38

90.6K 5K 84
                                    

"Kamu lupa ya kalau rumah ini aku bangun sesuai keinginan kamu dulu?"

Iya, Raya tidak ingat. Tetapi kali pertama dia melihat rumah ini, Raya langsung jatuh hati. Di ruang atap rumah, mereka kembali bernostalgia. Keano menyimpan semua barang mereka berdua, bahkan sampai saat ini masih dalam keadaan baik.

Bagaimana bisa Keano bertahan pada hubungan yang tak baik-baik saja itu. Lima tahun Keano hidup dalam kenangan lama mereka. Raya merasa menjadi orang jahat, berpikir bahwa dia akan berhasil melupakan Keano, bahkan lari dari pria itu. Tanpa menyadari betapa tulusnya cinta Keano padanya. Kalaupun Raya menganggap Keano ada sebuah masalah, Keano akan tetap mencintai wanita itu walau hanya sebagai kenangan terindah. Tetapi takdir berkata lain, kenangan terindah kini bukan kenangan lagi. Mereka kembali bertemu, Keano berusaha mengembalikan masa-masa mereka. Pria itu masih mencintai Raya, wanita yang setia bersamanya dan yang disakitinya.

Haruskah momen ini dijadikan ajang adu kesedihan? Keano rasa tidak perlu, karena dia dapat melihat kebahagiaan di mata Raya.

"Lihat, mau cari di mana lagi cowok paling romantis kayak aku" kata Keano. Raya menatap sinis pria itu karena menghancurkan suasana.

"Kok bisa-bisanya kamu bingkai gambar jelek aku sih?" Tanya Raya menunjuk figura di dinding.

"Karena aku tau suatu saat nanti aku bakalan ketemu kamu lagi. Aku bisa ngeramal loh" Raya tidak percaya begitu saja. Keano hanya membual.

"Halah, basi tau gak" kata Raya. Wanita itu melihat-lihat benda lama yang hampir dilupakannya.

"Gak percaya? Aku ramal kamu bakal jadi istri aku"

Tahu tidak, saat ini Raya sedang menahan senyumnya. Untung saja dia membelakangi Keano, bagaimana jika Keano melihat wajah Raya yang memerah. Keano akan mati-matian menggodanya.

"Gak percaya. Keano... kamu bukan peramal" sungut Raya.

"Beneran. Aku ramal, bentar lagi kamu jatuh ke lantai"

Brukk

Benar saja. Karena elevasi lantai yang turun sepuluh cm, Raya tidak menyadarinya dan malah terjatuh. Wanita itu menatap sinis ke arah Keano yang kini menertawakannya.

...

Sampai tengah malam keduanya terhanyut pada permainan kartu. Bukan hanya mereka berdua saja di sana, ada Adam dan Gea yang juga diundang Keano datang ke rumahnya.

Sebenarnya tadi Adam hanya singgah mengantarkan oleh-oleh yang belum diserahkannya pada Keano karena Keano berada di Bandung, niat awalnya hanya sebentar tetapi kini malah memakan waktu sampai tiga jam. Gea juga ikutan main di sana, untung saja anak-anak mereka sedang dititipkan di rumah neneknya.

"Kali ini pasti... pasti!" seru Gea sambil mengeluarkan as wajik, Keano hampir saja mengumpat, Raya berseru sebal, sedangkan Adam sudah mengeluarkan kartu atmnya.

"Buat jajan kamu" kata Adam, mereka sempat taruhan jika Gea menang, Adam akan menyerahkan kartu atmnya untuk Gea pakai sehari.

"Gak perlu, aku masih banyak uang" tolak Gea penuh kharisma. Raya dan Keano saling bertatapan kemudian kompak meledek Adam.

"Harusnya kalian ngalah dong, katanya pengen liat sahabat kalian ini melepas lajang. Kasih aku kesempatan untuk menang dong" kata Keano kesal. Jelas-jelas Adam dan Gea mendukung Keano untuk meminang Raya. Tetapi dikasih kesempatan menang saja tidak. Taruhannya adalah jika Keano menang, Raya harus menerima lamaran Keano. Memang kekanak-kanakan, tetapi itu salah satu bentuk desakan paling alami. Toh bisa saja Raya akan menganggap hal itu serius dan mereka segera mengabulkan keinginan orang tua Raya.

Mengapa Harus JumpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang