59 | Under the Night Sky

1.3K 63 0
                                    

(Media played : Train - Marry Me)
————————————————————————

Setelah kedua keluarga selesai, Abraham dan Laura pamit duluan karena hari suda malam. Kemudian, selang satu jam, John pun juga kembali ke mansionnya di London hingga kini pun menyisakan Devian dan Yocelyn yang sedang berjalan-jalan di tepi kolam sambil bergandengan tangan. Kebahagiaan tampak bersinar dari mereka, ditandakan dari senyum lebar mereka yang sedari tadi tak surut.

"Jadi... sebulan lagi?" ucap Devian tiba-tiba sambil memandangi Yocelyn di sampingnya.

Yocelyn terkekeh geli. Pipinya bersemu merah karena malu yang ia rasakan tiba-tiba. "Jangan menggodaku, Dev."

"Aku tidak menggodamu, Honey," ucap Devian polos. Namun, Yocelyn justru menatapnya dengan tatapan tak percaya dan kemudian mencubit perut Devian kecil. Mereka pun tertawa seperti anak kecil di tepian kolam karena kekonyolan mereka sendiri.

"Ayo!" Tiba-tiba Devian menarik Yocelyn.

"Mau kemana?" Tanya Yocelyn.

"Sudah, ikut saja aku," timpal Devian sambil menarik halus Yocelyn masuk ke vila.

Devian dan Yocelyn naik menuju lantai dua. Mereka menyusuri lorong dan melewati beberapa ruangan tanpa pintu. Di dinding-dinding terdapat banyak foto dan lukisan. Beberapa foto tersebut adalah foto keluarga besar Grissham dari yang tertua dulu hingga Devian sendiri.

Terdapat satu foto yang menarik perhatian Yocelyn dan ia pun berhenti untuk melihatnya. Foto itu adalah Devian saat ia masih bayi.

"Wow, kau memang sudah tampan sejak bayi, ya," ucap Yocelyn kagum.

"Terima kasih pujiannya," ucap Devian penuh percaya diri. "Ayo, ada yang ingin kutunjukkan."

Kemudian, Devian menuntun Yocelyn masuk ke sebuah kamar yang ada di ujung. Saat mereka masuk, nuansa kayu terkesan sangat kental. Yocelyn terkagum-kagum dan menyukai bau harum ini. Keluarga Willson memang mempunyai beberapa vila di beberapa tempat, tapi entah kenapa ia menyukai ruangan ini.

Yocelyn melepas gandengan tangan Devian dan kemudian berjalan mengelilingi ruangan itu. Terdapat banyak sekali mainan dan juga beberapa foto Devian yang terpajang di tembok maupun di meja nakas.

"Apa ini kau?" Tanya Yocelyn kagum sambil mengambil sebuah figura foto dimana Devian masih berusia setengah tahun.

"Itu kakakku," timpal Devian sambil menghampiri Yocelyn. "Tentu saja itu aku, anak laki-laki yang paling tampan di keluarga ini," lanjutnya lagi dengan penuh percaya diri.

Yocelyn memutar kedua bola matanya jengah. Kemudian, ia menaruh kembali figura foto itu dan kemudian berjalan ke arah yang lainnya. Sementara itu, Devian mengikuti Yocelyn yang kini berjalan menuju balkon.

"Dulu aku dan ibuku sering bermain disini saat aku masih kecil," ucap Devian dengan pandangan lurus ke depan menerawang masa lalunya dulu bersama ibunya.

Yocelyn menoleh pada Devian di sampingnya dan menatpnya dalam-dalam. "Apa kau merindukannya?" tanyanya.

Devian tersenyum lirih. Kemudian, ia menjawab, "Sangat."

Yocelyn mengulurkan tangannya mengelus pipi Devian seakan-akan ingin mengobati rindu Devian pada ibunya yang sudah tiada sejak lama. "Aku yakin ibumu juga merindukanmu setiap hari di surga sana," ucapnya dan Devian tersenyum manis mengangguk.

"Kau tahu? Selama ini, kupikir ayah tidak menyayangiku dan tidak pernah mengerti diriku. Kupikir dia hanya menjadikanku alat untuk keberhasilan perusahaan saja," ucap Devian kemudian. "Tapi, ternyata aku salah," lanjutnya. Sementara Yocelyn terdiam dan mencoba untuk mendengarkan semua yang akan Devian tumpahkan malam ini.

"Setelah ibuku meninggal, sebenarnya aku sering memergoki ayahku menangis di ruang kerjanya. Ia selalu menatap foto ibuku sebelum tidur dan menangis karenanya. Setelah itu, aku memutuskan untuk menjadi anak yang mandiri dan tidak ingin menyusahkan ayahku yang sudah mulai berusia."

"Kau tahu? Tidak ada orang tua yang tidak menyayangi anak-anaknya. Kalaupun ada, berarti mereka adalah bukanlah orang tua yang baik," ucap Yocelyn. "Ayahmu sangat menyayangimu, tapi ia sampaikan dengan cara yang mungkin dulu tidak kau mengerti."

"Ya, malam ini aku sudah menyadarinya," ucap Devian. Sejenak, Yocelyn memeluk lengan Devian, mencoba memberikan kehangatan yang laki-laki itu butuhkan. Mereka pun terdiam sejenak menatap bintang-bintang yang menyinari langit malam itu.

"Jadi, kau ingin menunjukkanku ini?" Tanya Yocelyn tiba-tiba.

"Aku ingin menunjukkan masa kecilku padamu," timpal Devian. "Tapi, bukan hanya itu saja," tambahnya.

Kemudian, ia pun melepas pelukan mereka. Devian berdiri menghadap Yocelyn. Setelah itu, ia berdiri dengan satu kaki kanan tertekuk di bawah dan tangannya yang mengulurkan sebuah cincin berlian pada Yocelyn. Sementara itu, Yocelyn terpaku tak tahu harus berbuat apa.

"Aku tahu, mungkin ini terlambat. Aku tahu, mungkin aku tidak seromantis yang kau inginkan. Aku tahu, mungkin aku tidak sempurna untukmua. Tapi, ketidaksempurnaanku akan lengkap ketika kau masuk melengkapinya dan di bawah langit malam ini aku ingin kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu."

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Hening.

"Marry me, Yocelyn Willson."

Satu detik.

Dua detik.

"I will."

Hanya dua kata yang terucap dari bibir manis Yocelyn mampu membuat Devian seakan-akan melayang ke langit ketujuh. Ia pun menyematkan cincin tersebut dan kemudian beranjak untuk memeluk Yocelyn dengan erat.

Rasanya Yocelyn tak bisa menghentikan tangis harunya. Ia benar-benar merasa bahagia malam ini. Bahkan, ia tidak bisa mendeskripsikannya sekarang.

"Kau tahu? Bahkan, bintang-bintang di langit malam pun tahu kalau setiap hari aku membicarakanmu," ucap Yocelyn sambil melepas pelukannya dan menatap Devian dalam-dalam.

"Sejak pertama kali kita bertemu, aku tahu apa yang kurasakan saat itu. Bukan perasaan suka sementara maupun rasa tertarik biasa. Aku tahu aku jatuh cinta dan itu padamu seorang," ucap Yocelyn sambil mengelus pipi Devian lembut.

"Aku sadar aku mungkin bukanlah wanita yang sempurna untukmu. Aku sadar mungkin ada beberapa hal yang tidak bisa kulakukan dengan baik daripada wanita-wanita lain di luar sana. Tapi, aku yakin, langit malam ini pun menjadi saksi kalau aku mencintaimu dengan ketidaksempurnaanku dan berniat untuk melengkapi ketidaksempurnaanmu."
——————————————————————————
Tbc.
Tuesday, 14 April 2020

CIEEEEEEE
BTW, lagunya enak banget, asliiiii

First Love - Bachelor Love Story #2Where stories live. Discover now