◀MISSION 22▶

202 14 0
                                    

Sebab perihal pergi, aku belum menemukan cara yang baik agar kamu tidak tersakiti.

***

Farrel melotot tak percaya dengan mulut terbuka ketika sahabatnya itu berjalan menghampiri dirinya dengan seseorang.

"Ta, lo ngapain di sini?" bisik Farrel ketika Dipta sudah berada di sampingnya. "Ah. Lo, mah, ikut-ikutan sukanya. Gue bisa lawan Satria sendiri."

Dipta mendengkus. "Lo sendiri ngapain sama Satria? Nggak ada kerjaan banget, sih, lo. Ngapain juga tanding basket sama dia? Udah tau dirinya sendiri nggak bisa basket juga."

"Yeee ... Gue, tuh, diajak sama Satria sendiri. Katanya kalo gue menang, gue bisa ajak jalan Mytha sehari. Kan, lumayan."

"Goblok lo dari dulu emang nggak pernah bisa ilang."

Farrel membelalak, tapi Dipta tidak peduli. Kedua cowok itu berdiri berdampingan di depan Satria dan Angga. Melempar tatapan datar yang hanya berlaku untuk Dipta, sedangkan Farrel membusungkan dada menantang yang dibalas sama oleh Angga dan Satria.

Riuh tepuk tangan di sisi lapangan menjadi keras dan ramai. Tertarik menonton pertandingan yang sebenarnya dilakukan bukan karena apa-apa. Kayla yang berdiri di sisi lapangan jadi gelisah sendiri.

"Inget, Ngga. Kita lakuin ini nggak ada taruhan apa pun. Terutama sama apa yang lo sebutin tadi," ucap Dipta yang memunculkan protes kecil dari Farrel.

Angga mengangguk tak peduli. "Ya."

Dipta melirik ke arah Satria. Namun, cowok itu malah mengalihkan pandangannya pada Farrel.

"Kalo gue sama lo tetep, ya, taruhannya. Nggak usah ikut-ikutan mereka, deh. Mereka pada aneh," ujar Farrel, "gue menang, Mytha jalan sama gue sehari dan lo nggak boleh larang dia."

Satria mendengkus. "Bacot lo."

Permainan dimulai oleh bunyi peluit yang ditiup oleh, Dito, sahabat Satria. Mereka berempat mulai merebut bola yang awalnya lebih didominasi oleh Angga. Sebelumnya, Dipta tak pernah melihat Angga bisa seaktif ini dalam bermain basket karena memang cowok itu tak pernah memperlihatkan dirinya di area sekolah. Jadi, wajar jika saat ini pun Dipta heran oleh kemampuan cowok itu dalam men-drible bola.

Pada menit ke lima, Angga mampu mencetak skor. Hal itu membuat Farrel mengacak rambut gemas. Dipta justru tak peduli. Ia bahkan sempat berpapasan dengan Satria di tengah lapangan hanya sekadar untuk bertatap muka tanpa bicara.

Dipta mungkin bisa mengalah, tapi karena harga diri, cowok itu mengeluarkan kemampuannya lebih banyak dari sebelumnya. Pada menit ke sepuluh giliran Dipta menyumbang satu skor.

Saat-saat di mana Dipta sedang menyeimbangkan diri dalam men-drible bola, bisa ia lihat Angga yang berdiri tak jauh darinya tengah memperhatikan Kayla yang berdiri di sisi lapangan dengan senyum simpul. Hal itu membuat Dipta mengeras.

Farrel datang menghampiri. Dipta memberikan bola padanya.

Ketika Dipta sedang melihat tentang bagaimana cara Angga melihat Kayla, Farrel dan Satria justru tengah berebut bola di sana. Memunculkan pekikan nyaring penuh kemenangan kala satu di antara cowok itu berhasil memasukkan bola.

Dipta tak berpengaruh apa-apa atas ini, Angga pun begitu. Karena keduanya juga tak memedulikan skor, melainkan cewek yang kini tengah tersenyum sambil bertepuk tangan.

"Inget janji lo," ujar Farrel tersenyum miring pada Satria.

Tentu. Karena alur ceritanya memang seperti itu.

Triangle Mission (Completed) Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα