16| Diam-Diam Perhatian

67.1K 3.8K 90
                                    

Tamara berjalan sendirian di sepanjang koridor dengan beberapa lembar kertas di tangannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tamara berjalan sendirian di sepanjang koridor dengan beberapa lembar kertas di tangannya. Gadis itu merasa seperti sedang diperhatikan oleh setiap orang yang berada di koridor. Entah perasaannya saja atau memang seperti itu keadaannya. Yang jelas, Tamara benar-benar tak nyaman. Gadis itu pun mempercepat langkahnya.

Tujuannya adalah perpustakaan. Ia hendak memfotokopi beberapa materi Bahasa Jerman. Gadis itu memang baru belajar untuk menguasai  bahasa itu.

Sesampainya mesin fotokopi, gadis itu langsung mengoperasikan alat itu. Tak perlu waktu lama untuk menunggu, beberapa lembar kertas langsung keluar dari alat itu. Tamara mengambil kertas-kertas itu dan menaruh selembar uang duaribuan ke dalam kotak kejujuran. Kemudian, gadis itu melangkah pergi.

Ketika sampai di pintu perpustakaan, tubuhnya tidak sengaja menabrak dada bidang seseorang. Tamara secara refleks memegang dahinya dan meringis kesakitan. Walaupun, sakitnya juga tak seberapa.

"Eh, maaf gue gak sengaja," ucap laki-laki itu.

Tamara mendongak seperti mengenal suara itu. "Kristof?"

Kristof tersenyum lebar. Setelahnya, laki-laki itu mengaduh kesakitan karena baru menyadari luka di bibirnya belum sepenuhnya pulih.

"Eh, lo gak papa, Kris?" tanya Tamara tampak khawatir.

"Enggak, santai aja," ucapnya kemudian tersenyum kecil.

"Masih belum sembuh ya?"

"Ah, udah mau sembuh kok," ucap Kristof menenangkan Tamara yang wajahnya tampak cemas.

Tamara sebenarnya juga merasa tak enak hati. Merasa jika penyebab pertengkaran Agra dan Kristof kemarin adalah dirinya. "Gue ngerasa bersalah. Gara-gara gue lo jadi kaya gini. Maaf, Kris."

"Santai aja. Bukan salah lo."

"Gue atas nama Agra juga minta maaf yang sebesar-besarnya." Tamara menundukkan kepalanya sebagai permaintaan maaf.

Kristof terkekeh pelan. "Udah gue maafin. Bahkan, kalau dia gak minta maaf pun dia udah gue maafin kok."

Tamara tersenyum lega, merasakan kebaikan dan kelapangdadan laki-laki itu.

Senyumnya seketika memudar ketika tak sengaja matanya bertubrukan dengan mata elang seseorang dari balik tubuh Krstof. Agra berdiri agak jauh dari mereka yang terpisahkan oleh lapangan basket. Agra hanya diam sambil memasukkan tangannya di kantong celana, dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Gue buru-buru, Kris. Gue duluan ya." Tanpa menunggu jawaban dari Krstof, Tamara pergi begitu saja dari hadapan Krstof dengan berlari kecil. Tamara hanya tak mau Agra salam paham dan malah lebih memperumit masalah mereka.

Kristof hendak membuka suara, tampak kebingungan dengan Tamara yang tampak menghindarinya. Kristof membalikkan tubuhnya karena merasa Tamara melihat ke balik tubuhnya sebelum pergi.

[MTS 1] More Than Possessive [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now