Bab 16 Kamu Di mana?

31 1 0
                                    

Langit gelap tak satu bintang pun menampakkan sinarnya, bahkan sesekali cahaya kilat membelah gelapnya malam. Rinai hujan perlahan basahi bumi, sepertinya langit ikut merasakan kegundahan hati Raka. Berulang kali ia menghubungi ponsel Sukma, nihil ia sedang tidak aktif.

Raka menengadah menatap rinai hujan, "Sedang apa kamu di sana?" tanya Raka pada rinai yang lembut membuat rasa hatinya pilu.

"Tok tok tok,"

Terdengar bunyi ketukan pintu, Raka pun beranjak dari jendela samping. Di bukanya pintu, wajah lelaki yang dulu pernah menjadi ayah tirinya. Handoko, lelaki yang kini menjadi ayah tiri Sukma.

Raka mempersilahkan lelaki itu masuk, "Silahkan duduk, Pak. Ada yang bisa saya bantu," ujar Raka.

"Maaf, mungkin dulu kita tidak pernah dekat, namun aku juga berempati kepadamu," Handoko memulai pembicaraannya, "aku juga tahu sejak lama hubunganmu dengan Sukma,"

Raka sudah menduga pasti ini ada hubungannya dengan Sukma. Apakah Handoko yang telah menyembunyikan Sukma? Namun, Raka tetap diam menunggu lelaki di depannya ini membuka suara.

"Aku menyukai kamu, lelaki yang bertanggung jawab dan juga pintar namun itu bukan berarti aku menyetujui hubunganmu dengan putri tiriku, Sukma," ucapan Handoko tidak membuat Raka terkejut, ia sudah mengetahui hal itu sejak lama.

"Lalu apa yang menjadi tujuan, anda datang ke rumah saya," Raka mulai tidak suka dengan basa-basi, "menyuruh saya menjauhi, Sukma,"

Handoko tertawa mendengar ucapan Raka, "Cerdas namun penuh emosi, ciri khas anak muda zaman sekarang," sindirnya, "Tidak aku bukan orang picik, kamu boleh dekati Sukma. Asal siap menahan sakit hati karena Ardi adalah calon suaminya,"

Handoko memandang tajam pada manik hitam Raka, "Satu kesempatan untuk kamu, jika bisa merebut tender Angkasa Raya corp aku pasti merestui hubunganmu dengan Sukma,"

Raka tersenyum dalam hati, ada asa yang bisa di perjuangkan. Meski, entah berada di mana Sukma saat ini.

"Terima kasih untuk kesempatannya, Pak," Raka pun menjawab pernyataan Handoko.

"Baiklah anak muda, tunjukkan kecerdasanmu. Aku tahu kamu pasti bisa, karena didikan Handoko bukan pribadi yang lemah," ujar Handoko kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.

"Terima kasih, ayah," lirih Raka yang masih terdengar di telinga Handoko.

"Aku menunggu keberhasilanmu," Handoko menghilang di balik pintu.

*******

Lima hari berlalu, Raka tidak dapat menemukan Sukma. Alan dan juga kedua orang tua Sukma sudah lapor polisi, sayangnya semua itu nihil tak ada hasil apapun. Raka dan Ardi sudah saling tuduh, bahkan saling ancam lewat ponsel. Mereka berdua belum di takdirkan untuk bertemu, seperti halnya kemarin Alan bersama Ardi. Hari ini Raka yang bersama Alan, sepertinya takdir telah membuat dua orang yang saling benci itu bertemu juga.

"Bangsat! Kau sembunyikan dimana Sukma?" tuduh Ardi.

"Bajingan! Kau yang penculik," geram Raka.

Saat keduanya hendak baku hantam, Alan menengahi. Tak ada gunanya mereka berdua berkelahi, tidak akan menemukan Sukma. Lebih baik bersatu, membagi tugas biar Sukma segera ketemu.

