◀MISSION 31▶

164 11 0
                                    

Perempuan juga bisa pergi. Perempuan juga bisa hilang tanpa kembali. Perempuan bahkan juga bisa sangat ahli dalam melukai. Jika yang mereka pakai bukan perasaan selembut hati.

***

"Kenapa?"

Cewek itu menggeleng melas ketika Dipta baru saja keluar untuk menemuinya di depan pintu kelas.

"Muka lo kenapa, sih? Kok murung gitu?" tanya Dipta lagi. Yang dijawab dengan gelengan lagi.

Kemudian mata Dipta tertarik melihat sebuah buku tebal kotak-kotak berwarna hitam di tangan kanan cewek itu. "Buku lo itu kenapa?"

Kayla mengikuti arah pandang Dipta. Yang tertuju pada tangannya. Seketika wajahnya berubah semakin sedih. "Buku gue rusak, huaaa!!!" ujarnya dengan menangis tanpa mengeluarkan air mata.

Aneh saja jika melihat itu Dipta malah menahan tawa.

Kayla menghentikan rewelannya itu. "Lo ngetawain gue?!" teriaknya kesal seperti anak kecil. Diangkatnya buku itu di depan wajah. Dengan sampulnya yang ternyata sudah robek. "Ini buku catatan pelajaran gue, Ta! Kalau rusak gini gimana caranya gue nulis?!"

"Buku lainnya emang enggak ada?"

"Enggak ada," rewel Kayla, "buku ini tuh buat gue nyatet materi yang sekiranya penting buat gue pelajarin, tapi malah rusak gini!"

"Rusaknya kenapa?"

"Nih!" Kayla membuka buku tersebut. Memperlihatkan lembaran demi lembaran buku yang sudah kotor seperti dimakan kecoa dan lumeran tanah cokelat yang sudah kering. "Buku gue lecek gini coba, terus kertasnya udah pada ilang semua!" Kayla kembali menangis.

"Salah lo sendiri taruh buku sembarangan."

Kayla melotot, kemudian memanfaatkan buku di tangannya untuk memukul Dipta yang membuat cowok itu meringis dicampur tawa. "Lo enggak tau, sih! Kemarin Echa datang ke rumah, dia ngobrak-ngabrik meja belajar gue terus buku gue dibuat mainan di teras. Gimana enggak marah coba. Mana boneka beruang gue dibawa pulang sama tuh bocah. Kalau bukan sodara udah gue pites tuh anak."

Dipta pun juga tidak bisa menahan keinginannya untuk mencubit pipi Kayla. Cewek itu tidak membalas karena kekesalannya terhadap apa yang menimpanya pagi ini. Ia menemukan buku itu sudah dalam keadaan buruk tergeletak di depan rumah. Pun perihal tingkah Echa, Shinta yang memberitahunya. Si kecil berusia empat tahun itu selalu membuat Kayla marah.

"Beli lagi 'kan bisa, La," ujar Dipta mengambil alih buku Kayla dari tangannya. Cowok itu membuka-buka lembaran tersebut. "Lagian materi di buku ini juga masih bisa dibaca, lo salin aja di buku yang baru."

Kayla menghela napas panjang. Mencoba untuk mengontrol emosnya. "Jadi, menurut lo gue beli lagi aja?"

Dipta mengangguk. "Gue anterin nanti pulang sekolah ke toko buku."

Kayla semringah. "Beneran?"

Dipta mengernyit. Secepat itukah perubahan sikap cewek itu?

"Iya."

***

Seorang cowok memakai jaket merah maroon berdiri di samping motor besar berwarna hitam. Tangannya memainkan kunci motor dengan cara melemparkannya ke udara berkali-kali. Cowok itu tampak begitu gembira, senyum terus saja mengembang. Semakin lebar ketika seorang cewek yang ia tunggu sedari tadi keluar dari gerbang.

Triangle Mission (Completed) Where stories live. Discover now