◀MISSION 49▶

204 10 0
                                    

Yang terlihat selesai bukan berarti sudah usai. Yang terlihat bersama bukan berarti saling cinta.

***

Rasanya bosan jika terus-terusan berada di sini. Ingin pulang. Tapi dirinya tidak diizinkan dengan alasan bahwa kesehatannya belum benar-benar pulih.

Cowok itu memutar gelas kaca di tangannya dengan napas jengah yang berkali-kali terdengar. Jam menunjukkan pukul setengah tiga, sekolah akan bubar satu jam lagi. Itu artinya, ia harus memikirkan hal apa yang akan ia lakukan untuk satu jam ke depan.

Ia meraih ponsel di atas nakas. Tangannya mulai berselancar ke media sosial. Hanya untuk melihat postingan-postingan yang menurutnya sebenarnya tidak penting, hingga layar putihnya itu berganti dengan satu notifikasi pesan dari seseorang.

Kayla Sherly : Rel, mau gue bawain apa? Apel atau mangga? Nanti gue ke rumah sakit pulang sekolah, ya.

Farrel tidak memikirkan apakah ia akan selalu merepotkan Kayla jika cewek itu setiap hari menjenguk dirinya dengan terus-terusan membawakan sesuatu. Yang Farrel pikirkan adalah, apakah Dipta tidak merasa terganggu perihal sikap Kayla dengannya?

Tentang hubungannya dengan Mytha, sudah pasti semuanya telah selesai. Meski pada akhirnya ia merasa kecewa, tapi entah kenapa Farrel tidak begitu mudah untuk bisa melupakan sikap manis cewek itu walau Farrel tahu itu hanya pura-pura. Farrel hanya tidak bisa melupakan bagaimana akhirnya ia bisa menjatuhkan hati pada gadis itu. Ia kurang mampu.

Ada kegelisahan dalam dirinya saat ini. Ada sebuah hal yang membuat dirinya tidak nyaman akan apa yang ia alami sekarang.

Ponselnya berbunyi, Kayla menelepon.

"Iya," sahut Farrel.

"Lo kok nggak bales chat gue sih?" tanya Kayla.

"Tadi mau gue bales, tapi lo udah nelepon duluan." Ia tersenyum.

"Oh ... mau dibawain apa?"

"Terserah lo aja."

"Lo nggak kenapa-napa, kan?" Padahal cewek itu tidak berada di depannya, dari mana ia bisa mencurigai kondisi Farrel?

"Enggak, lah."

Bisa Farrel dengar suara embusan napas berat terdengar di seberang telepon. "Yaudah. Gue tutup, ya—"

"Eh, tunggu," cegah Farrel.

"Kenapa?"

"Lo ke sini sama Dipta, kan?"

Sejenak hanya diam, kemudian Kayla bertanya, "Kenapa emang?"

"Gue mau ngomong sama Dipta soalnya."

"Oh. Iya, gue sama Dipta ke sana nanti."

Farrel mengangguk. "Makasih, ya, La."

"Iya."

Kemudian telepon ditutup. Cowok itu menghela napas panjang. Seolah beban berat yang ia terima tak cukup luruh jika hanya diutarakan sekali saja. Ia harus tau kenapa dan ada apa.

Mengenai perasaan tidak nyaman yang mengelilingi dirinya selama beberapa hari belakangan.

***

Triangle Mission (Completed) Where stories live. Discover now