RAFAEL || 20 (End)

174 7 0
                                    

"Bunda.. Dia dimana?!"

"Disini"

Saat mendengar siapa pemilik suara itu, perut Luna langsung di isi penuh oleh kupu-kupu juga bunga berwarna-warni. Senyum terus mengembang, air matanya mengalir saat tubuhnya mulai memeluk dengan lembut.

"Aku selesai. Aku kembali demi kamu Luna.."

"Iya.. Kamu kembali. Aku selalu percaya dengan kata itu."

Sasha, Bunda, dan Ferdi terharu melihat aksi mereka. Sesekali Arika pun menghapus air matanya yang sempat menetes.

"Sesuai janji aku."

FB On

"Saya tidak akan pernah mengakui keberadaan Kalian! Saya tidak peduli kalau kalian adalah Kerabat saya! Mulai detik ini, Rafael Eriko bukanlah keponakan Kalian! Dan kalian bukanlah Tante atau Om saya!."

Rafael memecahkan salah satu bingkai foto milik mereka. Bahkan, Desi yang merupakan Kaka ipar Bunda nya Rafael juga Tio yang merupakan Kakak kandung dari Bundanya hanya bisa menangis dan menangis saja. Pecahan beling pun berserakan di hadapan Mereka berdua.

"Ini artinya, apa yang saya katakan tadi bukanlah permainan. Melainkan sebuah kenyataan! Kenyataan bahagia untuk Saya dan pahit untuk Kalian!"

"Nak, maafkan-"

Brak!

Rafael menendang kursi dengan kuat.

"Minta maaflah pada yang kuasa."

Kalimat itu adalah kalimat terakhir yang keluar dari mulut Rafael.

Gue gak nyangka! Selama ini yang bikin gue tersiksa adalah mereka! Dan, teror itu hanyalah kepalsuan mereka.

Satu-satunya cara untuk meredam emosinya adalah pergi menuju tempat favorit. Sedari tadi kerjaannya hanya mendumel dan masih tidak menyangka atas tindakan mereka.

Rafael pergi menuju pantai tempat dimana dulu dia sering melamun sendirian. Sebelum pergi ke rumah Tante dan Om nya, ia sempat mampir ke sebuah toko Perhiasan.

Rafael mengambil selembar kertas ukuran besar lalu menulis Sesuatu tepat saat matahari mulai terbenam. Selama menulis, ia tak henti-hentinya untuk terus tersenyum. Dan di tangan kirinya masih setia dengan kotak kecil berwarna merah.

"Luna, Pantai ini menjadi saksi bisu atas tindakan ku. Matahari nya melihat, kalau aku sedang menggenggam masa depan kita. Ombaknya mendengarkan suara isi hatiku. Deru anginnya, mengirim rasa rinduku padamu. Pulang nanti, aku akan menepati janjimu padaku."

"Semoga"

FB Off.

Mereka sudah sampai di kediaman rumah Luna. Sebelum pulang, Rafael memberikan sebuah amplop besar berwarna coklat kepada Luna.

"Abang! Lama banget sih!"

"Berisik Lu, Toge!"

Luna hanya tertawa.

"Hati-hati calon imam."

"Iya calon istri."

"Fiks! gue jijik sendiri." Sasha bergaya seperti seseorang yang ingin muntah. Membuat suasana semakin hangat.

Luna duduk di tepian kasur. Ia pun mengambil buku hitam milik Rafael juga Handuk kecil miliknya juga.

"Dari orang tampan. Ish! Apaansih! Gak jelas."

Luna tertawa karena sebuah tulisan kecil di sudut amplop tersebut. Ia pun membuka dan segera membaca isinya.

Luna,
Aku cuman mau bilang I Love You.
Hehe.

Rafael [SELESAI]Where stories live. Discover now