◀MISSION 5▶

302 28 1
                                    

Katanya menaruh harapan itu sangat menyenangkan. Sampai lupa jika sisi buruknya bisa saja menyakitkan. Karena terletak pada tempat yang sudah dimiliki orang.

***

"Dia dulu, Pak, yang cari gara-gara!"

"Enggak, Pak. Dia bohong. Dia deketin Mytha, Pak."

"Terus kenapa kalo gue deketin Mytha?! Nggak ada masalahnya juga 'kan sama lo?!"

"Mytha itu pacar gue!"

"Halah, baru pacar juga. Mytha mau sama lo juga karena lo punya uang bukan karena suka."

Mendengar itu membuat Satria berdiri dan hendak menyerang Farrel sekali lagi, tapi beberapa temannya yang berdiri di belakang menahan cowok itu agar tidak terpancing emosi.

Pak Birin yang duduk di antara mereka menghela napas kasar. Matanya memandang dua siswa di samping kanan kirinya bergantian. Merasa bosan jika yang dihadapinya anak itu-itu saja.

"Sekarang katakan apa masalahnya?" Pak Birin bertanya. Beliau hanya memancing suasana semakin ribut.

"Dia mukul saya, Pak!" seru Farrel.

"Gue nggak akan mukul lo kalo lo nggak genit sama cewek gue!" balas Satria tak kalah keras.

"Cara lo salah, Goblok!"

"DIAM!!!"

Teriakan marah dari Pak Birin berhasil membuat Satria dan Farrel terdiam takut dalam duduknya.

Sambil memijat pangkal hidungnya, Pak Birin bertanya, "Katakan kepada saya, saya harus memberikan hukuman apa kepada kamu, Satria?"

Satria tergelak. "Kok saya, Pak? Dia, dong, yang dihukum," tangannya menunjuk Farrel, "... dia deketin Mytha di kelas, Pak."

"Katakan atau saya panggil orang tua kamu?!"

"Iya, Pak." Satria menunduk, sedangkan Farrel menyeringai senang.

"Keluar dan bersihkan semua toilet di gedung A dari lantai satu sampai dua sekarang juga," pinta Pak Birin kemudian.

"Tapi Pak—"

"Kamu mau saya panggil orang tua kamu?!"

"Enggak, Pak."

Satria bersama kedua temannya berjalan keluar setelah sebelumnya bertatapan dengan Farrel yang melemparkan senyum kemenangan. Tepat di depan pintu ruang BP, seseorang menghampiri dengan memegang bahu kanan Satria.

Cowok itu menepisnya kasar. Menolak untuk bersentuhan. Oh, salah. Menolak untuk bertemu bahkan. "Apa, sih, lo pegang-pegang. Bilang, tuh, sama temen lo, nggak usah deketin cewek gue lagi kalo dia nggak mau cari mati."

Hanya itu yang bisa Satria ucapkan karena lama-lama berada di sana hanya akan membuat dirinya semakin muak. Juga hanya itu yang bisa Dipta dengarkan karena Satria sudah berlalu pergi meninggalkan dirinya setelah sengaja menabrak bahunya keras.

Dipta menatap kepergian Satria dengan dua mata teduhnya. Ia menghela napas panjang. "Mau sampai kapan lo gini terus, Ya?"

"Dipta!"

Dipta yang mendengar namanya dipanggil berbalik badan. Menemukan Kayla berdiri di depannya dengan raut wajah khawatir.

"Gimana Farrel?"

Oh, Ya, Tuhan. Dipta bahkan tidak memikirkan temannya itu sekarang. Bagaimana bisa? Ya, karena jika bagi Farrel pelanggaran sudah menjadi hal biasa, jadi bagi Dipta itu adalah hal yang tidak perlu dipikir lama-lama.

Triangle Mission (Completed) Where stories live. Discover now