◀MISSION 48▶

174 7 0
                                    

Kamu adalah rasa takutku. Yang berusaha kusembunyikan agar tak dilihat banyak orang. Yang berusaha kututupi agar tak ada yang berani menyakiti.

***

Rasa takut yang mencekam seluruh otak membuatnya hanya bisa diam menunggu kabar. Kedua tangannya saling bertaut dengan gemetar, lirihan demi lirihan terdengar tidak jelas memenuhi koridor rumah sakit.

Kemudian, suara bising yang datang itu semakin membuat dirinya panik ketika seorang wanita paruh baya datang bersama seorang lelaki seumurannya.

"Di mana Farrel? Di mana anakku?" Kirana cemas. Ia menggoyangkan lengan Arya berkali-kali saat pria itu hendak ingin berdiri dari kursi.

"Farrel gimana, mas?! Jawab?!" Arya tidak menjawab. Pria itu mencoba untuk tidak membalas pandangan Kirana disebabkan olehnya yang tidak tahu harus menjawab apa.

Wanita itu menunduk lemas. Kabar yang ia terima malam ini dari Mbok Hanum membuat dirinya harus rela membatalkan acara makan malam bersama keluarga barunya. Pria yang tadi datang bersama Kirana, mengelus pundak wanita itu, memberikan beberapa kalimat penenang.

Kayla duduk bersama Dipta di kursi tunggu di depan ruangan. Cewek itu memeluk Dipta dengan tubuh yang gemetar. Ia menangis terisak. Pikirannya kalut tidak karuan. Dari siang sampai malam ini, mereka belum mengganti baju dan memutuskan untuk menunggu Farrel di sini.

"Tenang, La. Farrel pasti baik-baik aja." Dipta memberikan sebuah kebohongan, di mana ia juga memiliki rasa panik yang luar biasa dibanding Kayla.

Lalu pintu ruangan terbuka menampilkan seorang pria berjubah putih yang hanya akan menimbulkan rasa panik dalam diri Kayla. Membakar ketakutannya semakin besar.

"Gimana keadaan anak saya, dok?" Karina langsung bertanya.

Dokter itu bergumam. "Peluru sudah kami keluarkan dari tubuh Farrel, tapi sayangnya, anak ibu dalam keadaan koma."

Penjelasan yang seharusnya tidak didengar, jika ternyata itu hanya akan membuat semua orang di sana semakin menangis. Apalagi dirinya. Kayla membiarkan tubuhnya jatuh di pelukan Dipta di kala harapan yang ia buat sedari tadi diruntuhkan dalam sekejap.

"Ta, Farrel ..." lirihnya dengan terus menangis meski isaknya sudah sedikit reda.

Dipta mengelus puncak kepalanya. "Kita doain aja yang terbaik buat Farrel."

Kemudian seorang cowok yang bersama mereka sedari siang datang menghampiri.

"Dipta," panggil Satria, yang dipanggil mendongakkan kepala. "Gue pulang dulu, besok gue ke sini lagi."

"Makasih," ucap Dipta. Satria mengangguk, melangkah pergi setelah menepuk bahu Dipta dua kali.

Kirana masih menangis di sana tidak terima. Sekali-kali ia melemparkan kata kasar kepada Arya atas lalaian pria itu menjaga anaknya. Arya pun hanya bisa menerimanya dengan pasrah, karena ia juga sadar, semenjak berpisah ia hanya fokus dengan diri sendiri.

Kayla sepertinya terganggu dengan hal itu. Dalam hatinya ia marah. Kenapa baru sekarang orangtua Farrel peduli di kala temannya kini sedang berada dalam pilihan hidup dan mati.

Cewek itu meminta Dipta untuk membawanya ke taman. Menenangkan hati meski tidak bisa ia bohongi bahwa untuk bernapas lega saja ia tidak mampu.

"Ta," panggil Kayla dengan suaranya yang lirih.

Triangle Mission (Completed) Where stories live. Discover now