"Cukup kalian berdua, kita seharusnya sama-sama jika ingin Sukma ditemukan. Jika nanti dia memilih salah satu diantara kalian, hargai keputusannya. Jangan memaksakan kehendak, Ardi ini selebaran tempel di daerah timur, Raka kamu bagian barat, aku di bagian selatan utara dan tengah nanti bersama keluargaku,"

Raka dan Ardi saling berjabat tangan, mereka sadar apa yang di ucapkan Alan adalah benar adanya. Novi tiba-tiba datang diantara mereka, memeluk lengan Ardi lalu mengecup pipinya.

"Wow, Sukma hilang seharusnya aku senang karena Raka pasti akan kembali padaku," ujar Novi, "Sayangnya hatiku telah berganti untuk, Ardi. Bye Raka, ayo aku bantuin menempel selebaran ini,"

Raka tersenyum penuh kemenangan, "Terima kasih ya, Nov," kata Raka.

Ardi membolakan matanya lalu meninggalkan Raka dan Alan tanpa sepatah kata, sedangkan Novi mengikutinya dari belakang. Melihat itu Alan hanya bisa geleng-geleng kepala, "perempuan kalo jatuh cinta mengerikan, mengejar tak peduli  hanya dijadikan teman kencan," ujar Alan.

"Miris, cinta bisa membutakan nurani dan juga harga diri," sambung Raka.

Mereka berdua pun berpisah, menempelkan selebarang yang ada foto Sukma. Pengumuman orang hilang pun di share di sosial media, baik cetak maupun  online. Berharap dengan cepat bisa menemukan Sukma, dalam keadaan baik-baik saja.

Raka memandangi selebaran yang di tempelnya dengan pilu, namun firasatnya mengatakan bahwa Sukma sedang baik-baik saja. Ramadan di siang yang terik, Raka masih berjalan kaki menyebarkan selebaran. Rasa haus dan lapar tidak di hiraukannya, peluh pun membanjiri pelipis Raka.

"Sukma, kamu dimana sayang," ujar Raka yang mulai kehilangan tenaga.

Di tempat lain yang jauh dari alat transportasi, seorang wanita paruh baya tengah menemani gadis yang di temuinya di pinggir pantai. Sudah lima hari, tapi gadis itu belum juga siuman. Gadis cantik dengan rambut sedikit pirang, bernapas teratur dalam tidur panjangnya.

Sukma merasakan tubuhnya mati rasa, untuk di gerakkan pun sulit. Ia bisa mendengar deburan ombak, namun matanya tak jua mau terbuka. Sukma menangis dalam diam, pipinya basah oleh air mata yang terus luruh. Terdengar suara Raka menyebut namanya, namun begitu pelan. Sekuat tenaga ia berusaha memanggil nama Raka,

"Raka," ucap Sukma.

"Alhamdulillah, Si Neng sudah bangun, sepuluh hari tidur terus tidak capek?" tanya seorang wanita paruh baya yang duduk di samping ranjang Sukma.

Sukma kebingungan, bagaimana ia bisa berada di tempat yang asing? Rumah khas nelayan dan juga deburan ombak pantai. Lalu kemana Raka? Bukankah semalam berjanji mengajaknya berjumpa di dermaga.

"Neng pasti bingung, perkenalkan nama saya Imah, panggil saja Bi Imah," ujar wanita paruh baya itu, "Bibi menemukan Neng malam itu di pinggir pantai, untung saja tidak bertemu orang jahat,"

"Panggil saya Sukma, Bi Imah. Asli Jakarta, ini daerah mana ya?" tanya Sukma.

"Jawa Barat, Neng. Banten tepatnya," balas Bi Imah.

Sukma termenung, bagaimana ia bisa berada di Banten. Bukankah Raka mengajaknya bertemu di sekitaran Tanjung Priok? Sudahlah dirinya terlalu lemah untuk memikirkan semua hal yang terjadi, belum lagi ia pingsan selama sepuluh hari.

=====================
Endang Violetta

Hai reader menuju beberapa part terakhir dari kisah Rahasia Cinta Sukma

Rahasia Cinta Sukma (Completed)Where stories live. Discover now