RAFAEL || 11

125 7 0
                                    

"Ya ampun Luna Adek gue paling rese kayak tuyul, Lo abis berantem??" Suara cempreng milik kakaknya itu membuat Luna menutup kedua telinganya.

"Ya kagak lah!!! nga-"

"Pipi kamu kenapa?" Sontak mereka berdua pun menoleh.

"Pipi kamu kenapa?? Kamu abis berantem?? Jujur sama Bunda!!" Tanyanya lagi sedikit meninggikan nadanya.

"Tadi... Luna kena bola basket dari jauh, kenceng banget tau Bunda. Jeduk gitu bunyinya. Bunda mau liat lukanya??" Jawabnya berbohong.

"Eh ng-nggak. Yaudah, kamu masuk kamar bersihin badan kamu."

Aman... Batin Luna kegirangan

"Lah emang bau??" Tanyanya sambil mencium tubuhnya

"IYA!!" Jawab Arika dan Ferdi secara kompak

"Ih nyebelin!!" Sahut Luna dan pergi menuju kamarnya
.

.

.
Setelah selesai membersihkan dirinya, ia melihat wajahnya di cermin meja rias.

Luna memutar kembali memori saat dirinya berada di UKS bersama Rafael.

Flashback On

Rafael tak sengaja menyentuh pipi Luna yang membiru.

"Awww..!" Refleks, Luna pun memegang pipinya yang luka

"Luka?" Tanyanya dan Luna hanya mengangguk.

Tiba-tiba saja, Rafael menarik Luna pergi menuju UKS. Selama perjalanan, tak ada yang bicara satupun dari mereka, namun ada sepasang mata yang menatap mereka dengan penuh amarah dan juga rasa muak.

Tanpa basa-basi, Rafael mengobati luka Luna dengan sangat telaten dan hati-hati. Tak ada ringisan apapun yang keluar dari mulut Luna, hanya dua mata yang terus menatap wajah yang pernah hilang.

"Selesai"

Luna langsung tersadar dan segera menetralkan ekspresi nya.

Sementara Rafael, dia sibuk membereskan kotak P3K nya menuju tempat semula.

Kemudian Luna bangkit dan berdiri tepat dibelakang Rafael.

"Cie perhatian"

"Sama-sama"

Rafael terkejut dan langsung kembali kepada sikapnya yang dingin. Ia melenggang pergi dari hadapan Luna, sayangnya Luna terus saja mengekori dirinya.

"CIE PEDULI. CIE KHAWATIR. CIE... CIE...."

Luna berteriak sepanjang koridor, untung saja daerah ini sepi dan tak ada kelas satupun menetap di sini. Karena koridor ini hanya khusus untuk ruangan ekskul dan juga ruang UKS.

Plester berukuran sedang menempel di pipi kanan milik Luna. Rasa rindu pun ikut menempel didalamnya.

Duk!

"Ih dadakan, kayak tahu bulat!!" Ucap Luna mengusap dahinya.

Rafael berbalik kemudian membungkukkan tubuhnya. Menatap dalam ke arah manik mata Luna, mencari sesuatu didalam sana.

Yang ditatap???

Meleleh gue, please jangan mati!!!

"Sama-sama" Rafael mengucap kembali kalimat itu. Dan membuat Luna menyadari satu hal.

Rafael [SELESAI]Where stories live. Discover now