21 | The Plan

1.1K 64 0
                                    

Yocelyn POV
Hari ini adalah hari terpentingku. Setelah beberapa hari kemarin aku disibukkan dengan berbagai macam urusan menyangkut pekerjaan projek baruku kali ini yang tergolong penting untukku dan juga untuk perusahaanku, kali ini aku tengah duduk dengan perasaan gugup menunggu informasi dari Alliane.

Hingga akhirnya, setelah dua jam lamanya aku hanya duduk di kursiku, Alliane masuk ke ruanganku. Aku tak mengatakan apapun padanya, begitu pula dia. Aku hanya memberikan tanda padanya melalui tatapanku dan kemudian Alliane membalasku dengan tatapannya pula.

"Yes," ucap Alliane kemudian. "Mereka menerimanya," lanjutnya lagi dengan ekspresi senangnya, bahkan hampir melompat senang.

Ekspresiku? Tentu saja pada awalnya aku biasa saja. Tapi sedetik kemudian, aku cepat-cepat langsung menutup mulutku yang terbuka sedikit sambil beranjak dari kursiku.

"Benarkah?" tanyaku hampir berteriak pada Alliane.

Alliane mengangguk mantap dengan senyum lebar yang belum hilang dari wajahnya. "Kita berhasil," ucapnya.

"Oh my god!" seruku sambil berlari kecil menuju Alliane. Aku langsung memeluk Alliane erat dan dia juga membalasnya. "Aku tak percaya kita berhasil!" seruku.

"You did a great job, Yoce. Aku tahu kita akan berhasil dan itu semua berkat dirimu yang tak pernah menyerah," ucap Alliane seraya melepas pelukan kami.

Aku tersenyum penuh arti pada Alliane. "Bukan hanya aku. Itu juga berkat kerja kerasmu dan yang lainnya, hingga kita bisa maju selangkah lebih jauh lagi."

Alliane terkikik. Lalu kemudian ia berkata, "Aku sudah menyiapkannya."

"Apa?" tanyaku penasaran dengan dahi yang sedikit berkerut.

"Kita akan merayakanya, bukan?" timpal Yocelyn sambil menatapku dengan alisnya yang naik turun.

Aku tertawa kecil sambil menggelengkan kepalaku geli. "Ya, ya, ya. Aku tahu kalau kau pasti tidak akan melewatkan pesta, apapun itu," ucapku geli. "Dan tentu saja kita akan merayakannya."

***

Author POV
"Cheers!" seru Yocelyn di ruangannya sambil mengangkat segelas champagne dan kemudian diikuti pula oleh semua anak buahnya. Lalu, dengan perasaan gembira, mereka meminum liquid itu.

"Sekali lagi selamat, Yoce," ucap Alliane dengan bangga sambil memberikan bingkisan kecil pada Yocelyn.

"Seharusnya bukan kalian yang memberiku hadiah, Alliane. Itu seharusnya aku," ucap Yocelyn tersentuh karena ia mendapat hadiah. "Semua ini tidak akan berhasil tanpa kerja keras kalian juga. Terima kasih, Alliane," lanjutnya.

"Yah, sebut saja ini hadiah dari kami untuk kami dan kami berikan untukmu. Bagaimana?" ucap Alliane.

Yocelyn terkikik kecil sambil menggelengkan kepalanya geli. "Oke, terserah kau saja," ucapnya.

"Ah iya. Aku punya ide!" seru Alliane tiba-tiba.

"Apa?" tanya Yocelyn bingung.

"Karena kita sudah berhasil menjadi majalah fashion dengan pelanggan terbanyak dan penjualan terbaik se-London. Bukankah kita sebaiknya mengadakan hubungan kerja sama dengan pihak-pihak besar lainnya? Seperti, perusahaan-perusahaan fashion ternama," tutur Alliane.

Yocelyn langsung menjentikkan jarinya dengan semangat dan berkata, "Aku memang tak salah memilihmu, Alliane. Selain sering bercanda dan terkadang suka bertindak sesukanya, kau juga bisa kuandalkan dan memiliki semangat kerja yang tinggi."

"Aku hanya mengerjakan tugasku sebagai sekretaris," timpal Alliane sembari mengendikkan bahunya. "Dan aku akan menerimanya sebagai pujian," lanjutnya.

First Love - Bachelor Love Story #2Donde viven las historias. Descúbrelo ahora