Bab 14 Kamu Berubah

26 1 0
                                    

Raka menunggu Sukma di apartemennya, sungguh ia terbakar cemburu melihat kedekatan Sukma dengan Ardi belakangan ini. Dia tak ingin cinta yang selama ini di perjuangkan, harus berakhir ditengah jalan. Lelaki mana yang tidak sakit hati, kekasihnya berjalan bersama orang yang di cintainya sedari kecil.

Sukma terkejut saat melihat Raka ada dalam Apartemennya,
"Raka, sejak kapan kamu disini?" tanya Sukma. 

Begitu halnya Raka, ia melihat penampilan Sukma yang berantakan luruh sudah amarah yang sedari tadi menguasai hatinya, "Kamu kenapa bisa seperti ini? Bersihkan dirimu dulu, biar aku siapkan makanan," ujar Raka.

Sejujurnya ia ingin mengintrogasi Sukma, apalagi terdapat darah yang telah mengering di sudut bibirnya. Namun ia tak ingin egois dan menambah beban Sukma, biarlah kekasihnya itu menenangkan diri. Raka menuju pantry lalu membuka lemari es, ada bahan makanan yang bisa di masak.

"Ayam, sayur, sosis, telur, mau dimasak apa ya?" tanya Raka pada dirinya sendiri.

Raka pun menanak nasi di rice cooker, tak banyak tapi cukuplah untuk berdua. Dengan cekatan ia memotong sayur untuk di jadikan sup. Sedangkan Ayam ia goreng kering setelah di bumbui, tak lupa tempe goreng dan sambal kecap. Menu sederhana untuk kekasih tercinta, Sukma semarah apapun Raka kepadanya ia selalu bisa mengendalikan diri.

"Wah, kamu masak apa?" tanya Sukma yang telah kelihatan lebih segar setelah mandi, "kamu mandi dulu, biar aku yang menata di meja makan,"

"Sudah selesai kok, sayur sop ayam dan tempe goreng," balas Raka, "Baiklah aku mandi dulu, kamu siapkan semua di meja,"

******

Mereka berdua duduk di balkon kamar Sukma, dia juga telah menceritakan semuanya kepada Raka. Mulai dari perjodohan dengan Ardi, tuduhan Ayu, serta tamparan Bunda. Sukma masih terisak dalam pelukan Raka, entah mengapa dirinya merasa tidak kuat menghadapi semua ini seorang diri.

"Sayang, sudah jangan menangis lagi, kita cari solusi masalah ini bersama-sama," ujar Raka.

Sukma menatap manik hita Raka, "Kamu tidak akan meninggalkan aku? Apalagi jika memang benar aku putri seorang pelakor," tanya Sukma.

Raka mengusap air mata yang luruh dari manik hazel Sukma, "Aku tak akan berjanji apapun, biarlah takdir yang menjawab semua. Bukankah Ardi cinta pertamamu? Aku harus bagaimana jika di hatimu  aku tetaplah yang kedua?" kata Raka.

"Pulanglah, aku sedang ingin sendiri," usir Sukma.

Raka pun melangkahkan kakinya menuju pintu keluar, ia tak berkata apa-apa hanya mencium kening Sukma sesaat. Dalam hati ia mengumpat pada dirinya sendiri, apa yang ada di hatinya justru terucap sebaliknya. Jujur saja, ia sangat takut kehilangan Sukma. Namun, boleh bukan dirinya tidak percaya diri? Ia merasa kalah dari Ardi, lima tahun bersama Sukma baru setahun ini ia mendapatkan kepercayaan untuk menjalin hubungan.

"Kamu pengecut sekali, Raka!" umpat Raka pada dirinya sendiri.

Sukma menatap penuh kecewa pada pintu yang menghilangkan sosok Raka. Dia lelaki yang kini memiliki seluruh hatinya, pergi meninggalkannya karena keraguan di hatinya sendiri. Untuk apa kata motivasi yang di ucapkan dua jam yang lalu, untuk apa pula ia menenangkan hati Sukma jika sekarang ia meragu pada keputusannya.

"Raka, meski Ardi adalah cinta pertamaku namun kamulah pemilik hatiku," gumam Sukma.

******

Alarm terdengar nyaring di telinga Sukma, bukankah baru juga ia memejamkan mata. Jam dinding menunjukkan pukul tiga pagi, saat semua orang bangun untuk sahur di hari pertama. Besok adalah ramadan hari pertama, saat yang tepat untuk kembali bermunajad dalam do'a. Sukma bangkit untuk cuci muka, kemudian menuju pantry untuk memasak air.

"Mie instant dan telur, bolehlah untuk sahur di hari pertama," ujar Sukma menyemangati dirinya sendiri.

"Siapa bilang mie dan telur, nih aku bawain ayam geprek kesukaanmu," sahut Raka yang sudah berdiri di belakang Sukma.

Sukma berbalik, lalu menatap tajam Raka, "Kenapa datang kesini, bukannya menunggu takdir saja," geram Sukma.

Raka mendekat, di ciumnya pipi chubby Sukma, "Hal itu memang benar tapi bukan berarti aku menyerahkankan kamu begitu saja kepada Ardi," ujar Raka, "aku sayang kamu,"

Mereka berdua kemudian tersenyum, Sukma menyiapkan dua cangkir kopi untuk sahur. Sedangkan Raka mengambil piring untuk menyiapkan nasi geprek yang di bawanya. Sebuah harapan terbersit di hatinya, cinta harus di perjuangkan meski sekejam apapun rintangan yang menghadang.

Mereka berdua menikmati santap sahur bersama, meskipun  dengan drama yang menyesakkan dada. Kisah mereka baru di mulai, akan ada banyak rintangan di depan sana. Jika bersama, apapun rintangan itu akan menjadi mudah untuk di hadapi.

"Sayang, jangan menangis lagi. Maaf aku sempat meragukan cintamu untukku," ujar Raka sambil mencium kening Sukma.

Sukma tersenyum lalu, memeluk erat tubuh Raka, "Jangan meragu, kamu yang kedua namun kamulah akhir dari perjalanan cintaku. Stay with me,"

=========
Endang Violetta

Bagaimana readers masih mau lanjut lagi?

Rahasia Cinta Sukma (Completed)Where stories live. Discover now