RAFAEL || 08

123 9 1
                                    

Revisi

"Jadi gitu ceritanya..."

Istirahat ini Luna menceritakan semuanya tentang kejadian kemarin. Meli dan Dina yang mendengar pun masih dibuat heran.

Untung saja kantin cukup sepi, bahkan teman Rafael pun tak ada. Aman bukan kalau Luna menceritakan semuanya??

"Eh, tapi gue masih heran, Kok bisa ya Rafael dengan mudahnya nerima Lo gitu aja??" Luna mengangkat bahunya sebagai jawaban.

"Ahaaa.. gue tau!!" Ucap Dina mengangkat jari telunjuknya

"Apa??" Tanya mereka berdua kompak

"Lo lupa ya?? Lo berdua kan sahabatan??"

Luna menepuk dahinya cukup keras..

"Aduhh.. Kok gue pelupa sih!!" Katanya kesal

"Yaudah.. Sana gih susul Rafael. Semalam Lo gak pamitan kan sama dia??" Ucap Meli sedikit mengusir. Memang sih semalam Luna pamit pulang, tapi tidak enak juga kalau hanya adiknya saja.

"Rada bener otaknya" Dina berbisik pada Luna.

"Iyah Din.. Abis di Ruqyah mungkin" Luna pun membalas

"Woy kuda!! Gue denger kali...!!!" Akhirnya mereka hanya menunjukkan cengiran kuda pada Meli

Lalu, teringat perkataan Meli, Luna pun pergi menyusul Rafael. Luna berlari mengejar Rafael yang sekarang mungkin berada di Taman Belakang Sekolah. Yah. Mungkin saja?

Seandainya gue kasih tau Sasha, kalo gue sama abangnya itu sahabat lama.. kira-kira reaksinya gimana ya??

Ah gak mungkin!!!

Tapi... masa iya Sasha gak tau siapa gue??

Masa sih dia..???

Selama perjalanan, Luna tak berhenti bicara di dalam hati. Kalau dengan suara, orang lain mengira kalau dia sudah Gila!! Bicara sendiri dan marah-marah juga sendirian.
.

.

.
"CK!! Kok gak ada sih??"

Saat sampai di taman biasanya, Luna malah tidak melihat batang hidung Rafael dimana pun.

Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung harus mencarinya kemana lagi.

Tik!!

Luna memetikan jarinya. Merasa tau dimana keberadaan Rafael.

Akhirnya ia pun berlari ke tujuan selanjutnya. Sesekali ia melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah 1 siang.

Pokoknya gue harus nemuin dia!! Batinnya sambil berlari ke Rooftop.

Luna mulai menyusuri Rooftop sekolah ini. Matahari yang terik, membuatnya sedikit pusing. Maklum saja, Luna memang agak lemah terhadap matahari.

Matanya menyelidiki setiap apa yang dilihatnya, ia terus mencari keberadaan manusia super cuek itu. Saat ini,,,

Sampai akhirnya, ia melihat seseorang yang tengah berbaring dengan tangan Kanan sebagai tumpuan, dan tangan Kiri sebagai penutup mata.

Luna mendekat, orang yang tertidur di sofa usang itu ternyata adalah Rafael.

Manusia yang dulunya Periang, berubah menjadi sedingin Es Kutub. Benarkah??

Kali ini gak boleh bar-bar Batinnya.

Dulu, saat ingin membangunkan Rafael ia selalu dengan cara yang kasar. Kelembutan dirinya, tidak akan membuat manusia itu bangun dari alam mimpi.

Rafael [SELESAI]Where stories live. Discover now