13

5.4K 628 56
                                    

Kembali dia dihadapkan dalam ekspresi penuh air mata itu, wanita yang sedang membekap pipinya. Membuatnya menggelengkan kepala kuat, mencoba untuk menolak kenyataan yang benar terjadi. Bukan dia yang melakukannya,  dia tidak sengaja tidak benar-benar ingin melakukannya. 

"Aku mau cerai." Ucapan itu membuat Sasuke terjaga, dengan keringat yang mengucur deras, napas yang tersengal dan tangan kanan yang seolah memerah panas, dan bergetar hebat. Sasuke menggenggam tangannya mencoba untuk menghilangkan rasa panas itu, namun tidak kunjung hilang, hanya membuat tangannya semakin panas. 

Dia hanya perlu menenangkan dirinya, seperti yang dokternya katakan. Sasuke menarik dalam lalu menghembuskan-nya, berusaha untuk terlihat teratur. Setidaknya dia sedang berusaha.

"Papa?" Sarada memasukan kepalanya di celah pintu kamar  yang dia buka sedikit. "Mimpi buruk?" Tanyanya saat Sasuke tidak menjawab, tapi dia tau papanya mendapatkan mimpi buruk lagi. Karen tadi dia mendengar jeritan tertahan dari Sasuke. 

"Ya, Kau belum tidur." Sasuke menghidupkan lampu tidur di sampingnya hingga kamarnya mendapatkan penerangan cukup. 

"Belum." Sarada menghampiri, ikut naik ke ranjang besar milik papanya. "Tangan Papa sakit lagi?" Lanjutnya saat melihat getaran di tangan Papanya. 

"Kenapa belum tidur?" Ucap Sasuke sambil membiarkan tangannya jatuh di pangkuan Sarada. 

"Mengerjakan PR." Sarada sambil memijat lembut tangan Sasuke, dia melirik foto besar di dinding. Mama dan papanya yang sedang tersenyum bahagia.

Sasuke mengusap rambut anaknya dengan tangan kirinya. Ya, walau mungkin dia sudah kehilangan Sakura, dia masih punya putri kecilnya. "Belajar terlalu lama itu tidak baik."

"Sarada tidak belajar, Sarada hanya mengerjakan PR."

"Apa PRnya sulit hingga sampai tengah malam mengerjakannya?" Tangannya sudah mulai membaik, sentuhan tangan kecil itu lebih baik dari pada obat penenangnya. 

"Aku lupa mengerjakannya karena terlalu asik main RPG."

Sasuke tertawa, tentu saja Sarada anaknya, yang suka lupa diri saat main game. Hingga dulu dia sering meminta Sakura mengerjakan PRnya di sekolah. Dia akan menjemput Sakura pagi-pagi sekali dan memintanya untuk mengerjakan PRnya "Sudah membaik, kau akan menjadi dokter hebat kelak."

"Apa tidak sebaiknya Papa bilang ke Mama tentang tangan Papa. Oh tapi Mama dokter anak ya."

"Papa sudah punya dokter sendiri untuk ini. Terimakasih sayang, kembalilah ke kamarmu dan tidurlah, Papa sudah baik-baik saja." 

"Oke, Selamat malam Papa." Sarada mengecup pipi Sasuke. 

"Selamat malam sayang. Mimpi indah," 

Setelah gadis cantiknya keluar dari kamarnya, dia hanya berharap saat kembali tidur tidak ada lagi mimpi buruk, dan dia bisa bangun besok pagi. Atau bahkan sampai orang lain harus membangunkannya. 

"Selamat malam Sakura," Ucapnya lalu memejamkan matanya. Bukan pada Sakura yang sekarang ada dalam pelukan lelaki lain, melainkan Sakura yang tersenyum bahagia dalam balutan gaun pernikahannya, dalam dekapan hangatnya. Pada Sakuranya yang dulu. 

Sekarang dia sadar bahwa Sakura bukan lagi miliknya. Mengingat apa saja yang telah dia lakukan untuk wanita itu, seperti melindungi posisi Sakura di rumah sakit. Menyelidiki Nami yang dia anggap sebagai ancaman bagi tempat Sakura dan dia bahkan tidak suka lelaki melirik Sakura. Semua itu membuatnya tertawa dalam hatinya, untuk apa dia melindungi wanita milik orang lain. Semua menjadi salah setelah dia melihat dengan matanya sendiri betapa dia sudah tidak sepatutnya mendekati Sakura atau bahkan menganggap nya masih menjadi wanitanya.
Kisahnya dan kisah Sakura sudah usai.

Comeback [SasuSaku Fanfiction] CompletedWhere stories live. Discover now