Bab 15 Menghilang

27 1 0
                                    

Ardi marah rencananya bersama Novi kemarin gagal total, hari ini mereka berdua makan sahur bersama. Cctv yang sengaja di pasang tanpa sepengetahuan Sukma menjadi bukti nyata, cinta gadis itu telah berubah. Sepertinya ia harus menyerah, atau melakukan hal yang lebih buruk lagi. Memaksa Sukma agar tidak mendekati Raka lagi.

Ardi tanpa sengaja melihat Raka, ia pun menghampirinya, "Tunggu, aku ingin bicara dengan kamu," panggil Ardi.

Raka menghentikan langkahnya, niatnya untuk membeli sesuatu tertunda. "Kamu, sepertinya kita tidak punya urusan," ujar Raka.

Ardi tersenyum sinis, "Siapa bilang kita tidak punya urusan, jangan dekati calon tunanganku," sengit Ardi.

Raka mengerutka keningnya, "Masih calon, yakin Sukma mau dengan kamu," ejek Raka.

Tersulut emosi, Ardi pun memukul Raka, "Bedebah, awas saja jika berani mendekati Sukma. Habis kamu!" Geram Ardi.

Raka yang tak siap akan pukulan Ardi langsung terhuyung beberapa langkah, sudut bibirnya robek sehingga mengeluarkan darah. "Mau main kekerasan, ayo," ujar Raka yang langsung membalas pukulan Ardi.

Mereka berdua terlibat baku hantam sehingga menjadi pusat perhatian banyak orang, dua orang security menghentikan aksi mereka. Menyeret keluar keduanya dari pusat perbelanjaan.

Seorang security yang gagah dan kekar menghardik mereka berdua, "Jika kalian membuat keributan disini lagi, siap-siap saja mendekam di balik jeruji besi," ucapnya lalu pergi meninggalkan Raka dan Ardi yang sama-sama berantakan.

Ardi berdiri lalu merapikan bajunya, "urusan kita belum selesai," ancamnya.

Raka pun berdiri dengan baju yang di biarkan berantakan, "Pasti! Kutunggu apalagi ulahmu," balas Raka.

Raka tak habis pikir dengan kelakuan, Ardi. Bukankah ia yang menolak cinta Sukma dulu, namun kenapa setelah sekian lama kembali dan ingin memilikinya. Dari pada pusing mikirkan hal ini, lebih baik ia pulang saja. Tak mungkin juga ia kembali ke kantor dengan baju kusut dan kotor.

*******

Raka tak mendapatkan satu sms atau chat WA dari Sukma seharian ini, ada apakah dengan dia. Sesibuk apapun ia tak pernah lupa untuk sekedar menyapa atau mengingatkan hal kecil. Raka mengambil gawainya, WA Sukma off terakhir di lihat saat ia sahur bersama dirinya. Raka menghubungi ponsel Sukma, ternyata tidak aktif.

Raka merasakan keanehan tersendiri, "kemana kamu, sayang? Apa sebaiknya kujemput saja kamu di kantor," ucap Raka pada dirinya sendiri.

Raka pun mengambil motor sportnya, entahlah di saat seperti ini motor lebih lincah dan cepat sampai tujuan. Tak perlu waktu lama, lima belas menit ia sudah sampai di depan pintu gerbang kantor Sukma. Kebetulan ada rekan kerja Sukma yang di kenal oleh Raka.

Raka menepikan motornya, kemudian turun dan menghampiri perempuan paruh baya yang sedang berdiri menunggu jemputan. "Boleh tanya, Mbak. Apakah semua karyawan sudah pulang?" tany Raka.

Perempuan itu tersenyum, "Nyari dek Sukma ya? Dia tidak masuk kerja, katanya sedang sakit," balas perempuan itu.

Raka buru-buru pamit, kemudian melajukan motornya ke Apartemen Sukma. Pikiran buruk tiba-tiba menyergapnya dalam angan, ia pun segera mungkin menepis pikiran buruk itu. Ucapan adalah do'a seperti halnya angan ia juga bisa menjadi nyata.

"Kamu membuat aku takut, sayang," lirih Raka.

Motor Raka pun terparkir di tempat biasanya, kemudian bergegas menuju Apartemen Sukma. Ia memasukkan kode yang telah di hafalnya, pintu terbuka tak ada tanda-tanda keberadaan Sukma.

"Sayang kamu di dalam situkah?"   panggil Raka di depan kamar mandi. Tak ada jawaban, Raka pun membuka pintu kamar mandi. Kosong, bahkan tak ada bekas air sama sekali. Seperti yang Raka perkirakan, pasti Sukma pergi dari rumah sejak pagi.

Raka mengambil ponselnya, ia mencoba mengubungi Alan. Semoga kakak Sukma itu tahu di mana keberadaan adiknya. Panggilan pun terhubung,

(Alan, apakah Sukma ada di rumahmu)

(....      )

(Baiklah, terima kasih. Mungkin sedang belanja atau kemana?)

(...              )

(Iya, aku hanya khawatir saja. Takut terjadi apa-apa dengan dia, ok sampai jumpa lagi)

Raka duduk di sofa ruang tamu, kepalanya pusing memikirkan kemana perginya Sukma. Sayup-sayup terdengar suara adzan, tanda waktu untuk berbuka puasa di hari pertama. Raka beranjak dari duduknya, mengambil air putih lalu meneguknya.

"Alhamdulillah untuk puasa hari pertama ini, kamu kemana sih, sayang?" ujar Raka seorang diri.

Raka pun keluar dari apartemen Sukma, mengunci dengan sandi biasanya. Ia harus pulang ke rumah, berbuka dan melaksanakan sholat tarawih. Setelah itu baru ia akan mencari Sukma kembali, siapa tahu dia sudah pulang ke apartemennya.

Lain halnya yang sedang di pikirkan oleh Ardi, ia tengah kebingungan juga melihat layar laptopnya. Sukma tidak ada di apartemen mau pun rumah orang tuanya, sedangkan Raka datang ke apartemen Sukma. Kemana perginya Sukma? Atau Novi mulai nekat dengan bertindak di luar batas.

Melihat Novi yang tiba-tiba duduk di depannya, Ardi segera menepis tuduhan itu. Ia menutup laptop di mejanya, lalu menatap sinis pada Novi. Ardi berdiri kemudian berjalan ke arah Novi, di pegangangnya kedua bahu yang tak tersentuh sehelai kain pun itu. "Kamu tahu, Sukma dari pagi menghilang dari apartemennya, jangan bilang kamu nekat," tuduh Ardi.

Novi membolakan matanya malas, "Ardi, aku masih waras! Buat apa juga aku mengotori diriku dengan perbuatan jahat," ujar Novi.

Tiba-tiba pintu ruang kerja Ardi terbuka secara kasar, Ayu berdiri dengan amarah yang berapi. Ia sudah siap dengan ribuan serapah untuk Ardi dan Novi.

"Jalang! Bisa gak sih gak gangguin kekasih orang," ejek Ayu.

"Wow, jalang teriak jalang, maaf aku gak level sama kamu," ujar Novi lalu berdiri dan mengecup bibir Ardi sekilas, "kita berjumpa lagi besok, urus dulu macan betinamu,"

"Awas kamu, Ardi milikku atau kamu akan habis di tanganku. Kamu dan Sukma memang sama-sama pelakor,"

Ardi hanya diam saja menatap drama di depannya, sedangkan Novi pergi  dengan suara tawa yang memecah keheningan. Ayu pun mendekati Ardi yang telah duduk kembali di mejanya, tanpa kata ia duduk di pangkuan Ardi. Jujur meski ia suka dengan gadis yang agresif namun ia membenci sikap Ayu yang terlalu berani.

"Turun!" ujar Ardi, "ada urusan apa denganku, bukankah kita sudah putus,"

Ayu melotot mendengar ucapan Ardi, "Aku tidak mau di putuskan, kamu milikku. Pasti semua ini gara-gara Sukma dan siapa gadis jalang tadi," geram Ayu.

Ardi semakin jengah dengan sikap Ayu, "pergilah, aku sedang sibuk lagian ini sudah malam," usir Ardi.

"Lihat saja, aku pasti akan menghabisi Sukma dan si jalang tadi," ancam Ayu kemudian pergi dengan membanting keras pintu.

"Dasar, gadis sinting," desis Ardi menahan amarahnya sendiri.

===============
Endang Violetta

Hai readers Sukma datang lagi, eh tapi di part ini dia gak muncul ya😁😁

Rahasia Cinta Sukma (Completed)Where stories live. Discover now