◀MISSION 18▶

201 15 0
                                    

Menerima hari ini cukup untuk membuatmu mengerti bahwa tak semua hal harus seindah pelangi.

***

Renata berhenti di ambang pintu kelas ketika mendengar namanya dipanggil. Ia berbalik. Sedikit menyipitkan mata untuk melihat siapa sosok cewek yang baru saja memanggil namanya.

Ketika orang itu sampai di depannya, Renata memutar bola mata malas. "Ada apa manggil-manggil gue?"

"Lo habis dari mana?" tanya Kayla langsung.

Sejenak Renata terdiam sambil melihat Kayla dengan tatapan menilai. Kemudian menjawab, "Apa urusannya sama lo? Lo Ketus OSIS baru itu 'kan?"

Kayla mengangguk. "Lo tau ada kejadian apa di kantin barusan?"

"Tau."

"Kenapa nggak lihat? Kenapa masih ada di kelas?"

Renata mulai tidak suka dengan pertanyaan Kayla kali ini. "Emang kenapa kalo gue masih di kelas? Kenapa kalo gue nggak ikutan ke sana? Nggak ada urusannya 'kan sama lo? Lagi pula kalo emang ada murid pingsan, ya, bawa ke UKS-lah. Kenapa harus disamperin? Nggak penting buat gue."

Cewek itu hendak ingin masuk, tapi kemudian ia berbalik lagi menatap Kayla sinis. "Oh, ya. Sebagai Ketus OSIS kebanggaan Bu Citra dan Bokap gue, jangan sok, deh, lo. Nggak usah ikut campur urusan orang. Ngerti?"

Kayla terdiam. Ia tidak bisa mencerna perkataan Renata lebih jelas. Cewek itu mengerutkan dahi tidak paham. Kayla kemudian berjalan menuju tempat sampah tempat Renata membuang sesuatu. Di sana hanya ada remasan kertas cokelat.

"Ada apa, sih, La?" tanya Mytha.

"Gue curiga sama Renata."

"Maksud lo?" tanya Siska.

Kayla menoleh. Ia baru sadar jika ada Siska di sini. "Oh, enggak. Nggak ada apa-apa, kok. Kita ke UKS aja yuk."

Ketiga cewek itu melanjutkan perjalanan menuju UKS. Tibanya mereka di sana, ada Pak Surya dan Pak Birin tengah memperhatikan dokter sekolahan yang sedang memeriksa Mei. Cewek itu masih memejamkan mata.

"Bagaimana keadaan Mei, Dok?" tanya Pak Surya.

"Apakah dia habis makan sesuatu?" tanya balik Dokter itu membuat Pak Surya dan Pak Birin terdiam tak bisa menjawab.

"Iya, Pak," sahut Kayla di ambang pintu. Ia kemudian masuk lebih dalam menghampiri dokter tersebut. "Teman saya sehabis makan bakso di kantin tadi."

"Bakso?" Pak Surya terkejut. "Kayla, kantin sekolah tidak menyediakan bakso. Benar 'kan Pak Birin?"

"Iya, Kayla. Bapak sendiri yang menerima para pedagang luar untuk berjualan di kantin sekolah kita. Dan tidak ada pedagang yang menyediakan bakso," jelas Pak Birin.

"Tapi, Pak, Mei pingsan karena habis makan bakso di kantin." Kayla menoleh ke belakang. "Siska, sini."

Siska berjalan sedikit canggung menghampiri Kayla. Karena ia tidak terbiasa berdekatan dengan para guru seperti ini.

"Coba lo jelasin kejadian di kantin tadi," pinta Kayla.

Siska mengangguk. "Iya, Pak. Saya dan Mei makan bakso di lapak kantin paling pojok. Sepertinya itu lapak baru, Pak. Soalnya saya juga masih liat hari ini ada di kantin."

Pak Surya semakin tidak paham. "Lalu apa maksud kamu, Kayla?"

"Saya tidak ingin menuduh, Pak," jawab Kayla, "tapi jika boleh saya usul, bagaimana jika bakso yang tadi dimakan Mei diperiksa kebersihannya di laboratorium?"

Triangle Mission (Completed) Where stories live. Discover now