4

7.5K 788 57
                                    

Pagi ini sesuai dengan kondisi hatinya yang kacau balau, UGD nampaknya lebih kacau lagi. Saat dia akan mampir menemui Sasori, dia dikejutkan dengan kondisi ruang UGD yang kacau. Anak-anak menangis, orang-orang tua yang sedang mencari anaknya, atau beberapa orang yang menarik-narik perawat untuk segera melakukan pertolongan pada anak mereka.

"Kenapa banyak anak-anak terluka?" Sakura bisa melihat seragam yang dikenakan anak-anak itu, dan dia menduga kalau ini adalah kecelakaan bus sekolah.

"Bus sekolah terpeleset dan masuk jurang, ini masih setengahnya." Ucap  petugas administrasi di UGD. "Oh, dia selalu keren dengan rambut acak-acakan, pakaian penuh darah dan berada di atas tubuh pasien seperti itu. Sambil melakukan CPR lalu keringatnya mengalir sexy sekali, bayangkan kalau dia sedang mencumbumu."

Sakura melihat kearah yang sama seperti petugas gemuk itu menatap. Dan terlihat kekasihnya sedang berada di atas ranjang pasien sedang melakukan CPR pada seorang pasien lelaki setengah baya, detak jantungnya pasti sudah terhenti. Selama dia bekerja bersama Sasori, dia tidak pernah melihat ada pasien yang mati di depan lelaki itu. Sasori dokter hebat menurutnya, seolah dia memiliki tangan Tuhan.

"Oh maaf Sakura bukan aku ingin berpikiran macam-macam pada kekasihmu."

"Tidak masalah, semua orang pasti kagum melihatnya." Ya, termasuk dirinya sendiri, lihatlah otot lengannya begitu menonjol dan berkilau oleh berkeringat.

"Ya dan harusnya kau bersyukur mendapatkan-nya Sakura. Menikahlah dengannya dia pasti bisa membuatmu puas. Lupakan mantan suamimu yang impoten itu."

Sakura hampir tersedak ludahnya sendiri, dia bahkan sudah lupa kalau dia sendiri yang membuat rumor itu. Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan tidak penting tentang perceraiannya. Dulu dia selalu menjawab kalau suaminya impoten itulah yang membuat mereka bercerai. Sebenarnya dia tidak peduli dengan mereka yang sok peduli padanya, dia yakin mereka hanya ingin tau dan selebihnya tidak peduli, jadi menurutnya untuk apa dia menjelaskan panjang lebar, yang nantinya juga akan mengorek luka-luka yang sudah dia balut rapat.

"Sakura." Panggil Sasori sambil menghampirinya, benar sekali dia memang keren dan terlihat sangat maskulin, dengan keringat dan noda darah. "Selamat pagi, maaf situasinya kacau sekali." Sakura melihat pasien yang ditangani Sasori tadi sudah dipindahkan, mungkin ke ruang operasi atau untuk melakukan CTscan.

"Maukah kau membantuku di sini sebentar? selagi aku di ruang operasi. "

"Ya, lagi pula nanti juga semua pasien ini kan menjadi pasienku kan? "

"Terimakasih, sayang, aku pergi dulu." Sasori tersenyum pada petugas administrasi yang menatap iri pada mereka, lalu berlari pergi.

"Terimakasih sayang.... Aku berharap ada ciuman sebenarnya." Ucap petugas gemuk sambil mencibir.

"Mimpilah saja." Sakura membuka jaketnya, dan menitipkan pada petugas itu. Lalu dia mulai berjalan menghampiri pasiennya.

Dia mengambil alih tugas Sasori, terkadang dia memerintah perawat dan dokter-dokter magang yang bertugas, sesekali dia marah jika ada hal yang tidak sesuai perintahnya.

Seorang anak seumuran Sarada, sesaat membuatnya pening, teringat akan kejadian bertahun-tahun silam. Tapi segera dia menepisnya, atau dia tidak akan bisa bekerja dengan baik.

***

Di tempat lain Sarada bermain dengan anak-anak panti, dia terkagum-kagum saat melihat betapa kompaknya anak-anak di panti asuhan itu, mereka memiliki tugas masing-masing setiap harinya. Tanpa paksaan mereka akan melaksanakan tugas-tugas itu, dengan senang hati malahan. Sarada dan kedua temannya pun ikut membantu sambil berbincang-bincang dengan beberapa dari mereka.

Comeback [SasuSaku Fanfiction] CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang