13 | Be Careful with Your Words

1.5K 74 0
                                    

Yocelyn POV
​Lift terbuka lebar dan akupun melangkahkan kakiku keluar hendak menuju ruanganku. "Selamat pagi, Yoce!" seru Alliane sambil menghampiriku dan mengikutiku sampai ke kantorku.

"Selamat pagi juga, Alliane. Apa agendaku hari ini?" tanyaku sambil meletakkan mantel dan tasku. Setelah itu aku duduk di kursi kebesaranku.

Alliane membukakan buku agenda kecilnya. Kemudian ia membacanya. "Jam 12 nanti, ada perwakilan dari perusahaan mode dari Perancis yang akan datang untuk membicarakan projek kerjasama yang kita tawarkan kemarin. Setelah itu, makan siang bersama," ujar Alliane.

Aku manggut-manggut. "Setelah itu?" tanyaku sambil menatap Alliane.

Kulihat, Alliane membaca buku agenda kecilnya lagi. Kemudian ia mendongak menatapku dan berbicara, "Tidak ada lagi. Kau free."

Tentu saja aku langsung menghembuskan napas lega dan duduk bersandar di kursi kebesaranku. "Oke, kau bisa kembali. Terima kasih, Ane."

​Alliane menaikkan satu alisnya padaku. "Kurasa aku sudah pernah mengatakan padamu kalau aku tidak suka dipanggil dengan sebutan itu," ujarnya tidak suka.

Aku mengendikkan bahuku acuh. "Aku mendengarnya dari Dylan," ucapku.

Alliane menghembuskan napasnya kasar. "Ya! Dan dia tentu tahu itu, karena yang membuat panggilan itu adalah mantan kekasihku yang sudah memutuskanku dan mengejar wanita lain 2 tahun yang lalu!" serunya dengan berapi-api. Sementara aku hanya memandangnya tanpa berkata apapun. Aku sungguh tidak tahu apapun tentang itu. Aku hanya mendengarnya dari Dylan yang pernah memanggilnya dengan sebutan itu.

"M-maafkan aku, aku tidak tahu," ucapku yang entah kenapa jadi seperti anak penakut. Lagi-lagi Alliane menghembuskan napasnya kasar dan kemudian ia berbalik keluar dari kantorku tanpa mengatakan sepatah kata lagi.

Tepat saat aku ingin memulai kembali pekerjaanku, ponselku berdering keras. Aku mengambilnya dan melihat siapa nama peneleponnya di layar ponselku. Detik kemudian, duniaku serasa berhenti sendiri, jantungku berdegup kencang, dan napasku tak karuan, hanya karena nama penelepon ini.

Aku berdeham beberapa kali untuk menetralkan suaraku. Kemudian aku mengangkat teleponnya. "Y-ya, Devian?" tanyaku yang jadi tergagap sendiri.

"Apa hari ini kau ada waktu?" tanya Devian dari sebentar.

Aku melihat jam tanganku. Ternyata masih ada 3 jam sebelum pertemuannya dengan wakil dari Perancis nanti. "Ada, kenapa?"

"Bisa kita bertemu?" tanya Devian lagi.

Oh, rasanya ada kupu-kupu beterbangan di perutku sekarang. Aku hanya bisa senyum-senyum sendiri. Lalu, dengan semangatnya, aku menjawab, "Sure!"

***

Setelah memarkirkan Aston Martin Virage putihku di taman parkir, akupun keluar dan berjalan menuju restoran yang ada di seberang taman parkir

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Setelah memarkirkan Aston Martin Virage putihku di taman parkir, akupun keluar dan berjalan menuju restoran yang ada di seberang taman parkir. Devian mengajakku bertemu di restoran itu. Tentunya aku sangat semangat. Daritadi aku tak bisa menyembunyikan senyumku. Bahkan, aku juga jadi mendengarkan lagu-lagu yang genrenya pop yang menyenangkan, tidak seperti biasanya yang balad dan melo.

First Love - Bachelor Love Story #2Kde žijí příběhy. Začni objevovat