RAFAEL || 17

126 7 0
                                    

Vote n Comment ❤️

Happy Reading

Perempuan itu membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa yang datang memanggilnya. Senyumnya merekah kemudian ia berlari kecil dan memeluk lelaki itu.

Lelaki itu tidak membalas pelukannya. Kedua tangannya masih tetap berada di dalam saku celananya.

"Gaji gue mana?" Luna teringat sesuatu dan langsung melepaskan pelukannya. Ia menatap Aril dengan tangan seperti meminta upah.

"Kok nolonginya gak Ikhlas?? Gak berkah Lo nantinya!!" Luna memegang tas nya rapat-rapat juga hati-hati.

"Inget janjinya kan??" Luna menyengir kuda kemudahan memberikan upah kepada Aril sesuai janjinya tadi.

"Thanks!! Btw, ngerayu dia susahnya minta ampun loh, melebihi mood cewek yang lagi jelek!!"

"Kalo pake sogokan insyaallah gampang!!"

"Haha, nyogok terus yah!! Di lu enak, di gue juga enak!!"

"Tekor dong gue !?"

"Gue nya nambah duit!!"

"Berasa ATM berjalan!"

"Semoga"

Merasa di diamkan, Rafael melenggang pergi dari hadapan mereka. Luna pun kaget dan langsung menarik lengannya.

"Maafin" lirihnya

"Hm"

"Aril pergi ya!! Bilang makasih nya nanti aja. Hehe" Aril pun hanya mendengus pasrah dan meninggalkan mereka berdua.

Danau ini sangat sejuk saat sore hari. Hingga pengunjung berlomba untuk memotret Sunset yang begitu indah.

Minggu sore Danau ini selalu sepi, mungkin hanya 5 sampai 7 orang yang berkunjung. Dan itu hanya sebentar saja. Hal ini dikarenakan mereka harus menyiapkan segala sesuatu untuk hari esok.

"Gue mau tanya sama Lo. Boleh?" Rafael mengangguk. Matanya menatap lurus dengan tatapan yang sulit diartikan.

Luna melirik sejenak, kemudian ia memegang cincin yang masih setia di jari manisnya.

"Kita sahabat atau musuh? Kita teman atau musuh?" Ucapan Luna yang tidak biasanya membuat Rafael buyar dari lamunannya.

"Sahabat" Jawabnya dengan santai

"Itukan dulu. Sekarang bukan. Iya kan?" Tanyanya diikuti oleh kekehan singkat.

"Sekarang juga" Luna bangkit dan berdiri dihadapan Rafael yang masih menikmati pemandangan.

"Mentang-mentang aku pendek, fokus kamu bukan aku yang jelas ada di depan kamu. Tatap Aku!!" Peirntah Luna menunjuk wajahnya sendiri.

Rafael mengikuti instruksi Luna daripada memperpanjang waktu.

"Kamu nganggep aku ini apa? Sahabat, Teman, atau musuh kamu!!?" Ucapan Luna terdengar seperti Amarah. Apa dia mengetahui sesuatu?

"Sa-" Dengan cepat, Luna memotong ucapan Rafael

"Jangan bilang sahabat kalau kamu sendiri gak mau berbagi duka sama aku!! Aku gak masalah kalau kamu tidak memberi suka. Tapi setidaknya, beri aku duka supaya aku mengerti masalah kamu!!" Ucapan Luna mampu membuat Rafael bungkam. Bahkan ia sendiri bingung harus menjawab apa.

"Gak perlu!" Sahutnya datar

"Kamu takut aku sedih? Kamu takut aku khawatir? Kamu takut kalau aku bakalan kepikiran? Kamu takut?? Hah!!?" Luna menghembuskan nafasnya, berusaha untuk tidak berlebihan.

Rafael [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang