluk Seokjin dengan semangat. Seokjin yang masih kebingungan tidak membalas pelukan itu.

Karena setahu Seokjin, enam tahun yang lalu, saat terakhir mereka berpisah, situasinya tidak semenyenangkan ini. Seokjin ingat sekali, Namjoon bahkan tidak berani melihat wajahnya dan berbicara padanya.

Merasakan Seokjin tidak merespon, Namjoon melepas pelukannya. "Oh... maaf."

Seokjin berdeham untuk mengurangi rasa gugupnya. Ia tidak menyangkal bahwa hatinya yang lama mati kini kembali berfungsi tiba-tiba. Ia bahkan ngeri terkena serangan jantung karena jantungnya berdegup sangat berlebihan. Seokjin menggeleng, menghilangkan pikiran itu dari kepalanya. "Bagaimana kabarmu?"

Namjoon mengusap tengkuknya.
"Tidak pernah lebih baik dari saat ini," Ia menatap Seokjin tepat di mana. "Hyung bagaimana?"

"Aku sangat baik, begitu juga dengan putraku," ujar Seokjin menunjuk Jungkook dengan dagunya. "Kau sedang liburan di sini?"

• quiescent Where stories live. Discover now