28 | It Happens Again

1.1K 59 5
                                    

Devian POV

Aku menurunkan kepalan tangan kananku dari pintu kayu di depanku. Tadinya aku hendak mengetuk pintu itu. Tapi tidak jadi. Aku tahu sekarang dia sedang bersama Andrew.

Setelah selesai mengurus kekacauan kecil di acara pertunangan Aaron dan Lily tadi, aku hendak menyusul Andrew yang mengantar Yocelyn kesini. Tapi kurasa sekarang Andrew sedang berusaha meyakinkannya. Aku bisa yakin itu.

Akupun berbalik dari pintu itu dan kemudian berjalan menjauh. 'Mungkin, aku harus memberikan mereka ruang.' Batinku bersuara.

Tapi entah kenapa selalu saja ada rasa janggal pada diriku sendiri. "Ini terjadi lagi," gumamku tanpa sadar saat aku memasuki lift dan pintu lift tertutup perlahan.

Yah, ini terjadi lagi. Sama seperti setahun yang lalu. Disaat Yocelyn pergi meninggalkan Amerika dan aku tidak bisa melihat kepergiannya. Perasaan itu muncul lagi dan terasa sama persis seperti waktu. Perasaan yang tidak bisa kudeskripsi, namun bisa membuatku sesak. Dan aku tidak bisa memungkiri kalau perasaan ini juga sudah muncul sejak dari tadi saat kulihat Yocelyn dibawa oleh Andrew.

***

Aku meneguk kembali cairan yang sudah entah gelas keberapa kuminum. Sudah lama rasanya aku tak datang ke club langgananku ini. Dan malam yang sepi ini akan kuhabiskan untuk minum.

Bukan tanpa alasan aku melakukannya. Karena aku memiliki alasan kuat untuk itu. Aku ingin meredakan rasa sesak di dadaku ini sejak tadi. Tapi, sebanyak apapun cairan itu kuminum, tetap tidak bisa meredakan sesak ini. Bahkan, bayang-bayang wajah Yocelyn disaat ia bersedih tadi pun justru bermunculan sekarang. Dan juga diperparah dengan bayangan Andrew yang membawa Yocelyn pergi dengan memeluknya.

Aku hanya tertawa pedih karena itu. Aku memang menyedihkan. Itulah yang kupikirkan tentang diriku sekarang ini.

"Kukira kau sudah berhenti datang kesini." Tiba-tiba seorang pria datang dan berbicara padaku. Itu adalah Aaron.

Aku menegak minumanku kembali sebelum berkata, "Memangnya tidak boleh?"

"Seperti biasanya, Joe," ucap Aaron pada Joe—bartender club ini.

"Kenapa kau tidak di rumah saja? Apa Lily tidak menunggumu?" tanyaku.

"Nanti ada waktunya," timpal Aaron santai sambil tersenyum lebar seperti orang bodoh. "Terima kasih, Joe," ucapnya lagi pada Joe saat Joe memberikan pesanannya.

"Cih, kau tidak perlu sombong," ujarku sambil meneguk lagi minumanku.

"Bagaimana denganmu? Apa yang kau lakukan disini? Untung saja aku bisa menemukanmu disini saat, tadi aku sudah mengetuk pintu hotelmu berkali-kali," ujar Aaron sekaligus bertanya.

"Nothing," timpal Devian ringan. "Hanya minum dan minum dan minum. Seperti yang kau lihat," lanjutnya.

Aaron memandangi sahabat karibnya yang kini mungkin mulai mabuk. "Apa kau tahu, bro? Biasanya, laki-laki yang berniat menghabiskan waktu malamnya dengan minum-minum di club malam, mereka pasti sedang menghilangkan rasa frustasinya. Tapi aku yakin frustasi itu ada banyak tipenya," ujar Aaron sambil kemudian menegak minumannya sampai habis.

"Bicara apa kau ini?" tanya Devian geli.

"Kalau itu terjadi padaku, itu pasti karena wanita," ucap Aaro tiba-tiba.

"Kau mau kuadukan pada Lily, ya?" seru Devian.

"Lily sudah jadi milikku, dude!" seru Aaron. "Lagipula, dari awal aku bukan membicarakan diriku," lanjutnya lagi.

"Memangnya siapa?" tanya Devian.

"Tentu saja kau," timpal Aaron mantap.

Devian menoleh dan menatap Aaron penuh tanya. "Apa maksudmu? Kenapa kau jadi tidak jelas seperti ini, sih?" tanyanya sedikit kesal.

First Love - Bachelor Love Story #2Where stories live. Discover now