22.Ekstra part 2

193 8 0
                                    

Happy Reading semuanya!!

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Happy Reading semuanya!!

Aku terpaku melihat siapa yang datang menghampiriku. Langkah kakinya membuat jantungku berpacu dua kali lipat. Hey! Kenapa dia.... Sangat cantik? Tidak, ini berbeda dari biasanya. Dia sangat cantik! Aku melihat matanya yang berbinar-binar, seolah tak ada kesedihan yang pernah terjadi dalam hidupnya.

"Hai Rafa!!"

"Hallo?"

"RAFA KITA TELAT!!"

"HAH SERIUS ?"

Aku terkejut ketika teriakan itu membuat ku takut setengah mati. Saking asyiknya melamun, aku jadi tidak sadar kalau Luna sudah tepat berada di hadapan ku. Dan...yang kulihat saat ini, dia hanya tertawa sambil memukul kecil bahu kiriku.

"Hahhh... Rafa, Rafa. Dari tadi kamu itu ngelamunin apa sih? Oh aku tau! Jangan-jangan kamu ngelamunin aku ya? Hayo... ngaku kamu?"

Aku langsung memalingkan wajah. Menggaruk tengkuk ku yang tidak gatal. Toga yang kupakai tidak terlalu panas, karena hari ini adalah musim dingin. Aku kembali menatap Luna dengan Toga yang sedikit kebesaran.

Ku perhatikan apa yang di kenakannya saat ini. Flat shoes senada dengan musim dingin, rambut yang terurai rapih, polesan make up ringan, lesung pipinya yang menambah kesan, juga poni tipis nya yang mulai melewati alis hitamnya.

"Kok aku bisa ya jatuh cinta sama cowok kayak kamu?"

"Padahal kamu udah ninggalin aku bertahun-tahun. Udah gitu, sama sekali gak ada kabar yang aku dengar tentang kamu. Tapi kenapa aku bisa jatuh cinta sama kamu?"

"Kamu mau tau gak buktinya apa?"

"Apa-"

Dia membalas suara hatiku. Aku melepasnya  dan mengusap bibirnya dengan ibu jariku. Lalu menangkup kedua pipinya hingga aku mengecup dahinya yang tertutup poni.

"Sudah terbukti kan? Jadi, kenapa kita bisa saling mencintai itu tidak sepenuhnya dijelaskan oleh kata-kata. Kadangkala, seseorang ingin membuktikannya melalui sebuah tindakan. Seperti..."

"Seperti tadi?"

Aku mengangguk memberi senyum kepastian.

"Dan sekarang waktu upacara kelulusan tinggal 10 menit lagi."

Aku terbelalak dan langsung menariknya menuju aula utama. Kami duduk berdampingan dan saling menggenggam tangan. Aku selalu melihat wajahnya yang gugup melalui ekor mataku. Setiap ada pengumuman, wajahnya berubah menjadi rasa takut. Sesekali ia mengeratkan genggaman nya.

"Yakin deh, kita pasti lulus kok. Dan... setelah kita dinyatakan lulus dengan gelar Sarjana, dua hari setelahnya kita akan menjadi pasangan yang sah. Dan-"

"Kamu bisa diem dulu gak? Aku lagi gugup nih..!"

Aku tertawa. Lalu mengacak poninya alih-alih untuk menambah rasa kesalnya.

Rafael [SELESAI]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz