◀MISSION 15▶

211 13 1
                                    

Akui jika kau suka. Kalau tak ada balasan, tak apa. Tak semua hal yang menjadi milikmu sekarang. Bisa jadi nanti, saat cerita ini berakhir dengan patah hati.

***

"Dipta mana?" tanya Kayla pada Farrel dan Mytha. Acaranya telah selesai ditutup dengan pemotongan pita oleh Pak Surya. Setelah selesai membersihkan barang penting dan kebersihan lainnya yang akan dikerjakan esok pagi, Kayla berjalan menghampiri Mytha dan Farrel yang sudah menunggu di halaman parkir sekolah.

"Dipta udah jalan tadi sama Renata," jawab Farrel.

Bahu Kayla melengser. Padahal ada sesuatu yang ingin ia katakan pada teman-temannya sekarang. Namun, karena Dipta tidak ada, Kayla lebih memilih diam.

"Ada apa emang, La?" tanya Mytha.

Kayla menggeleng. "Enggak ada apa-apa. Ya, udah, ayo pulang."

"Ta, kamu pulang sama siapa?" tanya Farrel kepada Mytha.

"Naik taksi. Satria 'kan nggak jadi ikut acara ini. Dia lagi ada acara lain sama keluarganya."

Hendak Kayla ingin melangkah mendekati motor Farrel, tapi ketika mendengar jawaban Mytha membuatnya berhenti. Ia tahu pasti bagaimana selanjutnya akan terjadi.

Farrel menoleh ke arahnya sambil tersenyum. Kayla menghela napas. "Iya," jawabnya, "lo pulang sama Farrel aja, Ta," ujarnya pada Mytha.

Mytha tergelak. "Eh, nggak usah. Kalo gue pulang sama Farrel nanti lo sama siapa? Lagi pula 'kan tadi kalian berangkatnya berdua. Gue bisa naik taksi aja."

"Gue mah gampang. Gue bisa telepon Mama gue." Kayla tersenyum.

"Tapi, La—"

"Udah. Nggak ada tapi-tapian. Sekali-kalilah gue bikin temen gue ini seneng." Kayla menepuk bahu Farrel.

Tak ada lagi pilihan, Mytha pun mengangguk. "Oke, deh."

Farrel tersenyum lebar dan berteriak senang dalam hati. Farrel dan Mytha pun naik ke atas motor. Sekilas Farrel memberikan kerlipan mata kanannya pada Kayla atas tanda terima kasih sebelum cowok itu melajukan motor dan pergi dari sana.

Sekarang, Kayla harus berpikir keras bagaimana caranya ia bisa pulang. Karena ia tahu jika Shinta malam ini sedang pergi ke rumah neneknya di Bandung.

***

"Makasih, ya, Ta. Aku seneng banget malam ini bisa sama kamu."

Dipta tersenyum tipis. "Iya, sama-sama. Gue pulang dulu."

Dipta hendak ingin berbalik meninggalkan pekarangan rumah Renata, tapi cewek itu kembali memanggil.

"Ta."

"Hm?"

Renata menghela napas. Ia mengulum sedikit senyum sambil berkata, "Kamu mau nggak jadi pacar aku?"

Nekat.

Dipta tersentak beberapa saat. Kalimat itu sudah sering ia dengar dari mulut Renata berhari-hari. Ia bertambah yakin jika perlakuan baik Dipta malam ini membuat Renata semakin jauh dalam menaruh harapan padanya. Dipta tidak ingin melukai, tapi untuk menerima pun ia tak bisa.

"Gue nggak bisa jawab sekarang." Dan jawaban tak pasti ini menjadi akhirnya.

"Iya, enggak pa-pa, kok. Aku ngerti."

Triangle Mission (Completed) Where stories live. Discover now