52 | Warning

1.4K 68 1
                                    

Seharusnya siang ini Yocelyn dan Devian sudah berada di bandara untuk kembali ke London. Semalam, di tengah aktivitas panas mereka, tiba-tiba saja Lily dan Aaron datang mengunjungi kamar Yocelyn. Tentu saja ejekan-ejekan pasutri baru itu tak dapat dihindari Yocelyn dan Devian, terutama Aaron yang gencar mengejek Devian yang harus menahan nafsunya hingga tengah malam karena kunjungan Aaron dan Lily yang mendadak itu.

"Rasanya aku seperti sedang berada di gunung es, dingin sekali," ucap Yocelyn sembari berlagak kedinginan dan melirik-lirik Devian di sampingnya yang moodnya sedang hancur sejak tadi malam.

"Kita sedang di lift, Sayang. Bukan di gunung es," ucap Devian sembari menghela napasnya sedikit kasar.

Yocelyn, dengan gerakan yang cepat, langsung menekan tombol berhenti dan dalam sekejap lift pun langsung berhenti. Kemudian, dia langsung menatap Devian yang juga tengah menatapnya.

"Kenapa?" Tanya Devian.

"Tersenyumlah. Wajah tampanmu hilang, aku tidak bisa melihatnya," ucap Yocelyn dengan manis.

Devian menyunggingkan bibirnya dengan sedikit terpaksa. Kemudian, bibirnya kembali datar lagi yang langsung membuat Yocelyn terkekeh kecil melihat tingkah Devian yang menurutnya konyol.

Lalu, tanpa aba-aba, dengan gerakan yang secepat kilat, Yocelyn mengecup bibir Devian. Tentu saja Devian terkejut. Terlebih, ciuman itu sangat cepat dan singkat.

"Aku ingin kau tersenyum, oke? Lupakan saja masalah tadi malam. Mungkin, memang ada hal penting yang ingin mereka sampaikan sampai-sampai kita dipanggil seperti ini. Lagipula, kita masih punya banyak waktu bersama." Yocelyn membujuk Devian dengan manis.

Devian menatap Yocelyn sejenak, kemudian menghela napasnya. "Mereka menginterupsi, kau tahu? Aku tersiksa semalam. Bahkan, mungkin sampai sekarang." Devian memasang wajah sedihnya, bahkan hampir seperti anak kecil yang belum diberikan mainan seharian. Sementara Yocelyn hanya menahan tawanya yang akan lepas.

"Iya, aku tahu. Aku sudah memikirkan solusinya untuk itu. Jangan khawatir," ucap Yocelyn dengan manis.

Alis Devian terangkat satu dan tatapannya sudah mulai nakal. Kedua tangannya memeluk pinggang Yocelyn dan menariknya mendekat. "Dan apa solusimu itu?"

Yocelyn tersenyum menggoda. "Yang pasti kau akan senang."

"Rasanya aku benar-benar ingin menyerbumu sekarang ini. Coba saja kita ada di kasur sekarang," ucap Devian sambil menghela napasnya lagi.

"Sudahlah. Kalau kita sudah selesai dengan Aaron dan Lily nanti, malamnya kita pasti akan kembali ke London. Berdoalah agar hari ini berjalan dengan cepat, Sayang."

Devian tersenyum puas. Yocelyn memang selalu mampu membuatnya tenang.

"Okay, Sweatie," jawab Devian sambil tersenyum lebar.

Saat Yocelyn hendak menjauhkan diri dari Devian, tiba-tiba laki-laki itu menahannya lagi. "Give me that first," ucap Devian sambil menatap Yocelyn lekat-lekat.

"Apa?" Yocelyn tak mengerti.

"Ayolah, yang tadi rasanya sangat cepat dan singkat. Aku bahkan hampir tidak bisa merasakannya," timpal Devian setengah merengek.

Yocelyn terkekeh geli. Kemudian, tangannya memeluk leher Devian. Sementara mereka sama-sama tersenyum sebelum akhirnya sama-sama terbuai dalam ciuman panas mereka.

***

"Kenapa kalian lama sekali?" Tanya Aaron sesaat setelah mempersilakan Yocelyn dan Devian masuk ke kamarnya.

"Aaron, apa masalah security dengan lift yang tiba-tiba berhenti sudah terselesaikan?" Tiba-tiba Lily datang menginterupsi.

"Sudah, Peach. Ternyata memang diberhentikan oleh yang naik. Dasar, mereka pasti sedang melakukan itu. Tidak sabaran sekali mereka," ucap Aaron sambil menggelengkan kepala pelan.

First Love - Bachelor Love Story #2Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon