xvi. no rules

2.9K 424 108
                                    

Namjoon mengerjapkan matanya beberapa kali karena merasakan kecupan bertubi-tubi di bibirnya. Ia membuka matanya, terlihat pujaan hatinya sedang menatapnya dengan cemberut.

"Bangun, sudah siang."
ujar Seokjin seraya menyusupkan kepalanya diceruk leher Namjoon, mengendus wangi cokelat khas kekasihnya.

Namjoon mengapit Seokjin dengan kakinya, memeluk Seokjin erat. "Lima menit lagi."

"Kau bilang hari ini waktumu milikku."
tagih Seokjin dengan manja.

Namjoon masih belum bergerak, semakin mengeratkan pelukannya pada Seokjin.
"Iya, sayangku."

"Kuhitung sampai tiga, bangun atau aku marah?" ujar Seokjin sambil melihat wajah Namjoon. "Satu..."

"Aku bangun." Namjoon mengecup kening Seokjin lama, lalu hidung lelaki itu, kemudian bibirnya. "Selamat pagi menjelang siang, Kak Jinseok."

"Berhenti memanggilku dengan embel-embel Kakak diikuti panggilan kesayanganmu." ujar Seokjin sembari melihat punggung Namjoon yang terekspos.

Namjoon menoleh ke arah Seokjin yang masih bergelung dalam selimut. "Tidak mau, Kak Jinseok itu Namjoon Language yang berarti aku mencintaimu."

Seokjin tertawa.
"Berarti setiap kau memanggilku Kak Jinseok, itu artinya kau bilang kau mencintaiku?"

"Tentu saja!"

"Baiklah kalau begitu, Namjoon bodoh."
ujar Seokjin kelewat senang.

"Lho, kok Namjoon bodoh?"
Namjoon mendekatkan dirinya pada Seokjin.

"Itu Seokjin Language yang artinya aku juga mencintaimu."

Namjoon tertawa kencang seraya menggelitiki pinggang dan ketiak Seokjin, yang digelitiki berteriak geli sambil berusaha menjauhkan tangan Namjoon darinya. Ia duduk, menahan tangan Namjoon yang ingin menyerangnya. Wajahnya merah, gurat-gurat tawa masih terlihat di sana. "Berhenti, tolong, nafasku habis."

Namjoon menangkup pipi Seokjin gemas, menekan kedua pipi Seokjin yang membuat bibir lelaki itu seperti ikan. "Senang melihatmu tertawa karenaku."

"Tapi pinggangku sakit." ujar Seokjin dengan mulut monyong yang menggemaskan.

Namjoon mengecup bibir itu.
"Maafkan aku, ya? Mau kubuatkan sarapan?"

Seokjin mengangguk lucu.
"Lepaskan tanganmu dulu."

Namjoon melepaskan tangannya dari pipi Seokjin, lalu menarik lelaki itu turun dari kasur. Seokjin mengikuti Namjoon dengan memeluk lelaki itu dari belakang, mengendus aroma tubuh Namjoon langsung dari kulitnya. Namjoon berjalan pelan sembari mengusap-usap lengan Seokjin yang bertengger di pinggangnya.

Namjoon mengambil mangkuk, susu dan sereal. Ia menaruhnya di meja. "Sereal tak apa, 'kan?"

Seokjin di belakangnya hanya mengangguk.

"Nanti makan beratnya di luar, ya?"
ujar Namjoon seraya menuang susu ke mangkuk.

Seokjin mengangguk lagi.

Namjoon menghadap ke belakang, mendudukkan Seokjin di meja dapur. Ia meletakkan mangkuk berisi sereal itu di paha Seokjin.
"Mau melakukan apa hari ini?"

Seokjin menyuapkan sereal itu ke dalam mulutnya. Mengunyah pelan. "Hm... sebenarnya aku malas keluar.., apa yang bisa kita lakukan di dalam rumah?"

Namjoon bertumpu pada sisi paha Seokjin, terlalu dekat, ia bahkan bisa mencium aroma sereal yang baru saja Seokjin telan. "Bercinta?"

"Dasar mesum!" Seokjin menjedukkan kepalanya ke kepala Namjoon. "Selain itu?"

Namjoon meringis sembari mengusap kepalanya.
"Aku tidak ada ide."

• quiescent Where stories live. Discover now