27

104K 5.6K 64
                                    

Raya akan datang pagi-pagi demi menerima tamu tak diundang yang beberapa minggu ini selalu menyerobot masuk ke dapur tanpa izin. Untungnya hanya ada Raya dan Fajar yang bisa diajak tutup mulut, Keano bebas berinteraksi dan menebar gombalannya pada Raya.

"Awas jarinya kepotong, aku lagi gak mau ngisapin jari kamu kayak di film-film" Raya menatap sinis pria yang duduk di atas meja itu. Kalau mereka sedang di ruang kelas, pasti Keano langsung kena tegur guru.

Raya memberi kode jangan berisik. Keano mengangguk, pria itu juga mengacungkan jempolnya. Kali ini Raya menyiapkan sarapan nasi goreng untuk Keano, Raya memotong-motong bawang merah. Keano tidak ada inisiatif untuk membantunya, itu membuat Raya sebal.

"Sorry gak bisa bantu. Tapi aku bisa bantu kamu dalam doa" itu yang Keano katakan beberapa hari lalu saat Raya menyuruhnya untuk membantunya memasak.

Tiba-tiba ada sesuatu di mata Raya dan ingin digaruk. Keano refleks menyentuh mata Raya, melihat apa ada sesuatu di sana. "Mata kamu pedih karna potong bawang atau ada debu yang masuk?" tanya Keano.

"Kayaknya ada bulu mata yang masuk" kata Raya, soalnya matanya tidak terasa pedih karena bawang. Keano memeriksa mata Raya dengan teliti, benar saja ada bulu mata yang jatuh di sana. Dengan pasrah Raya membiarkan Keano menangani hal itu walau penuh rasa was-was.

"Nih dapat" kata Keano menunjukkan hasil tangkapannya pada Raya.

"Mataku gatel" kata Raya lagi. Keano bergerak cepat dengan mencium kedua kelopak mata Raya. Uhh, Raya kaget dan speechless.

Raya komat kamit dalam hati, ingat.. mereka pernah bertengkar hebat dan putus kontak. Apalagi saat ini mereka bukanlah pasangan kekasih. Tindakan Keano layaknya seorang pria yang menyangi pacarnya. Hati siapa yang tidak terketuk diperlakukan layaknya tuan putri.

"Permisi, mobilnya pak Keano ngalangin jalan" interupsi Fajar di tengah-tengah keromantisan. Ahh, kalau saja Fajar tidak menganggu mungkin saja mereka sudah melanjutkan kemesraan kejenjang yang lebih tinggi.

Keano menatap Fajar dengan laser yang keluar dari matanya. Begitu juga Raya yang antara lega dan kecewa. "Aku gak lagi berbuat dosa kan mbak?" tanya Fajar tepat setelah Keano pergi memindahkan mobilnya. Raya menaikkan kedua bahunya menandakan dia tidak tahu.

...

Adam memperhatikan Keano yang terlihat lebih segar dari biasanya. Ada yang aneh dengan Keano, kali ini dia lebih ceria dari biasanya. "Sudah akur?" tebak Adam. Keano mengangguk semangat, kemudian Adam ber-oh-ria. Mudah sekali ditebak, Keano akan seperti ini jika berkaitan dengan kisah asmaranya.

"Jadian?" tanya Adam, Keano menatap pria itu sekilas kemudian menggeleng.

"Yahh! Payah" kata Adam kemudian dia melengos pergi. Keano memang payah, maka dari itu Keano tidak membantah sama sekali.

Kerjaan Keano cukup banyak. Tetapi dia sempat meluangkan diri untuk bertukar pesan dengan Raya.

Tebak aku lagi ngapain?.

Di tempat lain Raya menerima pesan dari Keano. Raya melepas pulpennya kemudian sibuk dengan aktivitas di ponselnya, hingga melupakan berapa pengeluaran yang tadi dihitungnya.

Hitung progress proyek?.

Keano tersenyum, kemudian dia mengetikkan pesan balasan untuk Raya.

Nunggu pesan balasan dari kamu, ternyata kamu fast respon juga ya.

Raya melempar ponselnya sembarangan, kemudian kabur ke dapur meninggalkan rasa malunya di rungan kerja. "Harusnya nunggu lima belas menit baru aku balas, huft" gerutu Raya.

Mengapa Harus JumpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang