"Tentu saja itu normal. Dokter muda lebih tepatnya, yang bertubuh sexy dan belum pernah menikah, atau jika boleh berharap yang masih perawan mungkin lebih menyenangkan."

Sakura menatap Sasuke sebal. "Sebagai gantinya, aku tidak ingin siapapun tau hubungan kita. Kalau kita pernah menikah."

"Aku juga tidak berniat untuk menyebarkannya, asal kau tau saja." Ucapan Sasuke semakin membuat wajah Sakura merah padam, hingga membuatnya bergerak di samping Sasuke, memberi beberapa jarak, dia memilih untuk memperhatikan gedung-gedung besar di depannya, lima atau enam diantaranya pasti milik keluarga Uchiha dia bisa menjamin. 

"Aku perlu tau, wanita mana yang pantas menjadi ibu Sarada." Ucap Sakura tiba-tiba. Tiba-tiba pula membuat Sasuke tersedak dan tertawa keras, bukan karena lucu tapi sengaja untuk mengejek.

"Kenapa kau harus tau?"

"Kau pernah mengenalkan dua wanita pada Sarada sebagai ibunya kan? Dia masih anak-anak dia tidak akan tau seberapa wanita itu bisa menyayanginya. Dia hanya akan menuruti pilihanmu. " Sasuke menatap wajah Sakura dari samping yang sialnya begitu cantik. "Untuk laki-laki yang pernah menikah dan mempunyai anak yang kau asuh, kau tidak bisa memilih wanita yang sesuai kehendakmu, atau hanya untuk memenuhi nafsumu saja. Cantik dan Sexy bukan lagi prioritas untuk kau pilih, itu hanya memuaskanmu, tidak untuk kebutuhan Sarada. Dengar Sasuke_" Sejak tadi Sasuke memang sedang mendengarnya, memperhatikan setiap kata yang muncul dari mulutnya, dia juga tidak berniat untuk menyela. "Sarada akan tetap bersamamu, jadi aku harap kau bisa bijak dalam memilih wanita untuk mendampingimu, aku berharap juga yang bisa menyayangi Sarada seperti dia mencintaimu. Dan aku tidak mau itu Karin."

"Kau tidak punya hak untuk mengatur aku, begitu juga aku. Dan Karin dia bahkan tidak akan tertarik padaku, yang seharusnya kau takutkan adalah dirimu, jika kau terlalu dekat dengannya, bisa-bisa dia menyukaimu." Sasuke tidak marah dengan yang Sakura ucapkan, walau sebenarnya semua yang Sakura ucapkan itu sudah melekat dalam dirinya bahwa _dia tidak akan menikahi wanita yang tidak mencintai Sarada. Tapi itu menarik, dia seolah mendapatkan hiburan dari kesensitifan Sakura, dia juga ingin melihat sejauh apa Sakura akan ikut campur dalam masalah hati ini. 

"Maksudmu?"

"Dia lesbian."

"Oh, " Sakura mulai mengerti kenapa cara berpakaian Karin begitu tidak wanita dan potongan rambutnya yang seperti itu juga mungkin sudah menandakan bahwa dia seorang pemberontak, bahkan kodratnya sendiri diberontak. "Pokoknya, aku mau kau mengenalkanku pada wanita yang akan kau nikahi, aku akan menilai apakah dia cocok untuk Sarada, atau kau harus menyerahkan Sarada padaku." 

"Hahaha Lelucon." Ucap Sasuke, dia mengancingkan jasnya dan berdiri tegak "Sampai ketemu besok Dokter Haruno." Ucapnya lalu berlalu meninggalkan Sakura. 

Beberapa langkah dia kembali menoleh dan menatap siluet tubuh Sakura yang membelakanginya, rambut pendeknya bergoyang lambat tertiup angin. Lalu turun kearah bokong Sakura yang tercetak indah di rok spannya. "Bahkan hanya berdiri seperti itu saja kau sudah menggodaku Sakura, bagaimana aku bisa menemukan wanita lain yang lebih pantas darimu. Terlepas dari kesalahanmu di masa lalu." Ucapnya lirih, lalu dia kembali berjalan. 

Detik berikutnya, karena merasa diperhatikan Sakura menoleh dan mendapati punggung Sasuke yang begitu lebar, pinggangnya yang begitu pas untuk postur tubuhnya. Jas yang dikenakannya seolah terbuat dari kain elastis yang akan menempel pas mengikuti lekukan tubuh indahnya. Seketika pipinya memerah, dia mengingat lagi tubuh Sasuke memang sejak dulu begitu indah, para wanita akan selalu rela melemparkan tubuh di ranjangnya. Seperti yang hampir dia lakukan pada malam natal itu, kecupannya, dan sengatan di lehernya membuat darahnya kembali berdesir cepat. 

Comeback [SasuSaku Fanfiction] CompletedWhere stories live. Discover now