Chapter 18

358K 20.3K 557
                                    

Vote, komen dan share

Happy Reading💋💋💋

Alena bingung apa yang terjadi dengan sepupunya ini. Caca sedang membenturkan kepalanya ke meja berulang kali.

"Lo kenapa sih Ca?" Tanya Alena.

"Mati gue, dia gak bisa menjadi saudara gue, gue berharap dia bukan saudara gue tapi gue berharap dia memang saudara gue, ini sungguh gila!!" Rengek Caca menjambak rambutnya sendiri.

Alena paham, mungkin Caca dan Putra sang adik sedang bertengkar, hingga itulah yang menjadi objek kekesalannya sekarang ini.

"Huft, begitulah saudara pada umumnya, suatu hari dia akan benar-benar brengsek dan menjengkelkan, tapi jika dia pergi atau gak ada di rumah lo akan merasa hampa gak ada yang di ajakin adu mulut. " Ucap Alena.

"Kalau aja gue gak melakukan hal yang bodoh," ucap Caca dengan wajah kesal yang semakin membuat Alena bingung.

"Bodoh apa?"

"Dia ingat semuanya!!! Semuanyaaa!!!" Teriak Caca membenturkan kepalanya ke meja berulang kali membuat semua orang di kantin menoleh ke mereka. Alena panik dan mencoba menghentikan Caca.

"Ingat apa? Dia siapa?" Ucap Alena menahan kepala Caca untuk menghentikan aksinya.

"Lo ingat kan saat gue gak sengaja minum alkohol dan berakhir mabuk dan gue takut banget sama bonyok kalau gue ketahuan mabuk saat pulanhg ke rumah?" Tanya Caca membuat Alena mengangguk.

"Itu tepat lo ulang tahun,"

"Nah iya, lo ingat kan cowok yang nolongin gue saat si Beny brengsek itu hampir ngelecehin gue?" Tanya Caca.

Beny mantan Caca yang sangat brengsek yang tega menjebak Caca waktu itu jika saja tidak ada seseorang yang menolong Caca.

"Gue ingat," ucap Alena mengingat sosok yang menolong Caca dan cowok yang membuat Caca jatuh cinta.

"Nah itu dia orangnya Alena,"

"Apasih gue gak ngerti apa yang lo omongin,"

"Dia kakak gue yang selama ini hilang!!! Dia orangnya Alena!!!"

"Maksud lo dia kak Riki???"

Caca mengangguk lalu mulai beraksi kembali "Iya huwaaa gue gak rela!!!"

Caca baru saja mengetahui jika orang yang membuatnya jatuh cinta adalah kakak kandungnya sendiri yang hilang ketika balita.

"Eh bego, justru lo harus senang dia itu kak Riki!!! Lo akhirnya punya kakak Ca, dan dia orang yang bisa lindungi lo!!" Ucap Alena senang jika kakak sepupunya sudah di temukan.

"Tapi gue jatuh cinta sama dia Alena,"

"Lo gak jatuh cinta sama dia Ca, lo cuma kagum karena dia nyelamatin lo dari bahaya,"

"Masa sih?" Tanya Caca mencoba berpikir.

"Coba lo pikir, perasaan lo sama dia di banding ke Bima? Mana yang lebih buat jantung lo dag dig dug serr,"

"Ck haha bahasa lo, yaa perasaan gue ke Bima lebih dalam lah, jantung gue juga mau lompat keluar kalau sama Bima,"

"Lebay lo, meskipun juga perasaan lo lebih dalam ke cowok itu lo gak boleh jatuh cinta sama dia karena sekarang status dia udah berubah jadi kak Riki, kakak kandung lo ngerti?"

"Iya ngerti, ya kali gue maksa perasaan gue ke kakak kandung gue sendiri, idih kok gue merinding bayanginnya," ucap Caca kembali sadar.

"Tuh lo tau,"

"Aish gue rindu ayang Bima hiks," rengek Caca.

"Lo temuin di kelasnya lah,"

Devan dan Bima berbeda kelas dengan Alena dan Caca. Devan kelas 3 IPS 1 sementara mereka 3 IPS 2.

"Bimbim gak masuk sekolah, dia sakit,"

"Ya udah entar kita jengukin dia,"

Kini Devan, Alena dan Caca berada dalam satu mobil menuju rumah Bima yang katanya sedang sakit. Devan menyetir lalu Alena duduk di sampingnya sementara Caca berada di belakang.

"Bima sakit apaansih Ca?" Tanya Alena pada Caca yang tengah fokus bermain game.

"Katanya dia rindu sama gue,"

"Nyesel gue nanya sama lo," cibir Alena.

"Dia sendiri yang bilang gitu tau,"

"Iyain,"

Kini Alena sedang menatap Devan yang tengah menyetir dalam diam. Dari samping Alena tersenyum diam-diam melihat sang pacar.

"Jangan senyum-senyum entar kerasukan,"

Alena tersentak saat Devan menyadari tingkahnya. Alena mendekat lalu membisikkan sesuatu.

"Pacarnya Alena kenapa sangat tampan hari ini?"

Devan terkekeh lalu tangan kirinya mengacak rambut Alena.

"Karena ada cewek manis duduk di sampingnya, makanya aura ketampanan pacar kamu ini keluar," bisik Devan membuat pipi Alena merona.

"Masa sih?"

"Hu'um, tapi aku marah sama kamu," ucap Devan membuat Alena bingung.

Alena menjadi ingat kesalahannya, dia tidak membalas pesan Devan semalam karena langsung tidur setelah pulang dari pesta.

"Maaf, aku ketiduran," ucap Alena membuat Devan diam.

"Jangan marah dong, entar kamu gak tampan lagi,"

Devan masih diam "Ya udah kamu mau apa?"

Nah inilah yang di inginka Devan, dia ingin bermanja-manja sedikit dengan Alena.

"Cium aku," ucapan Devan membuat Alena terkekeh.

"Yaudah, deketin sini wajah kamu,"

Devan menoleh dan Alena menangkup sisi wajah Devan. Kedua mata mereka fokus pada bibir, semakin mendekat dan semakin mendekat.

"WOII KALAU MAU CIUMAN JANGAN DI SINI ASTAGHFIRULLAH!!!!"

"FOKUS NYETIR WOI, GUE BELUM NIKAH SAMA BIMBIM KALIAN UDAH MAU NGAJAKIN GUE MATI MUDA!!!!"

Alena dan Devan terkejut, mereka lupa keberadaan Caca di belakang, Devan kembali menyetir dengan benar karena mobilnya sudah hampir naik di trotoar. Sementara Alena meringis malu.

"Hehe sorry Ca, kali ini gue yang khilaf," ucap Alena mengingat kedua kalinya mereka kepergok setelah mami Devan.









13 Januari 2020

Saniyyah Putri Salsabila Said

Lilin [TELAH TERBIT & DISERIESKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang