Bab 4 Kepergianmu

44 3 0
                                    

Dicuekin itu tidak enak, apalagi dia adalah orang yang sangat berarti. Sukma bingung harus berbuat apa, Ardi terus saja menghindari dirinya. Apalagi sekarang ada Ayu yang terus saja mengikuti kemana pun dia melangkah. Ia paham betul siapa pacar Ardi, berbeda dengan statusnya hanya seorang sahabat.

"Sebaiknya aku ke rumah Ardi," Sukma membatin.

Hari Minggu seperti ini ia hafal betul jika Ardi pasti masih tidur, lebih baik sekarang ia bersiap untuk pergi ke rumahnya. Jika harus menyiapkan sandwich, Sukma takut sahabatnya itu sudah bangun dan pergi bersama Ayu. Seperti yang beberapa kali ia lihat dalam sebulan ini, cemburu! Pastilah karena Sukma mencintai Ardi, meski dia menolaknya dengan status mereka yang bersahabat.

"Cinta itu tidak salah, sahabat juga bukan sebuah kesalahan. Mengapa kamu tidak mengerti juga," gumam Sukma.

Sukma telah selesai dengan aktivitasnya, ia pun berangkat menuju rumah Ardi. Masalah ini harus selesai, dulu sehari saja berantem pasti langsung baikan. Kenapa juga mempermasalahkan rasa, bukankah semua itu juga bukan keinginannya. Bukankah dulu mereka baik-baik saja, penuh canda dan juga tawa.

"Semoga semua baik-baik saja," ucap Sukma sebelum mengetuk pintu rumah Ardi.

"Selamat pagi, Sukma, silahkan masuk. Tante kangen lo, kenapa tidak pernah main kesini?" tanya Mama Ardi, "kamu sibuk latihan matematika? Begitu kata Ardi."

Sukma hanya tersenyum kemudian masuk ke dalam rumah mengikuti Mama Ardi. Rumah yang sama, dulu ia setiap hari berkunjung ke rumah ini. Ada rasa rindu yang tiba-tiba menyeruak, foto masa kecilnya masih menghias Indah di sudut ruang tamu. Fotonya dan Ardi yang saling berpelukan, menjulurkan lidah, saling tarik telinga, ah sungguh masa yang begitu Indah untuk dikenang.

"Ardi di dalam kamarnya, kamu bangunin gih nanti sarapan pagi barengan," ujar Mama Ardi, "Tante masak cumi pedas kesukaan kalian."

"Siap, Tante," balas Sukma lalu melangkahkan kakinya menuju kamar Ardi.

Sukma hafal betul setiap sudut rumah Ardi, ia juga paham jam berapa sahabatnya itu bangun. Ada rasa ragu yang tiba-tiba hadir, ia takut Ardi mengabaikan dirinya. Bukankah selama satu semester ini dia terus saja menghindari Sukma. Rasa di hatinya terus mengatakan, ia masuk ke dalam kamar itu.

"Pagi, kamu mau kemana? Kok sudah rapi," sapa Sukma.

Jujur dalam hati ia merasa terkejut dengan kehadiran Sukma, namun ditutupi dengan sikap acuh agar tidak terlihat olehnya. Ardi ingin sekali mengatakan pada Sukma, jika ia harus pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studinya disana.

Lebih tepatnya, ia ingin menghindari Sukma, agar rasa yang ada di hati gadis itu pupus dan menghilang. Mereka adalah sahabat, tidak boleh ada cinta yang bisa membuat persahabatan mereka putus di tengah jalan. Sahabat untuk selamanya, kekasih hanya tempat singgah sementara. Pacar bisa saja putus, tapi persahabatan tidak ada kata putus.

"Tumben kamu, pasti mau mampir makan gratisan," ucap Ardi untuk mencairkan kecanggungan diantara mereka.

"Sotoy, tapi emang aku lagi lapar nih. Ayo turun kita sarapan pagi bersama," jawab Sukma.

Pagi ini Jujur ia sangat terkejut dengan perubahan sikap Ardi, namun tidak juga menanyakan perubahan itu. Untuk seorang Sukma, ia mau bersikap baik saja, sudah merupakan kebahagiaan tersendiri. Mereka berdua keluar dari kamar Ardi lalu menuju meja makan, Mama Ardi tersenyum melihat hal itu.

"Ardi, kamu tidak lupa mengatakan hal itu pada Sukma bukan?" tanya Mama Ardi.

"Kamu mau bilang apa?" sambung Sukma.

"Nanti saja, kita ke tempat rahasia, disana aku ceritakan semua," balas Ardi.

Mereka berdua pamit kepada Mama Ardi, setelah sarapan pagi dengan menu cumi pedas. Mood Sukma tiba-tiba menjadi baik, Ardi mengajaknya naik motor untuk menuju tempat rahasia mereka. Sebenarnya bukan tempat rahasia, hanya saja mereka menjadikan tempat itu markas spesial. Gubuk kecil di belakang gedung sekolah lama mereka, memghadap ke danau buatan yang berada di area kampus mereka.

Rahasia Cinta Sukma (Completed)Where stories live. Discover now