56 | Surprise

1.3K 66 0
                                    

PERHATIAN 🔞
——————————————————————————

Yocelyn masih menggenggam erat tangan Devian dan menatap lekat kekasihnya yang terbaring lemah di ranjangnya. Mata laki-laki itu masih terpejam dan tampak tenang. Walaupun Luke sudah berkata padanya kalau Devian akan segera bangun, Yocelyn tetap saja khawatir.

"Bangunlah, Sayang. Kami semua menunggumu disini," ucap Yocelyn lirih. "Aku menunggumu disini," lanjut Yocelyn dan kemudian mengecup pelan tangan Devian yang ia genggam dengan mata terpejam.

"Kami akan mencari makanan sebentar. Tidak apa-apa kalau kutinggal sendiri, kan?" Tanya Lily menghampiri Yocelyn.

"Tidak apa-apa. Aku akan menunggunya disini," timpal Yocelyn sambil mengangguk dan tersenyum kecil.

"Kalau begitu, kau mau makan apa? Biar aku belikan," ucap Lily.

"Apa saja tidak masalah bagiku," timpal Yocelyn masih dengan suara rendah.

"Baiklah kalau begitu. Kami pergi dulu dan akan segera kembali," pamit Lily yang hanya ditanggapi Yocelyn dengan senyuman dan anggukan.

Selepas Aaron dan Lily keluar, ruangan pun menjadi lebih sunyi. Hanya ada suara mesin yang memantau perkembangan Devian. Sementara Yocelyn semakin gencar merapalkan doa agar Devian cepat bangun.

Yocelyn mengulurkan tangan kanannya mengelus kepala Devian, sementara tangan lainnya menggenggam tangan Devian. "Aku merindukanmu. Cepatlah bangun," ucapnya yang kemudian mencium kening Devian dengan lembut. Ia pun beranjak dari kursinya menuju toilet yang ada di dalam ruangan.

Tak perlu membutuhkan waktu lama, Yocelyn pun keluar dari toilet. Namun, ia menghentikan langkahnya dan membeku di tempat saat melihat pemandangan di depannya.

"Morning, Honey! Apa kau menikmati tidurmu?"
Laki-laki itu, Devian, dengan wajah sumringahnya dan senyum lebarnya, menyapa Yocelyn dengan riang seakan-akan tidak ada hal buruk yang baru saja menimpanya. Namun, Yocelyn masih mematung di tempatnya entah kenapa. Dan itu justru membuat Devian merasa sedikit canggung, padahal dia sudah memberikan senyumnya yang paling lebar dalam sejarah.

"Mmmm, maafkan aku, Honey. Sebenarnya, aku sudah bangun semalam, tapi karena aku mengantuk dan melihat tidak ada siapapun di ruangan, jadi aku tidur saja," jelas Devian sambil cengingisan dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kalau kau mau marah, marah saja tidak apa-apa. Aku─"

Sebelum Devian bisa menyelesaikan kalimatnya, Yocelyn sudah lebih dulu berlari dan langsung memeluk Devian. Sejenak, Devian masih mematung. Namun, pada akhirnya ia pun tersenyum dan balas memeluk Yocelyn.

"Bagaimana bisa kau tersenyum lebar seperti itu, ha? Bilang saja kalau kau kesakitan! Bagaimana bisa kau bertanya padaku tentang tidurku lelap atau tidak? Aku tidak bisa tidur lelap karenamu, bodoh!" seru Yocelyn sedikit berteriak sambil menangis bahagia.

Devian tertawa kecil dan mengelus rambut Yocelyn. "Aku tahu aku bodoh, tidak perlu kau jelaskan lagi," ucap Devian. Yocelyn pun melepas pelukan mereka dan menatap Devian seolah-olah menyampaikan pesan 'Aku rindu padamu'.

"I miss you too," ucap Devian yang seakan-akan menjawab pesan tersirat dari Yocelyn. Ia mengulurkan tangan kanannya mengelus pipi Yocelyn sambil berkata, "Jangan menangis lagi dan tersenyumlah."

"Berjanjilah padaku kau tidak akan terluka lagi," ucap Yocelyn.

"Aku berjanji."

Yocelyn mengangguk. Kemudian ia berkata, "Aku sampai tidak tahu harus berkata apa."

First Love - Bachelor Love Story #2Where stories live. Discover now