"Terus?" tanya Raya.

"Aku gak yakin sama reaksi orang tua kamu. Apalagi masalah kita berdua dulu terlalu rumit" jelas Keano.

Raya membuang nafas kesal. "Kamu takut? Nyesal? Kok kamu jadi pesimis begini sih? Kalau kamu belum siap ngapain ikut aku ke sini? Untuk apa buang-buang waktu ambil hati nenek beberapa hari ini? Aku gak maksa kamu untuk lakuin ini semua, tapi kalau sekarang kamu balik nyalahin aku.. aku malah jadi sebel sama kamu" kata Raya. Entah dia sedang mengomel atau mengutarakan isi hatinya.

Keano ikut terdiam bersamaan dengan diamnya Raya. Gerakan tangan pria itu terhenti. Keano meletakkan piring terakhir yang dibilas olehnya.

"Kamu pengen aku ketemu orang tua kamu kan?" Tanya Keano pelan. Pria itu dapat membaca isi pikiran Raya. Sejujurnya Raya berkata panjang lebar seperti itu bukan untuk menunjukkan kalau dia kasian pada usaha Keano yang berjuang untuknya, tetapi sebenarnya Raya juga sangat ingin Keano bertemu orang tua Raya, sama seperti dulu.

"Iya"

...

Padahal bukan untuk bertemu kekasih hati, tetapi jantung Keano berdebar sedikit kencang. Raya memperhatikan pria itu sambil tersenyum geli. "Kamu naksir ibu aku?" Tanya Raya sinis.

Keano segera menggeleng cepat. "Enggaklah" sangkal Keano.

"Terus kenapa kamu gugup begitu? Jangan bikin aku curiga" kata Raya.

"Ngaco kamu" sentil Keano di dahi Raya. Mereka berdua saling adu mulut tanpa menyadari ada seseorang yang menghampiri mereka.

"Loh siapa ini? Kamu Keano kan?" Keano segera memberi salam pada ibunya Raya. Reaksi yang berbeda dengan apa yang diberikan nenek. Ibunya Raya menerimanya begitu saja.

"Apa kabar tante?" Ibunya Raya terlihat ramah dan seolah-olah tidak mengungkit masa lalu anaknya. Raya juga menatap ibunya seolah mencari jawaban di sana.

"Alhamdulillah tante sehat. Kamu sendiri bagaimana? Sekarang kerja di mana?" Keano menjelaskan keadaannya sekarang. Ibunya Raya bahkan memuji Keano terlihat tambah tampan dan sejahtera.

"Sudah lama banget ya, betah gak tinggal di rumah nenek? Katanya kamu disuruh kerja kebun yaa?" Tanya ibunya Raya. Keano menatap Raya, Raya menggeleng. Ternyata yang memberitahu ibunya Raya adalah nenek. Raya juga kini menyadari hal itu.

Tiba-tiba seseorang datang menghampiri mereka. "Bagaimana perjalanan ayah? Capek banget yaa? Padahal baru saja dari China tapi bela-belain ke sini" Raya memeluk ayahnya. Keano kaget dan langsung berdiri tegap. Baru kali ini dia bertemu ayahnya Raya. Dulu saat mereka pacaran lima tahun lalu, Keano hanya bertemu dengan ibunya Raya saja.

"Ayah, kenalin dia Keano" kata Raya.

"Ituloh... Keano yang itu" kata ibunya Raya ikut nimbrung.

"Apa kabar Om, saya Keano" kata Keano memberi salam. Ayahnya Raya terlihat sangat tegas dan kaku. Sepertinya sebelas dua belas dengan nenek. Bahkan ayahnya Raya terlihat cuek. Keano harus bekerja keras kembali.

Mereka kembali ke rumah bersama-sama. Ternyata Ayahnya Raya memang jarang kembali ke Bandung. Jam kerjanya padat. Sesekali ayahnya Raya hanya akan singgah di Jakarta untuk melihat anak tunggalnya, kemudian kembali lagi terbang.

Setiba di rumah nenek, sudah ada masakan yang disiapkan special. Nenek sangat senang melihat kedatangan ayahnya Raya sampai-sampai menyiapkan banyak makanan. Katanya, makanan di Negara tempat ayahnya Raya dinas tidak sesuai lidah.

"Duduk-duduk.. ayo semuanya duduk. Keano juga duduknya jangan jauh-jauh" kata Nenek. Keano merasa ada yang aneh dengan nenek. Ibunya Raya juga sesekali menatap Keano penuh senyum.

Keano berbaur dengan keluarga Raya. Yang menjadi topik pembahasan mereka adalah café milik Raya. Orang tua Raya juga membahas bagaimana cintanya Raya dalam membuat makanan.

"Kasian banget Keanonya ditinggalin di Indonesia demi jadi tukang kue" kata ibunya Raya. Raya hanya bisa senyum-senyum masam. Begitu pula Keano yang tersenyum canggung.

Ibunya Raya merasakan kecanggungan itu, akhirnya menyentuh pundak Keano. "Tante tau kok. Apapun masalah kalian toh semuanya sudah clear. Tante, Om, dan Nenek gak akan ikut campur karena kalian berdua sudah besar" kata ibunya Raya. Keano berterima kasih atas pengertian semuanya.

...

Hari semakin malam. Katanya ada keluarga lainnya yang akan datang malam ini dari Surabaya. Sehingga mereka belum tidur dan menunggu kedatangan sanak keluarga dari jauh. Nenek menyikut badan Keano. Wanita lanjut usia itu memberi kode pada Keano untuk mendekati ayahnya raya yang sedang duduk sendirian di ruang keluarga. "Sana buruan, mau jadi mantu keluarga ini gak?" sungut nenek. Keano tertawa, pria itu menatap nenek jahil.

"Tumben baik. Dulu nenek judes banget loh ke saya. Jadi sekarang saya sudah dapat restu nih dari nenek?" goda Keano. Nenek menyentil telinga pria itu kemudian mendorong Keano pergi.

Keano memberanikan diri menghampiri ayahnya Raya. Keano ikut duduk di sana. Rupanya ayahnya raya sedang menonton siaran binatang-binatang. "Kalaupun diadakan lomba, harimau yang bakal menang. Harimau lebih agresif, sedangkan singa lebih suka main-main dulu sama makanannya. Gimana menurut Om?" Ayahnya Raya mengangguk setuju.

"Harimau bisa menang kalau satu lawan satu. Makanya di alam liar singa kalau mau nyerang biasanya berkelompok" kata ayahnya Raya.

Rupanya mereka nyambung dengan tontonan sekarang. Ada rasa penasaran dan ingin lebih mengetahui tentang kehidupan alam liar saat menonton tayangan Natgeo Wild. Hasil observasi mereka berdua juga sama, harimau yang lebih unggul di atas singa.

Raya dan Ibunya mengintip, Keano perlahan mendakati ayahnya. Nenek datang bergabung bersama Raya. "Nenek yang suruh loh" kata nenek. Ibunya Raya mengacungkan jempol pada nenek. Begitu pula Raya yang menunjukkan senyumnya pada nenek.

Mata Keano menangkap sesuatu di bawah meja kaca. Keano mengambil benda berbentul persigi di sana. "Itu album fotonya Raya" kata ayahnya Raya. Keano membuka satu persatu lembar dalam buku. Ada foto seorang wanita yang menggendong bayi perempuan.

"Tante masih langsing" komentar Keano dijawab tawa oleh ayahnya Raya.

"Sekarang sudah lebar" komentar ayahnya Raya. Berikutnya ada beberapa foto close up Raya yang masih bayi.

"Cantik" puji Keano pelan. Keano terhanyut pada benda itu, tangannya berhenti pada foto Raya pada usianya menginjak taman kanak-kanak. Gadis kecil berambut panjang yang dikuncir, memakai baju merah bergambar shinchan dipadukan celana selutut berwarna coklat. Di foto itu Raya siap untuk mengikuti lomba lari.

"Saya lumayan dekat sama anaknya sahabat saya, kira-kira seumuran Raya di foto ini. Lagi masa lucu-lucunya" kata Keano, teringat pada Kafka dan Agata.

"Saya juga sering main dengan Abel, anaknya jahil banget tapi manja juga" jelas Keano. Ayahnya Raya terlihat senang dengan topik kali ini. Ayahnya Raya ikutan bercerita panjang. Ayahnya Raya bercerita bagaimana Raya kecil dulu, anaknya banyak tingkah dan selalu ingin digendong. Masih suka ngedot sampai sekolah dasar, tidak berani tidur sendirian, dan sangattt manja.

"Sekarang masih sama. Hanya saja Raya sudah gak bisa digendong, sekarang Om tinggal tungguin cucu. Kalau minjam cucunya adik Om, si Abel, kakek neneknya bakal ngomel terus" Keano tersenyum lebar, bukankah dia mendapat kode dari ayahnya Raya?

Mengapa Harus JumpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang