9

151K 9.7K 417
                                    

"Kalau kamu langsung pulang, kita berdua gak bisa bicara kayak gini"

Benar kata Keano. Pria itu tahu cara terbaik membuat hubungan mereka kembali dekat, yaitu meluangkan waktu bersama. Raya sendiri juga ingin hubungan mereka diperbaiki, tetapi egonya terlalu besar. Dia tidak ingin terlihat tertarik untuk memperbaiki hubungan ini, Raya terlalu gengsi pada hatinya sendiri. Mata Keano menatap manik mata Raya dalam. Jarak mereka terlalu dekat, membuat dirinya menyadari wajah Raya berubah semakin cantik dan dewasa. Tubuh Raya tidak bertambah tinggi, posisi wanita itu sama persis seperti waktu lalu.

Saat itu Raya mengunjungi apartemen Keano di Bandung. Pria itu demam dan tidak masuk kuliah. Raya menjenguk kekasihnya dan membuatkan bubur karena Keano merengek kelaparan. Pria itu tinggal sendirian, dibelikan apartemen dan harus hidup mandiri. Orang tuanya bekerja di luar negeri sehingga tidak ada yang mengurusi Keano ketika sakit. Raya sibuk berkutat di dapur Keano. Menyalin bubur yang sudah masak ke atas mangkok.

"Ken! Ayo makan" panggil Raya. Tak lama keano datang menghampiri wanita itu. Wajah Keano kusut, dia masih meriang tetapi juga kelaparan. Dilihatnya bubur yang Raya buatkan telah tersaji di atas meja makan. Keano duduk di atas meja, hingga mendapati plototan dari Raya.

"Duduk di kursi, bukan di meja. Demam bisa bikin otak kamu kebalik?" omel Raya yang dijawab dengan kekehan Keano.

Pria itu tidak mempedulikan omelan Raya yang mengajari tata krama. Keano membuka mulutnya sambil berkata "Aaaaa". Langsung saja Raya berhenti mengomeli pria itu dan memilih menyuapi Keano. Keano tersenyum melihat wanita itu melupakan omelannya. Mereka pasangan yang sangat manis. Raya bisa langsung melupakan semua kekesalan jika Keano memasang tampang minta belas kasihan. Raya sangat sayang pada Keano, pria itu hidup sendirian, Raya selalu memperhatikan asupan makanan Keano. Terkadang Keano tidak akan makan jika sudah malas keluar apartemen. Hal itulah yang membuat Raya selalu menelpon Keano hanya untuk menanyakan kabar perut pria itu.

"Aku mau itu juga" kata Keano sambil menunjuk putih telur.

"Aku kayak lagi ngurusan anak kecil" gumam Raya, Keano masih bisa mendengar apa yang dikatakan wanita itu.

Tiba-tiba Keano turun dari meja. Raya menyadari ada sebuah tangan yang melingkar di perutnya kemudian tangan itu mengangkat Raya hingga wanita itu terduduk di atas meja. Keano tersenyum miring melihat wajah penuh protes kekasihnya.

"Sudah sembuh?" Keano menggeleng, lantas pria itu mengalungkan tangannya di pinggang Raya.

"Aaaa" kata Keano membuka mulut. Raya kembali menyuapi bubur kepada pria itu. Keano tidak memusingkan dirinya makan sambil berdiri, dia betah mengalungkan tangannya pada wanita itu. Menatap wajah lelah Raya yang sepulang kampus rela langsung mengunjunginya hanya untuk membuatkan bubur. Keano sangat bersyukur telah bertemu dengan wanita sebaik Raya.

"Lepasin tangan kamu, Keano" desis Raya. Keano menurut. Pria itu melepaskan tangannya yang terkalung di leher Raya. Tetapi dengan cepat Keano turun dari meja, dan belum sempat Raya menghindar, pria itu langsung mengangkat Raya duduk di atas meja.

Posisi mereka sama. Jika dulu Keano tidak bisa melakukannya karena sakit, kini dengan kondisi tubuh yang sehat Keano akan melakukan sesuatu yang tertunda. Sambil tersenyum jahil, Keano mendekatkan wajahnya. Tangan Keano menahan tengkuk leher Raya agar wanita itu tidak bisa menghindarinya. Raya tahu apa yang akan dilakukan pria itu. Ada tulisan warning yang terbesit di kepalanya.

"Raya, come on.. wake up.." batin Raya terus mendesaknya untuk bangun dan segera berpikir.

"Tutup mata atau enggak?" tanya wanita itu dalam hati. Wajah Keano semakin mendekat. Dirinya terkunci. Raya berpikir keras.

Mengapa Harus JumpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang