6

7.5K 762 60
                                    

Sasuke berusaha menahan tawa melihat ekspresi anaknya yang seolah  tidak merasa bersalah sama sekali telah menjebak kedua orang tuanya. 

"Bagaimana kabar ibu, maaf aku tidak berpamitan dengan baik saat itu." Ucap Sasuke untuk mengalihkan perhatian Mebuki. Persoalan itu tidka perlu dibahas lebih banyak, lagi pula jika mereka tidur bersama juga tidak perlu dijelaskan pada orang lain.

"Ya, syukurlah aku masih sehat, semakin sehat aku rasa setelah ditinggalkan ayah Sakura."

"Benar, aku juga merasa seperti itu setelah berpisah. memang benar kata orang _wanita yang ditinggalkan akan menjadi wanita yang lebih kuat dari sebelumnya._" Sela Sakura, sambil berlalu dan sedikit menyenggol badan Sasuke untuk membuat lelaki itu tersindir.

Sambil berjalan menuju ruang makan, Sasuke berbicang dengan Mebuki perlihal kematian  Ayah Sakura, bagaimana lelaki pensiunan itu jatuh sakit secara tiba-tiba dan satu hari setelahnya dia meninggal. Mebuki juga menceritakan tentang ilmu hitam yang kemungkinan membunuh ayah Sakura. Tapi Sasuke tidak menanggapinya, dia lelaki modern yang tidak percaya dengan ilmu hitam atau semacamnya, begitu juga Sakura yang tiba-tiba menyela dan menjelasakan kondisi ayahnya secara medis. 

"Bu, bukankah dia sedikit sombong sekarang?" Ucap Sasuke setelah Sakura selesai menjelaskan tentang nama-nama penyakit yang sebenarnya, orang yang mendengarnya tidak benar-benar mengerti. 

"Loh harus. Tidak mudah untuk mendapatkan profesi ini, kau harus pintar dan memori dalam kepalamu harus besar." Jawab Sakura sambil membantu ibunya menyiapkan meja. 

Sasuke dan Sarada sudah duduk di kursi masing-masing. "Benar Pa, profesi itu memang harus disombongkan." Sarada dengan bangganya membela Sakura. Karena dia juga ingin menjadi dokter seperti Sakura. 

"Ya, ya, aku sudah pasti kalah dengan dua wanita yang menggilai profesi ini. Well, aku lebih suka berkutat dengan data dari pada tubuh manusia." Sasuke mengangkat bahu. 

Tanpa Sadar Sakura menyiapkan nasi goreng di piring Sasuke, dengan telur setengah matang yang sudah dia pilihkan dari piring telur, dia tau sekali kalau Sasuke tidak suka telur yang over cook. Sarada yang memperhatikan itu hanya diam, tidak tertawa atau pun menegur, dia masih ingin menikmatinya. Dari pada dia menegur lalu Mamanya akan berhenti melakukannya. 

Setelah mengambilkan untuk Sarada juga, Sakura mengambil untuk dirinya sendiri. 

"Mana Boruto dan Mitsuki?" Tanya Sakura.

"Pagi-pagi dia sudah keluar untuk bermain salju dengan anak panti, mereka sudah sarapan kok." Jawab Mebuki.

"Oh oke."

Mereka pun terdiam fokus pada makanan masing-masing. Dalam pikiran Sasuke yang tertutup itu dia merasa bahwa dirinya dan Sakura seakan tidak pernah berpisah, setelah melihat betapa Sakura masih begitu baik melayaninya. Sejenak terbesit dia ingin mengajak Sakura kembali, tapi apakah wanita itu mau? 

"Sarada!" Keheningan itu terpecahkan oleh kedatangan Boruto dan Mitsuki. "Ayo ikut, anak-anak panti mengajak kita main seluncuran di hutan."

"Benarkah, ayo_"

"Tidak Sarada, kembali dan habiskan makanamu." Ucap Sasuke dengan tegas. 

"Inilah yang tidak aku suka saat kau dengan Papamu. Ini, itu tidak boleh." Gerutu Boruto, sengaja dia keraskan agar Sasuke mendengar.

"Pergilah Sarada,."

"Sakura apa maksudmu?  kau tidak akan pernah tau ada bahaya apa di sana."

"Mau sampai kapan kau mengurungnya? Dia butuh pengalaman, sudah aku bilang jangan terlalu mengekangnya." Sakura marah, banyak kebaikan yang telah Sasuke ajarkan, tapi untuk perlindungan yang seperti itu dia tidak suka, Sarada perlu dunia yang lain. "lagipula berani kotor itu baik."

Comeback [SasuSaku Fanfiction] CompletedDonde viven las historias. Descúbrelo ahora