◀MISSION 41▶

169 10 3
                                    

Dunia selalu punya banyak sisi buta. Yang tidak hanya ada tawa, suka, ceria, dan apalah itu yang disebut bahagia. Tapi juga ada duka, luka, kecewa, dan apalah itu yang disebut sengsara.

***

"Kamu udah siap?"

"Sebenarnya kita mau ketemu siapa, sih, Ma?"

Shinta sedang mencari kunci mobil di dalam tas berwarna hitamnya itu. "Tatik, udah ketemu belum kuncinya?!" teriaknya pada orang di dalam rumah. "Kita mau ketemu sama temen Mama," jawabnya pada Kayla.

"Temen yang mana? Temen Mama 'kan banyak."

"Ada, temen Mama pokoknya."

Setelah berhasil menemukan kunci mobil yang ternyata berada di atas meja dekat ruang keluarga, Shinta dan Kayla segera menaiki mobil dan melaju pergi untuk menemui seseorang.

Selama perjalanan bayang-bayang akan seseorang lancang masuk memenuhi pikiran Kayla. Hal yang sampai saat ini pun masih membuatnya takut menghadapi perasaannya sendiri. Kejadian yang belakangan ini terjadi cukup membuat Kayla pusing, takut, khawatir, dan lelah dalam waktu yang bersamaan. Hatinya sedang tidak siap untuk menerima kenyataan.

"Nanti kalo udah ketemu sama orangnya, kamu harus sopan, ya."

Gadis yang kini memakai baju hitam berlengan panjang dan dipadukan dengan rok longgar berwarna cokelat itu mengangguk patuh atas ucapan mamanya.

Sesampainya di sebuah kafe yang terletak di pusat kota, Shinta dan Kayla masuk ke dalam. Shinta mengajaknya ke dalam satu ruangan dengan arsitektur yang berbeda dengan tempat duduk lainnya. Ruangan dengan dinding kaca yang buram itu berisi sofa dan meja dengan corak yang cantik, dinding dengan motif yang menarik perhatian Kayla.

Tepatnya lebih seperti ruang khusus yang ditujukan untuk pelanggan yang benar-benar dalam acara yang penting.

Lalu, pertanyaannya, kenapa Shinta mengajaknya ke sini?

"Ruangannya kenapa privasi gini? Ada apa sih, Ma?"

Shinta menggenggam tangan anaknya. "Sabar, ya. Bentar lagi orangnya dateng, kok."

"Siapa? Orang yang mana?"

"Bentar, Sayang. Kamu juga nanti tau sendiri, Mama nggak bisa kasih tau sekarang."

Dari jawaban yang Shinta berikan, terlihat jika seseorang yang mereka temui adalah seseorang yang penting. Kayla semakin tidak mengerti ketika justru pintu ruangan terbuka, memperlihatkan seorang pria paruh baya memakai jas berwarna hitam, yang tiba-tiba saja duduk di depannya.

Kayla rasa, ia mulai mempunyai pikiran buruk tentang ini semua.

"Ma ..." lirih gadis itu.

Shinta melirik pria itu lalu kembali melihat Kayla. Memperlihatkan sedikit senyum untuk anaknya. "Sayang, kenalin. Dia Om Indra, teman kuliah Mama dulu." Sepertinya ia tidak butuh informasi siapa nama orang itu. "Om Indra ini dulu juga temen Papa kamu, tapi setelah Mama dan Papa menikah, Om Indra pindah ke luar kota. Kami baru ketemu dua bulan yang lalu."

Mata Kayla tertarik melihat ekspresi wajah Shinta yang begitu lancar dalam menceritakan apa pun tentang pria yang ia ketahui bernama Om Indra ini. Kayla rasa, pria di depannya sedikit mengingatkannya akan Beni, ayahnya. Bentuk tubuh keduanya sama persis, hanya saja mungkin Indra sedikit lebih tinggi dari Beni.

Triangle Mission (Completed) Where stories live. Discover now