3

7.8K 800 51
                                    

"Jadi kau pacar Mamaku?" Sarada menghampiri mereka berdua dan duduk di kursi dekat Sakura.

" Ya dan calon Papa mungkin."

Sarada menatap penampilan Sasori dari atas sampai sebatas dada karena selebihnya terhalangi meja. "Aku sudah punya Papa dan dia tampan."

"Ya aku tau, aku bisa menjadi Papa keduamu." Jawabnya santai sambil tetap mengunyah makanannya.

"Kalau begitu kau harus bisa menandingi Papa, ya setidaknya setara."

"Baiklah itu mudah, kau bilang Papamu tampan apa aku masih tidak bisa menandingi ketampanannya?"

"Ya, kau cukup tampan. Papaku seorang bisnisman. "

"Aku seorang dokter."

"Wah benarkah?" Sarada sebenarnya ingin membuat Sasori minder, tapi dia tidak bisa menahan kekagumannya. Entah, dia selalu terkagum-kagum pada seorang dokter, dan saat dia besar nanti dia ingin menjadi dokter.

"Ya dia kepala dokter di UGD" Jelas Sakura.

"Huwaa, oke kau lebih tinggi 1 point. Sebenarnya aku benci pekerjaan Papaku, dia selalu sibuk dan melupakan janji liburan denganku."

Sakura langsung menatap Sarada penuh tanya, ternyata Sasuke belum berubah, batinnya. "Oh, tapi itu kesibukan yang dibuat oleh Nenek agar aku bisa menemui Mama." Lanjut Sarada sebelum nantinya Sasori akan menang satu point lagi

"Apa Papa masih suka pulang malam?" Tanya Sakura.

"Oh tidak, Papa pulang jam 4 sore, Papa selalu menyempatkan diri untuk makan malam bersama, ya terkadang memang Papa harus lembur, atau ke luar negeri untuk urusan bisnis."

"Begitu ya,,, aku juga sibuk, tapi aku bisa menjamin kalau aku akan punya waktu untukmu, aku bisa menemanimu liburan. Karena aku punya jatah cuti dari rumah sakit." Jawab Sasori dengan bangganya, Sakura mencibir, dia terlalu mengenal Sasori. Bagi Sasori pasien adalah prioritas utamanya, tapi untuk cuti itu memang benar.

"Hmm begitu ya, kita lihat saja nanti. " Sarada mengangkat sedikit bahunya.

"Tidakkah aku mendapatkan point lagi?"

"Tidak, karena Papa juga bisa cuti, asal waktunya tepat."

Sasori mengacak-acak rambut Sarada sambil berlalu membawa piringnya ke dapur.

"Sekalian cuci penggorengannya." Ucap Sakura.

"Yes Mam."

Sarada dan Sakura masih terus berbincang di meja makan, seperti hanya sekedar menceritakan tentang sekolahnya. Tentang dirinya yang sering mendapatkan nilai sempurna, dia juga bercerita kalau kaca matanya membuat anak-anak manja itu mengatainya kutu buku. Dia menyebutkan teman-teman di sekolahnya dengan sebutan anak manja, karena dia tidak pernah merasa berteman dengan mereka, mereka juga tidak menganggap teman pada Sarada kecuali saat membutuhkan jawaban Ujian.

Berbeda rasanya menceritakan tentang sekolah pada Sasuke dan pada Sakura. Mungkin karena dia sudah sering bercerita, hingga terkadang respon Papanya itu pun biasa saja, tidak seperti Sakura yang antusias untuk mendengar semua ceritanya, tidak jarang juga Sakura memberi nasihat pada Sarada, mumpung dia sempat.

Sasori juga ikut bergabung sebelum dia harus kembali lagi ke rumah Sakit. Karena dia ada jadwal operasi. Mendengarkan gadis itu bercerita dia teringat masa kecilnya bersama Sakura, Sarada mirip sekali dengannya saat berbicara juga dan tersenyum, walau terkadang Sarada akan terlihat seperti Sasuke.

Walau dia sempat sangat membenci Sasuke yang telah merebut Sakura dulu. Sebenarnya, tidak sepenuhnya merebut, Sakura dan Sasori berteman sejak kecil di desa itu, tapi setelah lulus SMP Sakura pindah ke Tokyo karena ayahnya yang seorang tentara harus pindah tugas di Tokyo. Dan akhirnya mempertemukan mereka berdua, Sasori merasa kehilangan sekali saat Sakura mengatakan akan menikah dengan Sasuke. Sasori patah hati parah saat itu, dia memilih pergi keluar negeri untuk menyembuhkan patah hatinya. Di samping itu dia sedang kuliah kedokteran di sana, setelah selesai dia kembali dan menjadi dokter hebat di kota kecil itu. Bicara tentang patah hati, Sasori lah yang menyembuhkan Sakura dari patah hatinya, Sasori yang sepenuh hati mendukung Sakura untuk menjadi seorang dokter.

Comeback [SasuSaku Fanfiction] CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang