Bab 18 Titik Terang

26 1 0
                                    

Arunika masih malu-malu menampakkan dirinya, tanah basah bekas hujan semalam masih tergenang. Suasana riuh ramadan tetap saja berjalan, mereka tetap saja menyusuri jalanan dengan ceria. Anak-anak selalu bahagia dengan impiannya, tak ada beban tak ada rasa segan.

Raka menyusuri jalan dengan motornya, seorang sopir taksi ingin menemui dirinya. Menurut sopir itu, berbicara di telpon tidak jelas. Raka pun berjanji pagi ini menemuinya di depan kantor pangkalan taksi. Dua puluh menit perjalanan Raka pun sampai di pangkalan taksi. Ia membuka ponselnya, lalu menghubungi sopir taksi tersebut.

"Mas Raka, saya anton sopir taksi yang menghubungi anda tadi," ujar seorang pria paruh baya.

"Iya, Pak mari kita cari warung atau tempat untuk duduk," ajak Raka.

"Saya puasa, Mas, maaf kita di sini saja," tolak halus Anton, "Begini, Mas hari itu saya mengantar gadis ini ke dermaga,"

Anton menunjukkan selebaran yang berisi pengumuman orang hilang yang ada foto Sukma.

"Bapak yakin itu gadis yang ada di foto ini?" tanya Raka sedikit ragu.

Anton tersenyum, "Mas Raka, saya belum setua itu untuk tidak mengenal penumpang yang order taksi," ujar Anton, "saya melihat ia berdebat dengan mantan anak majikan saya, Nak Ayu. Saya gak lihat selebihnya cuma tiga hari kemudian Nak Ayu marah-marah dengan seseorang di telpon. Bagaimana jika perempuan itu mati di laut, saya tidak punya bukti hanya menduga saja. Saya sempat lihat Nak Ayi naik kapal bermuda," ujar Anton.

Raka sempat bengong, mana mungkin demikian bukankah Ayu itu teman Sukma juga. Raka baru ingat jika Ardi dan Ayu sempat menjalin hubungan.

"Terima kasih atas informasinya, Pak," ujar Raka lalu memberikan amplop berisi uang, "terima ya, Pak sekedar buat beli bakso,"

Anton menolak pemberian Raka, "Saya menolong dengan tulus, Mas Raka,"

Raka pun bersikeras, "Saya pun memberi dengan ikhlas, terima ya, Pak" pinta Raka, "Biar Sukma segera di temukan dengan keadaan sehat,"

"Terima kasih, saya terima ya, Mas. Oh iya sebaiknya Mas Raka pergi ke dermaga, cari informasi tentang kapal bermuda," saran Anton.

"Baik, terima kasih, Pak do'akan segera bertemu dengan calon istri saya," pamit Raka.

********

Raka sudah berdiri di depan rumah Sukma, ia mengetuk pintu berkali-kali. Alan membuka pintu dengan kesal, karena Raka mengetuknya mirip dengan deptcollector penagih hutang. Melihat Raka berdiri di depan pintu, rasa kesal Alan pun sedikit berkurang.

Raka langsung masuk tanpa di persilahkan oleh Alan, "kemarilah, aku punya kabar terbaru tentang Sukma. Dengarkan baik-baik jangan komentar dahulu," ujar Raka.

Alan langsung berdiri, begitu rekaman itu selesai di dengarnya, "kita ke dermaga sekarang, cari bukti dan informasi," ajak Alan.

"Tunggu! Apakah itu Ayu anak Ayah?" tanya Handoko, "aku mendukung apapun keputusan kalian, jika terbukti dia bersalah masukkan saja ke penjara,"

"Ayah, semoga bukan Ayu, dan itu semua sebuah ketidaksengajaan," ujar Alan.

"Ayo, kita berangkat Raka," ajak Alan lagi.

Raka pamit kepada Handoko, kemudian menyusul Alan yang sudah beranjak pergi duluan. Ardi datang saat Raka baru keluar dari dalam rumah, mereka berdua masih saling sinis. Raka menyusul Alan saat berada di dekat Ardi ia berkata, "ada titik terang, kalo mau ikut ayo berangkat sekarang,"

"Ikutlah," ujar Ardi yang mengikuti langkah Raka menuju mobil Alan.

Melihat dua orang pria yang mencintai Sukma sedang akur, ada rasa bangga di hati Alan. Sukma memang layak di cintai semua orang, termasuk dirinya sebagai kakak.

"Wow kalian berdua sudah akur," ledek Alan lalu melajukan mobilnya menuju dermaga.

Tanpa kata Raka memberikan rekaman itu pada Ardi, betapa terkejutnya ia jika Ayu gadis yang dulu manis dan kalem sekarang bisa sekriminal ini. Ardi hanya bisa merenungi semua hal, jika ada yang di salahkan atas semua ini adalah dirinya. Pecundang yang takut akan rasa cinta di balik persahabatan mereka.

"Maaf, aku menyesal ini semua salahku," lirih Ardi.

"Sudahlah, takdir berjalan sesuai kehendak dari sang pencipta," sambung Alan.

"Apakah itu berarti kamu menyerah," ejek Raka.

"Menyesal, ingat bukan menyerah," kesal Ardi.

Mereka bertiga tertawa bersama, ternyata curhat sesama lelaki lumayan menyenangkan. Apakah mereka bertiga bisa sedekat ini jika Sukma telah ditemukan? Biarlah waktu yang akan menjawab semuanya, bagaimana takdir akan mempermainkan hidup mereka.

"Woii turun! Kalian pikir aku ini sopir taksi," geram Alan, "kita cari dulu kapal bermuda,"

Ternyata jika Tuhan sudah menunjukkan jalan, semua akan terasa cepat dan mudah. Kapal bermuda sedang sandar di dekat mereka bertiga, lalu Raka turun melihat ke dalam kapal. Terlihat seorang lelaki, sedang membersihkan geladak kapal.

"Maaf, kenal orang ini, Pak?" tanya Raka.

"Oh iya saya tahu, Neng cantik yang sengaja lompat ke laut karena putus cinta," ujar pelaut itu, "kata Neng Ayu yang sewa kapal ini tempo hari, temannya itu nekat lompat karena sudah bosan hidup menderita.

"Raka terkejut, berarti Sukma memang terjun ke laut. Tidak Sukma bukan perempuan yang lemah, hanya karena pamrih makanan.

"Ada apa? Kok jadi lemas begitu ejek Ardi.

"Sukma melompat ke laut," sesal Raka.

Alan yang mendengarkan hal itu langsung lemas, tidak mungkin ia kehilangan adik satu-satunya. Peduli setan, ia langsung menghubungi pihak yang berwajib. Tak peduli itu murni kecelakaan atau sebuah kesengajaan yang di rencana.

===========================
Endang Vioeleta

Hai readerr.... part 18 siap di posting. Happy reading😍😍

Rahasia Cinta Sukma (Completed)Where stories live. Discover now