1 | Move to London

5.7K 221 0
                                    

Audison Company, New York.

Devian melangkah keluar dari ruangannya sambil membawa beberapa dokumen yang sudah ia siapkan dan kini hendak ia laporkan pada Aaron, atasannya sekaligus sahabatnya. Ia menuju lift khusus untuk menuju lantai paling atas, tempat kantor Aaron berada.

Saat lift sudah sampai, iapun berjalan keluar dengan langkah lebarnya. "Apa Aaron ada?" tanya Devian pada Marcus di meja sekretaris.

"Ada Nona Lily juga di dalam, Sir," timpal Marcus setelah berdiri dari tempatnya.

Devian memainkan matanya dan menghela napasnya kecil. "Oke, baiklah. Itu tak masalah. Lagipula aku juga akan sebentar saja," ucap Devian. "Great job, Marcus!" seru Devian pada Marcus sambil berjalan menuju pintu kantor Aaron.

Detik kemudian, Devian membuka pintu lebar berbahan kayu jati itu. Tapi, rupanya keputusannya untuk datang sekarang adalah sebuah kesalahan. Ia berdiri seperti patung sambil menyaksikan kedua temannya itu tengah bercumbu dengan panasnya.

"For God's sake! Tidak bisakah kalian melakukannya di rumah saja?!" seru Devian kesal.
​Sontak, Lily langsung menoleh ke sumber suara dan gelagapan sendiri. Sedangkan Aaron kini berbalik dan menatap Devian dengan geram.

​"Jangan marah padaku, Aaron! Aku berhak untuk mengusik kemesraan kalian disini!" seru Devian sambil melangkah masuk dikala Aaron sudah akan memarahi Devian.

"Terserah apa katamu," ucap Aaron.

​"Devian memang benar, honey," ucap Lily setuju. Ia kini duduk di sofa putih setelah membenarkan baju dan dandanannya yang sudah tak karuan karena Aaron.

"Sekarang aku lebih menyukai Lily daripada kau, Aaron," ucap Devian asal sambil duduk di kursi depan Lily.

"Ada apa kau kesini?" tanya Aaron tak mempedulikan Devian yang sedari tadi hanya mengoceh asal. Aaron pun berjalan dan duduk di samping Lily.

"Ini," ucap Devian sambil menyerahkan sebuah map besar pada Aaron dan ia letakkan di atas meja kaca di depannya.

Aaron mengambilnya dan menelitinya dengan mata menyipit. "Cepat sekali kau menyelesaikannya. Ini proyek besar yang kuberi dua hari yang lalu, tapi kau sudah menyelesaikannya pagi ini," ucap Aaron sambil manggut-manggut bangga pada temannya.

"Terima kasih atas pujiannya," ucap Devian bangga.

"Oke, sudah kuputuskan!" seru Aaron sambil bertepuk tangan sekali dan duduk bersandar pada sofa.

"Apa?" tanya Devian tak mengerti.

"Kau akan kupindahkan," ucap Aaron cepat.

"A-apa? Aaron, kau tak bercanda, kan?!" seru Devian yang terlihat tak terima dengan keputusan Aaron barusan.

Lily tersenyum. "Devian, sepertinya kau tahu kalau Aaron tak pernah bercanda dengan pekerjaan," ucap Lily.

"Tapi... kenapa? Apa alasannya? Apa hanya karena aku mengganggumu bercumbu dengan Lily tadi?" tanya Devian pada Aaron dengan gusar.

Aaron memainkan matanya dan mengerutkan dahinya seperti sedang berpikir. "Kalau dipikir-pikir, itu juga bisa dijadikan alasannya," ucap Aaron. "Tapi, alasan utamanya bukan itu," lanjutnya.

"Lalu apa?" tanya Devian tak sabaran.

"Well... aku melihat potensi yang besar padamu, Devian. Aku memindahkanmu dari sini, bukan karena aku tak suka melihatmu atau aku ingin mengusirmu dari sini," ucap Aaron dengan serius. "Selama ini aku sudah melihat kau yang tampak serius dan juga bisa diberi tanggung jawab yang besar," lanjut Aaron dan Devian masih diam menyimak.

First Love - Bachelor Love Story #2Where stories live. Discover now