Chapter 6

431K 27.2K 1.9K
                                    

"Mas, sikap kamu barusan pada Alena keterlaluan!!" Bentak Dinda pada sang suami.

"Keterlaluan bagaimana?" Tanya Dimas yang duduk santai bersandar di ranjang.

"Kamu menampar Alena? Apa itu tidak keterlaluan?"

Dimas menghela nafas "Dia pantas mendapatkan itu,"

"Aku gak menyangka kamu bersikap seperti ini mas, kamu sudah berani bermain tangan," lirih Dinda membayangkan kejadian tadi.

Dinda memang bukanlah ibu yang melahirkan Alena, tapi dia menyayangi Alena sama besarnya pada Nayla. Dia tidak pernah membedakan mereka, Alena juga putrinya. Meskipun kedua mertuanya tak menyukai dia sebagai menantu.

"Maaf,"

"Kata itu hanya patut kamu ucapkan pada Alena bukan padaku,"

"Sayang please, jangan membahas anak itu yang akan membuat kita bertengkar,"

"Anak itu kamu bilang? Dia putri kamu Dimas!!!" Kemarahan Dinda sudah tak terbendung, sudah cukup selama ini dia bersabar menanti Dimas yang akan mencoba menerima Alena.

"Putriku hanya Nayla, anak yang lahir dari rahim kamu, orang yang aku cintai!!!" Tegas Dimas.

"Mas sadar astghfirullah biarpun kamu tidak mencintai Sonya, Alena tetap putri kandung kamu, tidak ada yang bisa menyangkal fakta bahwa dia darah daging kamu mas!!!"

"Aku belum bisa menerimanya," lirih Dimas.

Dinda mendekati suaminya "Mas, berapa banyak lagi waktu yang kamu butuhkan untuk menerima Alena? Usinya sudah 17 tahun dia sudah remaja sebentar lagi menjadi dewasa, sejak kecil kamu selalu bersikap dingin padanya, membedakannya dengan Nayla, apa kamu tidak memiliki sedikit pun rasa kasihan padanya?"

"Cobalah bersikap layaknya seorang ayah yang menyayangi putrinya mas, Alena mungkin terlihat baik-baik saja saat kamu bersikap seperti itu, tapi ketika dia sendirian dia rapuh mas, dia ingin kamu memperhatikannya, memeluknya, sekedar memberikan suprise ulang tahun, memanggilnya kata nak,"

"Apalagi ibu kandungnya pun memperlakukan Alena lebih kejam dari kamu, coba bayangkan bagaimana rasa sakit yang Alena tahan selama ini mas, bisa saja suatu saat Alena akan selalu bertemu psikiater karena jiwanya sudah tak dapat membendung amarahnya,"

Dimas merenungkan apa yang di katakan Dinda, tapi semua kalimat istrinya belum bisa memunculkan rasa untuk mengakui Alena sama seperti Nayla.

Saatnya belum tiba tapi sampai kapan? Dimas juga selalu bertanya pada dirinya sendiri, kapan dia bisa mencoba menerima Alena sebagai putrinya juga?

♡♡♡

Setelah perdebatan yang dilakukannya bersama Dinda membuat Dimas hanya diam di ruang kerjanya.

Dinda sudah tidur duluan karena lelah menunggu suaminya yang hanya diam tak menanggapi ocehannya.

Suara deru mesin mobil membuat lamunan Dimas terhenti, dia beranjak dan mengintip di jendela.

Dimas melihat Alena baru saja pulang, tapi bukan itu yang menjadi perhatian Dimas. Melainkan sosok pemuda yang membukakan pintu mobil untuk Alena.

Dimas penasaran dan berpura-pura keluar duduk di sofa menonton tv sembari menunggu Alena masuk.

"Siapa yang nganterin kamu?"

Langkah Alena terhenti ketika mendengar suara papanya yang terkesan dingin.

"Pacar aku pah," ucap Alena lalu duduk di sofa dekat Dimas. Alena tau attitude jika berbicara dengan orang tua.

Lilin [TELAH TERBIT & DISERIESKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang