RAFAEL || 07

133 8 0
                                    

Revisi

Bel pulang sekolah berbunyi 10 menit yang lalu. Luna yang biasanya sudah pulang, harus tertunda karena hujan yang cukup deras. Kedua sahabatnya sudah pulang sedari tadi, mereka pun tak lupa untuk memberikan tawaran yang ditolak Luna, dan akhirnya mereka berpamitan kepada Luna.

Luna kesal!! Karena ia lupa membawa jas hujan kebanggaannya. Ditambah hari ini sang Kakak lembur karena tugas kuliah, lalu supir pribadi Bunda nya pun sedang sakit. Payung? Tentu saja dia tidak bawa!

"Seriusan nih?? Cuman ada gue sendirian. Mana jomblo lagi. Kasiaann..." Katanya yang berdiri di lobi sekolah dan  memperhatikan lahan parkir yang sudah kosong.

"Gue punya ide!!" Ucapnya sambil memetikan jari telunjuk dengan ibu jarinya.

Luna berlari menuju ruang kelasnya. Ia menaruh tas yang berisikan banyak buku didalam kelas. Apakah akan dibiarkan???

Tanpa peduli apapun, Luna kembali berjalan menuju lapangan sekolah.

Prat!!

Satu hentakan kaki sukses membuat genangan air tersebut berhamburan kesana- kemari.

Luna menari dibawah derasnya hujan. Baju seragamnya pun ia biarkan basah. Rambut yang terurai pun ikut basah.

Luna menghentikan tariannya. Jujur saja, dia bukan menari melainkan hanya bersenang-senang. Matanya menatap langit berwarna kelabu.

"Waktu itu, ada 2 anak kecil yang sukanya main sama air hujan!! Dia belum mau berhenti kalau hujannya tak kunjung reda!!" Luna berbicara dengan nada seperti orang berteriak.

"Dan sekarang 2 orang remaja. Menari bersama hujan dan bersenang-senang bersama hujan." Luna terkejut mendengar suara barusan. Ia akhirnya memutar tubuhnya menghadap orang tersebut.

Ingin sekali rasanya memeluk orang yang selama ini menghilang. Dengan perasaan yang sudah tidak diragukan lagi, Luna memeluk lelaki tersebut. Memeluknya dengan erat, sangat berat jika harus dilepaskan.

Dan lelaki itu membalas pelukan Luna dengan lembut. Kemudian berkata...

"Hujan Memberi waktu untuk kita. Hujan mengizinkan kita untuk hadir bersamanya. Hujan tak ingin kita pergi, karena itu Hujan di sore ini turun cukup deras. Hujan berkata kepadaku 'Kalian akan pergi jika aku sudah berhenti'!!" Rafael berbisik kepada Luna. Luna yang mendengar pun terharu sekaligus bahagia.

"Mungkin kamu adalah alasan Hujan untuk tetap menurunkan sejuta rintikan airnya."

Mereka akhirnya melepaskan pelukan satu sama lain. Kemudian Rafael menarik lengan Luna, dan mengajak Luna menari dibawah Hujan yang indah ini.

Bruk

"Aww.. sshhh" kata Luna meringis kesakitan

"Gue... Ketiduran?? Jam berapa ini?" Luna melirik jam dinding yang tersedia di Lobi sekolah.

"What!! Jam 5??" Luna akhirnya berlari kecil menuju arah lapangan. Sudah berapa jam ia tertidur sedari tadi?? Ntahlah!!

"Masih gerimis ya??? Bodo ah!!" Luna akhirnya berlari menuju gerbang sekolah, lalu berbelok ke arah kiri menuju Halte.

Setelah sampai di Halte, untunglah Bus berhenti dengan tepat. Baru saja bus tersebut melewati langkah Luna. Jadi ia tak perlu khawatir jika harus tertinggal.

"Hahh.. Syukur deh gue gak telat!!" Katanya sambil menyandarkan kepalanya yang terasa pusing

Saat Luna menoleh ke arah kiri dengan tujuan untuk menatap jalanan kota, ia malah menemukan wajah seorang lelaki yang tengah tertidur pulas. Jaraknya yang dekat, membuat Luna dapat melihat Lentik nya bulu mata dan juga tebalnya alis Rafael. Lelaki itu adalah Rafael.

Rafael [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang