CHAPTER 02

42.1K 3.2K 168
                                    

Setelah selesai sarapan bersama, Rallin segera bersiap untuk pergi ke kampus. Kaos hitam ketat dan celana jeans-nya kini sudah terganti dengan kemeja flanel panjang yang lengannya dilipat sampai ke siku dan celana bahan berwarna hitam.

Rambut panjang Rallin dibiarkan tergerai, kakinya dibalut dengan sepatu docmart hitam, sedangkan pergelangan kirinya terlingkar sebuah jam rolex hitam keluaran terbaru. Tepat disamping kiri Rallin ada Aldrick dan ada dua pengawal yang berdiri dibelakang mereka.

Dua orang pengawal yang menjaga pintu utama langsung bergerak membukakan pintu saat Rallin mendekat, mereka menundukkan kepala tanda penghormatan untuk sang pimpinan.

Terpaan angin menerbangkan rambut Rallin saat setelah gadis itu berada diluar ruangan, seluruh pasang mata para lelaki yang ada di halaman bangunan langsung memusatkan atensi kepada Rallin, beberapa dari mereka yang sekiranya menghalangi jalan Rallin langsung menyingkir dan menunduk hormat.

Tatapan kagum terpancar dengan jelas dari para lelaki yang ada disana, tak bisa sedikitpun mengalihkan atensi dari pesona putri bungsu dari keluarga Abigail itu.

Rallin menghentikan langkahnya, netranya menelisik sekitar, memindai seluruh anggotanya. Lalu tatapannya beralih pada Aldrick.

"Al, apa penyempurnaan cip sudah selesai dilakukan?" Tanya Rallin tiba-tiba.

Aldrick mengangguk pelan, "Sudah disempurnakan, tapi belum selesai pembuatannya. Kamu tau sendiri Ra, anggota RD ada ribuan," jawabnya.

Rallin terdiam sejenak, matanya kembali menelisik sekitar. "Perintahkan Elang dan rekan-rekannya untuk segera memasangkan cip yang sudah siap dipakai, untuk sisanya bisa menyusul, kita bisa melakukan secara bertahap. Tapi yang pasti aku mau segera dilaksanakan, pencegahan lebih baik dilakukan cepat," titah Rallin.

Para anggota yang mendengar ucapan Rallin pun meneguk saliva secara kasar. Bagaimana tidak was-was jika cip yang dibahas Rallin adalah cip yang berisi bahan peledak.

Cip itu akan dipasangkan ketubuh para anggota untuk meminimalisir penghianatan. Jika ada yang berkhianat, maka cip itu akan meledak dan menghancurkan tubuh sang pemilik cip itu sendiri. Juga cip itu sebagai alat untuk pelacak keberadaan, jadi siapapun yang memakai cip itu akan terlacak keberadaannya.

Rallin memang cantik bak duplikat bidadari surga, tetapi kepribadian gadis itu bagaikan iblis yang haus akan darah. Gadis itu mengerikan, psikopat yang penuh dengan kekejaman.

She is dangerous.

"Sudah aku katakan, kemarin aku juga memikirkan hal yang sama, lebih baik kita melakukannya dengan cepat. Jadi kemungkinan nanti sore akan dimulai pemasangannya," balas Aldrick.

Rallin tersenyum manis dan menatap bangga lelaki yang lebih tua lima tahun darinya itu. Tangan Rallin terulur menepuk bahu Aldrick, "Kamu selalu tau apa yang aku mau, kamu bisa diandalkan Al." Setelah mengucapkan hal itu Rallin melanjutkan langkahnya, ia berjalan menuju mobil yang sudah siap membawanya untuk berangkat ke kampus.

Aldrick membeku sejenak, sebuah ukiran sangat tipis terbentuk disudut bibirnya, matanya menatap punggung Rallin yang menjauh sampai seorang pengawal membukakan pintu mobil untuk gadis itu dan menutupnya.

Saat setelah sadar dimana tempatnya berdiri sekarang, Aldrick segera mengedarkan pandangannya. Seluruh anggota kini tengah menatapnya dengan berbagai macam makna, iri dan cemburu salah satunya.

"Kenapa berhenti? Apa kalian bekerja dan dibayar untuk berdiam? Cepat lanjutkan pekerjaan kalian!!" Bentak Aldrick yang membuat semua anggota berlarian segera melanjutkan tugas yang terhenti sejenak.

Aldrick mendengus pelan, kemudian ia berjalan cepat menuju mobil dimana Rallin berada. Lelaki itu masuk ke dalam mobil dan duduk dibagian kursi pengemudi, tepat disamping Rallin.

Two SideWhere stories live. Discover now