18

5.4K 612 88
                                    

"Sepertinya bapak sedang bahagia ya, tidak sadarkah anda sedari tadi menebar senyuman ke semua orang? Dan itu bukanlah kebiasaan anda." Ucap Karin, ketika mereka sudah sampai di ruangan Sasuke, Hugo menunggu di depan pintu. Menunggu terpanggil. 

"Tidak, siapa yang tersenyum?"

"Oh benarkah? sepertinya saya yang harus menambahkan ketebalan kaca mata saya."

"Ya, harusnya kau lakukan itu." ekspresi Sasuke tidak lagi se-sumringah tadi. Dia menahan ekspresinya agar tetap sedingin biasanya. 

"Apa kau sudah mengurus surat kepemilikan rumah sakit ini?"

"Ya, sudah ditandatangi juga oleh Itachi." Seminggu lalu Sasuke sudah berdiskusi dengan Itachi untuk kepemilikan rumah sakit akan jatuh padanya, yang nantinya akan jatuh ke tangan Sarada saat anak itu sudah siap memegangnya. 

"Aku ingin kau memindahkan kepemilikan ini menjadi atas nama Sakura_"

"Sakura? Maksudmu ibu Sarada?"

"Ya, kenapa?"

"Kenapa?" Karin mengacak rambutnya. "Kau sepertinya memang sudah gila, untuk apa? Kau mau memberikan rumah sakit ini pada Sakura? Gedung ini bukan miniatur kau sadar itu kan?"

"Ya."

"Sasuke sadarlah, dia bukan siapa-siapamu!"

"Ya aku sadar itu, aku tidak akan memberikannya sekarang, tapi jika mungkin aku mati sebelum aku memastikan Sarada bisa menanganinya, aku ingin rumah sakit ini dikelolah oleh Sakura. Hanya sampai Sarada mampu menjadi pemilik resminya. 

"Begini, sepertinya kau terlalu baik menjadi manusia. Sasuke dia sama sekali tidak pantas mendapatkannya, kau tidak ingat, dia memilih untuk pergi saat kau berada pada titik terendah mu saat itu. Saat kau dililit hutang apa dia mendampingimu, saat kau bahkan tidak bisa tidur apa dia ada untukmu, memberikan pijatan untuk bahumu yang kaku? Sasuke sadarlah." 

Sasuke tau itu, dan pernyataan Karin memang benar. Bahwa Sakura memang pergi saat dia begitu membutuhkannya. Sakura meninggalkannya saat dia berada pada titik terpuruknya. Mungkin rasa cinta itu sudah menguasai dirinya lagi, hingga membuatnya menjadi orang bodoh. 

"Itachi tidak akan setuju dengan ini." Lanjut Karin masih mencoba untuk menyadarkan bosnya.

"Aku tidak menyuruhmu melapor pada Itachi, rahasiakan ini pada semua orang. Aku hanya memastikan bahwa rumah sakit ini jatuh pada tangan yang tepat, jika aku mati nanti."

"Apa kau akan mati? Kau tidak akan mati Sasuke, tidak secepat itu, kau bahkan masih akan tetap seperti ini sampai Sarada besar dan bisa memilikinya."

"Lakukan saja apa yang aku perintahkan. Lagi pula tidak ada yang tau kapan seseorang akan mati."

"Aku anggap hari ini kau hanya sedang tidak waras." Karin keluar ruang dengan membanting pintu. 

Di luar dia menitikkan air matanya, karena terlalu kesal dengan Sasuke yang berani-beraninya membicarakan kematian di depannya. 

"Ada apa Karin?" Tanya Hugo.

"Tidak, pastikan saja dia tidak mati sebelum tua!" Ucap Karin, lalu pergi melakukan apa yang telah diperintahakan padanya. Dengan berat hati. 

*****

Sakura tidak mempedulikan omongan Sasuke yang menyuruhnya cuti, masih banyak pekerjaan yang belum dia selesaikan. Hanya saja dia datang di sore hari setelah menunggu Sarada pulang sekolah. Lalu dia meninggalkan Sarada di ruang rawat Boruto, sedangkan dia memeriksa pasien-pasiennya pasca operasi. 

Sembari dia berjalan kesana-kemari dia merasa bahwa beberapa orang saling berbisik setelah dia lewat, atau dua orang yang tiba-tiba diam saat mengetahui ada dirinya. Tanda bahwa dia sedang dibicarakan. 

Comeback [SasuSaku Fanfiction] CompletedOnde as histórias ganham vida. Descobre agora