5

227K 13.7K 552
                                    


            Diminta balikan? Raya menggeleng dengan cepat. Dengan seenak jidat Keano mengajaknya balikan. Mulut pria itu juga luwes, mengatakan 'mau balikan?' tanpa berpikir dua kali. Melihat wajah pria itu saja membuat Raya naik darah. Apalagi balikan dengan pria itu, tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk memaafkan orang yang membuatnya kecewa.

"Mending kamu pergi deh, aku gak mau bicara sama kamu" usir Raya. Keano menggeleng. Pria itu memilih menyandarkan tubuhnya ke kursi dan duduk manis menatap Raya. Sedangkan yang ditatap menunjukkan wajah tidak suka. Kali ini Raya tidak ciut, dia membalas tatapan Keano. Mereka hanya diam saling tatap-tatapan. Raya jadi teringat betapa manisnya wajah Keano. Dulu pertama kali ditatap pria itu langsung membuat Raya ngeblush. Dan sekarang? Mati-matian Raya memasang wajah datar menutupi kegugupannya.

"Oke, kalau kamu gak mau pergi mending aku yang pergi. Bye!"

Raya mengambil tasnya. Dia bersiap-siap angkat kaki dari ruangannya sendiri. Padahal Raya tidak sungguh-sungguh akan pergi, dia berharap Keano mengalah dan meninggalkan tempat itu. Alhasil pria itu malah terlihat tidak mau beranjak dari duduknya.

Keano sendiri hanya tersenyum sambil menatap wanita itu. Membiarkan wanita itu mengoceh tidak jelas, Keano tebak pasti Raya sedang menyumpahinya. Keano membiarkan Raya membereskan tasnya hingga wanita itu berdiri di ambang pintu. Raya berhenti dan menatapnya tajam.

"Kalau kamu sudah mau pergi jangan lupa matiin lampu dan tutup pintunya" kata Raya ketus. Keano mengangguk dan mengacungkan jempolnya. Raya mendesah sebal dan pergi begitu saja. Hal itu membuat Keano tertawa tak henti-hentinya. Dia punya kelebihan membuat Raya kesal.

Raya keluar dari café dan masih saja mengoceh. Dia marah pada pria itu yang tidak peka. Padahal dulu Keano sangat peka, Raya jadi heran kalau sejak putus Keano jadi sering memakan buntut Kambing, makanya otak pria itu cetek. Mobil Raya terparkir tidak rapih, itu semua karena ulah Keano yang pura-pura pinsan. Raya masuk dan membanting pintu mobil dengan kesal. Tiba-tiba orang yang membuatnya kesal malah ikutan masuk ke dalam mobil. Keano duduk di samping kursi kemudi.

"Siapa yang ngijinin kamu masuk? Sana keluar!" usir Raya lagi. Di mana Keano berada, selalu diusir oleh wanita itu.

"Lampu sudah aku matiin, pintu juga sudah aku tutup" lapor Keano, pria itu memakai seat belt dan menyandarkan tubuhnya. Seolah-olah dia tidak akan beranjak dari tempat itu.

Raya mengacak rambutnya kesal. Diusirpun tidak mempan. Keano selalu saja tengil, makanya banyak wanita yang terpesona padanya. Dosa apa Raya pernah pacaran dengan pria itu. Kini Raya menerawang masa mudanya yang dengan bodohnya mengangguk saat ditembak pria itu.

"Kamu mau ngomong apa? Cepetan" kata Raya lelah. Wanita itu menatap Keano dari samping. Melihat Keano yang malah menyenderkan sikunya di pintu mobil sambil menopang kepala, Raya malah membuang muka. Raya merutuki pria itu yang sedang menggodanya.

"Gaya Keano banget" batin Raya.

Pada akhirnya Keano tertawa, dia tahu Raya sedang salah tingkah. Wanita itu lemah kalau terus ditatap olehnya. Dulu, Raya akan memukulnya jika ditatap seperti itu, kata Raya dia malu. Sekarang Raya malah membuang muka, tapi Keano tahu wanita itu tetap malu karena pipinya yang memerah.

"Mau balikan?" tanya Keano lagi. Raya menggeleng. Keano membuang nafasnya berat. Sudah dia duga, tidak gampang mengambil hati Raya lagi. Raya sudah dewasa dan bukan anak-anak lagi, dulu dengan mudahnya Keano menggoda Raya. Mengambil hati wanita itu dalam beberapa bulan. Sekarang sepertinya akan membutuhkan waktu lebih.

Mengapa Harus JumpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang