24

105K 6K 173
                                    

Abel kembali ke Bandung bersama ayahnya. Sebelumnya Raya telah menjelaskan kepada sepupunya itu tentang apa yang terjadi. Beruntung Savian tidak memperumit suasana. Dia yang bekerja di luar negeri tentunya sibuk dan jarang bertemu dengan Abel, sehingga Rayalah yang sering mengunjungi Abel. Hitung-hitung berbakti kepada kakak sepupu. Sayang sekali ketika Abel akan balik ke Bandung, Keano tidak ada. Abel mencari-cari sosok Om Ken. Raya sampai harus berbohong bahwa Keano sedang di luar kota karena Abel memaksa ingin diantar ke kantornya Keano.

Siang ini di café, Raya tidak banyak turun tangan di dapur. Dia bermalas-malasan di ruangannya. Bermain game di ponselnya atau menonton tv. Sudah tepat seminggu Keano tidak menghubungi Raya. Datang ke café juga tidak. Raya mengambil kesimpulan bahwa Keano sangat marah padanya. Seminggu tidak bertemu dengan pria itu membuat Raya penasaran, apa yang dilakukan Keano selama seminggu ini. Apakah Keano sedang bermeditasi menghilangkan rasa kesalnya pada Raya atau Keano sibuk ke dukun untuk mengirim guna-guna ke rumahnya Raya.

"Bisa gila aku" gumam Raya, membuang jauh-jauh pikirannya yang mulai ngalor ngidul. Beberapa pegawai café juga mulai curiga. Salah satunya Kanti yang berkata "pasti berantem lagi". Raya pura-pura tidak mendengar dan menyibukkan dirinya entah melakukan apa.

Tring Tring..

Lonceng di pintu masuk berbunyim artinya ada seseorang yang keluar masuk café. Raya segera bangkit dari duduknya dan mengintip dari kaca. Pundaknya terturun lesu. Bukan Keano yang datang. Raya mencari pria itu bukan berarti dia merindukan pria itu. Dia hanya ingin memperjelas situasi. Jika Keano masih marah dan menaruh dendam padanya tentu saja Raya tidak bisa hidup dengan tenang di bumi. Bumi itu tidak seluas kelihatannya, buktinya Keano dan Raya masih bisa bertemu setelah lima tahun lamanya. Jika mereka belum berbaikan, suatu hari akan berpapasan di jalan pasti akan sangat canggung.

"Sebelum dosa menumpuk diakhirat" gumam Raya sambil bangkit berdiri mengambil tasnya. Raya pergi ke kantor Keano. Jika telepon dan pesannya tidak dibalas satu-satunya jalan terbaik adalah menodong langsung ditempat kerjanya. Ada pegawai yang berjaga di lobby, Raya pernah bertemu sebelumnya dengan wanita itu.

"Saya mau bertemu dengan pak Keano" kata Raya. Pegawai wanita itu menghubungi seseorang di telepon. Tidak beberapa lama pegawai itu menghampiri Raya lagi.

"Maaf bu pak Keano sedang meninjau proyek di Balikpapan" jelas pegawai itu. Raya menyipitkan matanya tidak percaya. Dulu pegawai ini bersekongkol dengan Keano yang tidak mau bertemu dengan Raya. Kenapa Raya tahu? Raya sempat memergoki Keano dari pantulan kaca jendela yang diam-diam mengikutinya. Hanya saja Raya pura-pura bego dan membiarkan pria itu mengikutinya diam-diam.

"Kamu lagi gak kerja sama dengan Keano kan?" tanya Raya. Pegawai itu tersenyum malu dan berkata bahwa kali ini Keano sedang berada di luar kota. Raya percaya dan pergi meninggalkan kantor pria itu. Sebelum kembali menjalankan mobilnya, Raya mengetikkan sesuatu di ponselnya.

Aku pergi ke kantor kamu tapi kamunya lagi di luar kota. Kapan kamu pulang? Kita berdua harus menyelesaikan masalah ini. Hubungin aku kalau sudah tiba di Jakarta.

Tidak ada balasan dari Keano. Padahal Raya berharap hati Keano sedikit terenyuh karena kedatangan Raya ke kantor pria itu. Hingga lima belas menit tak kunjung mendapat tanggapan.

Bisa gak gentle sedikit? Keano jangan pura-pura gak baca pesan aku ya. Hubungan kita ngegantung. Aku mau kelarin masalah kita.

Masih tidak mempan. Keano harus dibujuk seperti apa agar dia mau membalas pesan Raya. Raya memutar otaknya lagi.

Dosa aku numpuk kalau kamu gak mau maafin aku. Hubungi aku kalau balik ke Jakarta.

...

Mengapa Harus JumpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang