Bab 1 Teman Baru

183 26 37
                                    


"Sukma bangun, kamu mau telat di hari pertama ospek," teriak Alan dari depan pintu.

Sukma membuka pintu dengan dandanan yang aneh, rambut kuncir dua dengan pita yang berbeda warna. Belum lagi topi dari kertas koran yang dibawa pada tangan kirinya, rok span panjang warna hitam dan kaos putih menjadi pelengkap lainnya.

"Kamu mau main lenong, atau pergi kuliah?" ejek Alan.

"Sudahlah jangan banyak tanya. Bang Alan, buruan anterin aku ke kampus," ajak Sukma.

Alan pun bergegas menuju ruang makan, hari ini Bunda sedang pergi ke Surabaya hanya ada roti dan juga segelas susu yang disiapkan oleh Mbak Tari, wanita paruh baya yang mengurus keperluannya dan Sukma.

"Astaga, Bang Alan udah ditungguin di depan malah asyik makan," omel Sukma.

"Noh, lihat jam dinding masih pagi tau," balasnya.

Setelah sarapan pagi mereka berdua pun berangkat menuju kampus Sukma. Alan yang bekerja sebagai manager di salah satu perusahaan jasa setiap pagi mendapatkan mandat untuk mengantar Sukma ke sekolah, bahkan hingga sekarang saat adiknya itu masuk bangku kuliah. Bunda tidak memberikan izin Sukma untuk mengendarai motor, semenjak kecelakaan kecil tempo hari.

"Dek, kamu minta mobil sama, Bunda. Biar aku gak tiap hari jadi driver kamu," usul Alan.

"Aku juga maunya begitu, Bang. Bunda susah dirayunya, coba Abang menikah," balas Sukma.

"Pacar aja gak punya, trus nikah sama siapa?" ujar Alan.

"Dasar jomblo akut, tampang boleh juga, pekerjaan keren tapi miris dalam cinta," ejek Sukma.

Mereka berdua bergurau hingga tak terasa telah sampai di depan kampus Sukma. Masih terlalu pagi, namun mahasiswa dan mahasiswi baru sudah banyak yang hadir. Dandanan ala Sukma juga terlihat mencolok untuk dijadikan pembeda. Sukma mengambil topi dan juga kertas yang bertuliskan namanya.

"Dek, kau mirip dengan topeng monyet," ejek Alan.

"Gak usah ngeledek, pergi sana. Eh, terima kasih, Abang jelek," usir Sukma.

Alan hanya tersenyum, kemudian menyalakan mesin mobilnya kembali. Adik perempuan satu-satunya meski bawel namun ia selalu menyayanginya.

Sukma berjalan menuju kampus, karena kerepotan membawa tas, topi serta kertas nama yang lumayan besar ia tidak sengaja menabrak seseorang hingga semua barang bawaannya jatuh.

"Maaf," ucap Sukma.

Lelaki yang ditabraknya pun membantu menata barang-barang Sukma, kemudian mengalungkan kertas nama pada lehernya. Sukma tersenyum sebagai ungkapan terima kasih, entah kenapa ia tiba-tiba tidak mampu mengeluarkan suara.

"Senyum yang cantik, aku tahu jika tampan dan tidak terpesona dengan senyumanmu," ujar cowok itu.

Sukma tiba-tiba muak dengan sikap cowok yang menolongnya, tampan sih, tapi pedenya selangit. Dia tadi hanya tersenyum bukan tebar pesona kepada dirinya.

"Terima kasih, satu lagi aku tidak tebar pesona kepadamu!" ucap Sukma kemudian berlalu pergi.

"Woi, Sukma ingat ya, namaku Raka kamu pasti akan menjadi kekasihku," balas Raka yang kemudian memberikan kerlingan mata pada Sukma.

"Dasar sinting!" umpat Sukma.

Baru sampai di depan pintu kelas, suara microphone membuat Sukma menghentikan langkahnya. Semua peserta ospek diharapkan untuk berkumpul di lapangan, padahal matahari pagi ini bersinar dengan terik. Sukma masuk ke dalam kelas, meletakkan tasnya asal saja kemudian turut berkumpul di lapangan.

Rahasia Cinta Sukma (Completed)On viuen les histories. Descobreix ara