Bab 13 Anak Pelakor

31 1 0
                                    

Sukma telah kembali ke Apatemen miliknya, dan itu pun harus di antar oleh Ardi. Menurut kedua orang tua mereka, biar terbiasa jika nanti mereka telah resmi menjadi suami istri. Tak ingin melihat Bundanya kecewa, Sukma pun menuruti saja perintah mereka. Untuk saat ini dia tidak ingin ribut, dia meski memikirkan cara agar hubunganya dengan Raka di setujui.

Ardi menggentikan mobilnya, "Sayang, mau disini terus sampai malam?" tanya Ardi.

Sukma pun tersadar dari lamunannya, "Maaf, terima kasih sudah mengantarku," ujar Sukma lalu membuka pintu mobil untuk keluar.

Ardi tak ingin terlalu memaksa, ia menyadari jika hati Sukma telah berubah. Jika ia berlaku sedikit kasar bisa di pastikan kebencian yang akan di terimanya. Sukma memandang kepergian Ardi dengan tatapan kosong, hatinya lagi-lagi merasa bersalah. Mengapa ia begitu mudah jatuh dalam pesona Raka, sedangkan dulu Ardi adalah raja di hatinya.

Ayu tiba-tiba sudah berada di sampingnya, menarik kasar rambut panjang Sukma, "Dasar pelakor, ibu dan anak sama saja," umpat Ayu.

"Sukma meringis kesakitan,"Ayu lepaskan, sakit!" ucap Sukma.

Ayu tertawa kemudian manampar dengan keras pipi Sukma, "lebih sakit mana dengan hati mamiku? Asal kamu tahu Handoko ayah tirimu adalah papiku!" bentak Ayu.

Rasa sakit akibat tamparan dan tarikan rambut oleh Ayu membuat Sukma mati rasa begitu mendengar kenyataan yang sesungguhnya. Bunda berkata, "Handoko adalah seorang duda yang bercerai dengan istrinya yang berselingkuh dengan sahabatnya sendiri," lalu siapa yang harus Sukma percaya sekarang.

Ayu menampar kembali pipi Sukma, "Gak usah berlagak sok tidak tau apa-apa, ini baru awal jika berani menggoda, Ardi kamu akan habis di tanganku," ancam Ayu.

Sebelum Ayu pergi Sukma sempat berkata, "Hari ini aku terima setiap tamparanmu, jika esok terbukti keluargamu yang bersalah aku akan membalasmu berkali lipat," balas Sukma, "Aku sudah memiliki, Raka jadi ambillah Ardi jika kau mampu,"

Sukma berjalan menuju Apartemennya, mengambil mobil dan kembali ke rumahnya untuk meminta penjelasan. Di mengabaikan sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Dia tidak peduli dengan penampilannya yang berantakan. Harga dirinya telah di rendahkan, ia tidak suka di sebut anak seorang pelakor.

"Bunda harus berkata sejujurnya, hari ini juga," gumam Sukma seorang diri.

Tepat saat Sukma sampai di rumah, Ayah dan Bunda juga bersiap untuk pergi ke Bandara. Ayah mengeryitkan keningnya menatap penampilan Sukma, seperti itu juga Bundanya mengamati.

Sukma lupa tata krama ia benar-benar emosi, "Bunda menikah dengan Pak Handoko bukan merebut milik orang lain kan?" tanya Sukma tanpa basa-basi, "jujur saja, Bunda,"

Ayah mengeram marah, "Tata kramamu hilang kemana? Sudah jadi binal sekarang, melawan orang tua lagi," hardik Ayah.

Sukma sudah tak peduli lagi, ia pun berteriak di depan Ayahnya, "Ini akibat tamparan dan tarikan rambut oleh anak Ayah! Apakah aku harus diam saja disebutnya anak pelakor, jawab!" bentak Sukma.

Bunda yang tidak tahan melihat Sukma membentak suaminya, akhirnya menampar anak gadisnya itu tanpa sengaja, "Jangan bertindak tidak sopan, Sukma!" pekik Bunda.

Sukma kecewa, ternyata Bunda begitu mencintai suaminya dari pada dia anak kandungnya. Dia tak lagi butuh jawaban, Bunda telah melupakan almarhum papa. Bagi Sukma itu lebih menyakitkan jika dibandingkan sebutan anak pelakor. Ia pun pergi meninggalkan rumah, menaiki mobilnya dengan kencang.

Bunda menangis terisak dalam pelukan Ayah, "Sukma salah paham, Mas. Bagaimana jika ia kecelakaan, mengendarai mobil dengan emosi," sesal Bunda.

"Tenangkan dirimu, biarkan dia menenangkan diri dulu. Aku yakin ia anak yang kuat, tidak akan salah jalan hanya karena masalah ini," Ayah mencoba untuk menenangkan Bunda.

**********
Setelah bosan mengendarai mobilnya tanpa tujuan, akhirnya Sukma pun berdiri di depan gerbang makam kristen kalibata. Papa memang seorang kristiani yang tekun, pria berkebangsaan Swiss yang menetap di Indonesia karena menikah dengan Bunda. Papa meninggal karena sakit jantung, saat aku kelas dua smu. Kemudian Bunda menikah karena merasa hampa hidupnya.

Sukma membawa bunga mawar putih, yang tadi sempat di belinya saat ingin ke tempat peristirahatan Papa.

Ia duduk di samping kiri makam, "Hai Papa, aku merindukanmu, tidakkah kau merindukan putrimu ini?"

Air mata Sukma tiba-tiba luruh, ia merindukan orang yang paling menyayanginya. Baik Alan atau pun Sukma memang lebih dekat dengan Papa dari pada Bunda. Itu karena, Papa selalu meluangkan waktu untuk anak-anaknya. Setiap kali ke Swiss mengunjungi keluarga Papa, pasti Bunda tidak mau ikut karena alasan pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkan.

"Sukma, My little princess. Biarkanlah rasa manis, asam, asin, pahit serta hambar hadir dalam hidupmu mewarnai serta menumbuhkan rasa kepercayaan dirimu," ucapan papa terngiang kembali di indera pendengaran Sukma.

Seberkas senyum terbit di sudut bibir Sukma, ia harus bisa menjadi pribadi yang tangguh dan berprinsip dalam menjalani hidup. Biarlah takdir yang akan menjalankan perannya, ia akan bersama Ardi atau Raka. Begitu halnya dengan Bunda, ia akan diam menunggu sebuah penjelasan nanti seminggu setelah hari ini.

Tak perlu lagi ia marah meski kecewa, berdamai dengan hati adalah jawaban untuk semua masalah. Tak ada manusia sempurna, hanya diri kita sendirilah yang membuat semua menjadi rumit. Sukma pun melangkahkan kakinya dengan ringan, sambut esok hari dengan harapan.

======================
Endang Violetta

Part 13 rahasia cinta sukma, salam literasi untuk para reader😍😘

Rahasia Cinta Sukma (Completed)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora